Lagu Maudy Ayunda berjudul tiba-tiba cinta datang mengalun indah memecah keheningan indekos. Andi dan Rendi saling bersahutan seakan mereka sedang berada di dalam sebuah konser.
Diikuti Arsen yang jarang-jarang nimbrung untuk bernyanyi. Andi dan Rendi sempat terheran-heran, namun karena tahu Arsen jika bucin selalu begitu- aneh, mereka melanjutkan aktivitas membisingkan kamar kos.
Begitupun dengan Dion yang sibuk membaca bukunya sambil mencak-mencak karena musik terlalu keras sehingga ia tak fokus membaca.
"Tiba-tiba cinta datang kepadaku.."
Arsen mengikuti lirik lagu dengan senyum-senyum sendiri. Membayangkan wajah manis Nara yang begitu cantik. Semenjak hari dimana Nara memeluknya karena kecoa, Arsen mengakui bahwa ia jatuh hati kepada gadis itu.
Gadis yang ditabraknya dan membuat jaketnya kotor karena tumpahan kopi. Sungguh awal yang seperti film drama Korea. Dalam hati ia berseru, "Makasih kecoa!"
"Terkenal tegas dan dingin, mereka gak tau aja kalau Arsen bucin gimana." Gerutu Dion yang memijit kepalanya, pening. "Konyolnya cuman perkara kecoa aja dia bisa jatuh cinta sama Nara." Tambahnya.
Andi loncat, bergabung dengan Dion untuk menggunjing Arsen. "Lo gak tau ya? Kalau di galeri Arsen sekarang penuh sama foto Nara, anak didik lo pas ospek angkatan."
Dion menoleh tak percaya, "Serius?"
"Ehh, makanya liat sendiri. Tapi diam-diam." Bisiknya diakhir kalimat. "Lo tau sendiri pelitnya Arsen gimana kalau dipinjem HPnya."
"Wah bener-bener tuh anak, pantes aja setiap latihan teater betah bener dia lihatin Nara." Dion memandang Arsen yang masih senyum-senyum di kursi. Seakan suara Dion dan Andi yang sedang membicarakannya tak terdengar sama sekali.
"Dia udah move on kali ya dari Vanya?" Tanya Andi kepada Dion.
"Udah." Tapi yang menjawab Arsen. "Gue udah move on! Semenjak gue ketemu Nara."
Arsen menaikturunkan alisnya dengan senyum yang -bukan Arsen banget. Dion, Rendi dan Andi melotot tak percaya.
"Cepet banget lo suka sama si Nara." Kata Rendi yang kini tengah meraup jajanan Andi setelah sempat berebut.
"Siapa yang gak bakal suka sama Nara? Secara tuh cewek cantik banget, cuman jutek doang. Kalau diabsen yang suka ke Nara di teater tuh banyak. Cuman si Arsen yang terang-terangan deketin Nara terus." Tutur Dion.
"Aslinya asik kok." Tambah Arsen, mukanya memerah.
"Dih!" Cibir Andi, ia berlagak mau muntah.
"Jijik gue kalau lo bucin gini, suka pengen gue jual ke shopee."
Arsen mendelik. "Sirik lo pada. Eh tapi gimana ya caranya deketin Nara?"
Pembahasan yang menarik, membuat si playboy kampus menunjukkan diri dengan segala ilmu yang dimilikinya—Rendi Aidheen Pratama. Dengan gaya so cool nya Rendi berdehem beberapa kali.
Duduk bersedekap tangan dengan dada yang membusung ke depan. Andi dan Dion jijik bersamaan melihatnya mulai bertingkah.
"Lo mau tau cara gimana deketin Nara?" Tanya Rendi.
Arsen mengangguk, kali ini ia akan mengubur dalam rasa sebal terhadap kelakuan Rendi, demi mendapatkan hati Nara.
"Kasih dia perhatian yang lebih. So, lo dikenal sebagai cowok dingin, tegas dan galak di kampus, terutama di teater. Tunjukkin ke Nara, lo cuman hangat dan menyenangkan kalau sama dia, bersamaan dengan itu tunjukkin juga sikap dingin, tegas dan galak lo di depan Nara ke orang lain. Jadi Nara nganggap kalau dia tuh spesial di mata lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]
Novela JuvenilBifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah r...