17. Perintah Nyonya Besar

31.9K 1.3K 15
                                    

"Kenapa merasa aneh? Tidak sanggup membayar jasa tambahan untuk dirumah lama?" Suara bariton yang sangat dikenal oleh Anna, pemiliknya.

Anna membalikkan tubuhnya dengan malas. Melihat Ryann yang datang menghampiri dirinya. 

"Bilang apa tadi?" Anna berkaca pinggang dengan tatapan kesal.

"Tidak ada pengulangan." 

"Cih, siapa bilang aku tidak sanggup. Aku sanggup membayarnya. Hanya saja, tanganku ini masih bisa digunakan dengan baik." Elak Anna.

"Hmm. Kalau aku tidak punya waktu, aku sibuk." Balas Ryann yang memang memiliki alasan tersendiri.

"Terserah, tidak nanya juga." Anna langsung melenggang pergi. Meninggalkan Ryann di dapur bersama pelayan yang lainnya.

Ryann tersenyum kecil melihat tingkahnya. "Mulai besok biarkan saja." Ucap Ryann kepada salah satu pelayan yang memegang bagian kepala dapur. 

"Baik tuan, maafkan saya." Jawabnya dengan menundukkan kepalanya.

"Hmm." Ryann meninggalkan area dapur. Ia mencoba menyusul kemana Anna pergi. 

•••~~~~~•••

•••~~~~~•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••~~~~~•••

Ryann kembali masuk ke dalam kamar. Menyusul Anna yang pergi dengan perasaan kesal. Ryann mendapati pintu kamar mandi tertutup rapat. Sudah pasti Anna sedang mandi. 

Sembari menunggu Ryann duduk di sofa sibuk dengan tabletnya. Tidak lama Anna selesai dengan mandinya. Anna menuju wardrobe dimana ia memakai pakaian untuk menuju kantor nanti. 

"Hitam atau merah?" Anna menimbang-nimbang antara dua dress selutut yang akan dipakai ke kantor. "Hitam saja deh." Anna menaruh kembali dress warna merah miliknya.

Anna cukup kesulitan dalam menaikkan resleting dressnya. Ia pun mencoba dengan menarik bagian atasnya supaya ia dapat menggapai bagian bawahnya. 

"Butuh bantuan?" 

Anna menoleh ke belakangnya. Dimana Ryann sudah berada tepat di belakangnya. "Tidak, terima kasih." Anna memberi jarak menjauh dari Ryann. 

Tidak sempat menjauh. Ryann menahan pinggang Anna dengan menarik pinggang Anna hingga rapat dengan tubuhnya.

Ryann membantu menaikkan resleting Anna yang ada di bagian belakang. Anna diam tidak memberontak. Namun, Anna dapat merasakan sesuatu yang tegak dari bawah sana. Hingga membuatnya tak nyaman berdiri di depan suaminya dengan begitu rapat.

Selesainya, Anna langsung menjauhkan diri dari suaminya. Khawatir suaminya tidak akan melepaskannya pagi ini. 

"Mau kemana?" Tanya Ryann sebelum Anna keluar dari Wardrobe. 

"Kantor." Jawabnya singkat berhenti melirik singkat ke belakang.

"Benar hanya ke kantor?" Ryann bersandar di lemari pakaian dengan melipat kedua tangan di depan dada. 

"Iya! Emang kenapa?" Balasnya dengan ketus.

"Izin ke kantor jangan ke mall sama pria lain." Ucap Ryann sepintas seraya berjalan mendahului Anna yang mengerutkan keningnya di ambang pintu. 

"Siapa yang lagi izin?" Gumamnya aneh dengan suaminya sendiri.

•••~~~~~•••

•••~~~~~•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••~~~~~•••

Sesampainya Anna di kantor. Anna disapa oleh Nisa yang tak lain sekretarisnya di kantor.

"Nisa, apa saja jadwalku hari ini?" Tanya Anna.

"Ada tiga pertemuan penting hari ini, nona. Perusahaan LaEvapor mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham pada jam sebelas. Nona, sebagai pemegang saham terbesar ketiga diundang secara khusus. Apa nona bersedia untuk hadir?" 

"Baik, tidak masalah. Lalu, selanjutnya?" 

"Lalu, ada pertemuan dengan presiden direktur dari perusahaan Anveda membahas mengenai kelanjutan kerjasama. Untuk pertemuan ini berbarengan dengan nyonya besar yang ingin ditemani ke rumah sakit. Apa sebaiknya saya atur ulang jadwal temunya?" 

"Iya atur ulang saja. Tapi, untuk apa ibuku ke rumah sakit?" Anna heran. 

"Hari ini merupakan jadwal kontrol kesehatan nyonya besar, nona." Jawab Dheannysa.

"Oh iya, baiklah. Ibuku langsung bilang kepadamu ya?" 

"Benar nona, maaf. Nyonya besar bilang, jika menghubungi nona pagi ini pasti akan mengganggu nona bersama Tuan muda Ryann."

"Eh? Kenapa gitu?" 

"Saya tidak tahu nona." 

"Baiklah. Terakhir, pertemuan ke tiga bagaimana?"

"Dokter keluarga ingin bertemu secara khusus dengan nona." 

"Mengenai?" Anna mengerutkan keningnya lagi.

"Atas perintah Nyonya besar untuk memeriksa keadaan nona."

"Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Untuk apa diperiksa?" Anna semakin bingung.

"Mungkin mengenai keberadaan calon pewaris." Nisa tersenyum menggoda atasannya. 

Anna menelan salivanya sulit. Bagaimana kalau ibunya menagih cucu darinya lagi. 

Bersambung. 

Terima kasih semua yang sudah baca episode terbaruku💜

Andreana Salma Vs Dokter Ryann

Salam sayang untuk semuanya💚

Jaga kesehatan kalian yaa💙

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian👍

Thankquu

See u on the next episode 👋💞

Andreana Salma VS Dokter RyannTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang