22. Kompromi

2.5K 178 8
                                    

Happy reading :)
Jangan lupa vote, komen, dan follow

"Harus bagaimana lagi supaya kamu bisa maafin aku, Ren? Aku nggak bisa mengulang waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harus bagaimana lagi supaya kamu bisa maafin aku, Ren? Aku nggak bisa mengulang waktu. Semua udah terjadi. Sekarang kasih tau apa yang bisa aku lakuin supaya kamu bisa maafin aku?" tanya Wira mulai lelah.

"Saya akan maafin kamu asalkan kamu berhenti mengganggu kehidupan saya dan anak saya," jawab Irene tegas dan jelas dengan tatapan menusuk.

Wira menggelengkan kepala. "Pemintaan bodoh.." decihnya membalas tatapan Irene. "Kamu tahu itu nggak akan pernah terjadi. Aku nggak akan pernah berhenti sampai aku memiliki kamu seutuhnya."

"In your dream. Sampai kapanpun saya nggak akan pernah sudi dimiliki sama manusia berkelakuan binatang sepertimu," balas Irene dengan nada merendahkan dan tatapan jijik.

"Jangan merendahkan aku terus, Irene. Aku juga punya harga diri!" Suara Wira meninggi.

"Harga diri? Harga diri yang mana? Dimata saya kamu nggak ada harganya sama sekali!"

Wira menatapnya nyalang dan maju perlahan mendekati Irene. "Oh ya? Yakin nggak ada harganya? Lalu anak siapa yang kamu pertahankan sekarang, hah?” ucapnya pelan tanpa melepas tatapan mata mereka membuat Irene ketar-ketir dan berjalan mundur. Dia terlihat panik dan wajahnya menegang saat tubuh Wira semakin mendekat dan membuatnya sesak.

“Stop!” pekiknya kencang saat punggungnya sudah menyentuh dinding. Matanya terpejam dengan kepala menoleh ke samping.

Wira langsung berhenti tepat saat Irene memintanya. Dia menumpukan telapak tangan kirinya di dinding di samping kepala Irene, dan tangan kanannya memegang pundaknya yang gemetar. "Jangan takut," bisiknya lembut.

Irene berjengit kaget saat tangan Wira menyentuh pundaknya. Dia semakin erat memejamkan matanya dan tubuhnya semakin gemetar. "Menjauh.. tolong menjauh," mohonnya dengan suara tercekat. Bulir-bulir keringat terlihat mulai bermunculan di permukaan keningnya. Terlihat jelas bahwa dia masih menyimpan trauma yang mendalam terhadap Wira.

Melihat reaksi itu, Wira pun mundur beberapa langkah menjauhi Irene dan wanita itu perlahan membuka mata dan bernafas lega. Setelah tenang dia pun melangkahkan kaki ke arah kamarnya.

"Mau kemana, Irene. Kita belum selesai bicara?" tanya Wira.

Kalau Irene nekat melangkah masuk ke dalam kamarnya, dia takut Wira akan ikut masuk ke dalam. Dia pun berhenti dengan posisi membelakangi Wira. "Tolong jangan paksa saya," mohonnya dengan suara bergetar. Kali ini dia tidak terlihat arogan kali. Energinya sudah hampir habis untuk berdebat lebih lama lagi dengan Wira. Dia hanya ingin pria itu segera pergi dari rumahnya.

"Aku nggak akan menyentuhmu kalau itu yang membuatmu takut. Tapi ayo menikah untuk anak itu. Kamu nggak kasihan kalau dia nanti lahir tanpa status yang jelas?" Ternyata Wira belum menyerah sama sekali.

Cara Terakhir Mendapatkanmu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang