"Pelukan seorang ibu bertahan lama meski dia telah melepasnya."- zada fadila -
Sebulan telah berlalu, kepergian kedua orang tuanya kini menjadikan zada lebih ikhlas dari sebelumnya.
Pagi ini ia akan berziarah ke makam kedua orang tuanya yang ditemani oleh bi titin dan juga pak widodo. Sebelum sampai ke makam, zada tidak lupa membeli bunga yang tidak berada jauh dari pemakaman.
Ketiganya sampai di makan, zada langsung membungkukkan badannya di samping makam.
"Ma, pah. Kenalin ini bi titin dan juga pak widodo temannya papah dulu. Sekarang mereka yang jagain zada ma, pah. Mereka berdua sudah seperti orang tua untuk zada." ucap zada sambil mengusap lembut nisan mamanya.
"Tapi tidak ada yang bisa menggantikan posisi mama sama papah dihati zada." zada mencoba tegar sekarang, ia tidak ingin menangis.
"Zada kangen banget sama pelukan mama, kangen di ceramahi sama mama, kangen papah yang selalu melindungi zada, semua tentang kalian berdua zada kangen."
"Dan, lo ngga kangen sama anak lo. Dia udah jadi gadis mandiri sekarang, kalau lo masih disini mungkin lo akan sebangga itu ngelihatnya." kini widodo yang bersuara.
Zada yang mendengarnya pun tersenyum. Sebenarnya ia tidak memerlukan pujian itu, memang sudah seharusnya ia belajar mandiri ketika kemanjaan nya sudah pergi jauh meninggalkan dirinya.
Ia membersihkan makam kedua orang tuanya dibantu oleh pak wid dan bu titin. Mencabut rumput liar yang mulai tumbuh di dekat makam.
Setelahnya ketiganya berdoa bersama, tidak lupa zada menyiram air ke pusaran makam mulai dari nisan hingga ujung makam dan dilakukan berulang sampai air habis.
"Zada berharap bisa dipertemukan dengan mama papah segera." ucap zada di sela kegiatannya.
Ia kemudian menaburi bunga dikedua makam orang tuanya. Kini, makam sudah dipenuhi oleh bunga-bunga indah.
Zada terus menatap makam keduanya dengan lekat. Ia benar-benar merindukan sosok kedua orang tuanya.
Ia sendiri tidak ingin membangun atau menghiasi makan kedua orang tuanya dengan keramik, karna yang ia tau kalau hal itu tidak di anjurkan.
"Maafin gue." ucap seseorang dibalik pohon yang sedari tadi melihat pergerakan zada.
Sudah sejam berlalu, sebenarnya zada masih ingin berada di makam tapi melihat pak widodo dan bi titin yang kelelahan, ia memutuskan untuk pulang.
"Pak wid, bi titin ayo pulang sekarang." ucap zada tiba-tiba.
"Kalau non masih ingin disini, tidak apa non bapak sama bi titin akan menunggu." jawab pak widodo tidak enak, walaupun benar yang di katakan gadis itu.
Zada menggelengkan kepalanya dan hanya melontarkan senyuman.
"Baik non." kini ketiga pergi meninggalkan makam, zada yang baru setengah jalan menengok ke belakang.
Ia melambaikan tangan ke arah makan kedua orang tuanya sebagai ungkapan perpisahan.
"Putri kesayangan kalian akan datang lagi nanti, sampai jumpa ma, pah." tidak seperti biasanya, kali ini senyuman zada sangat mengembang. Entah mengapa hatinya jauh lebih baik setelah mengujungi kedua orang tuanya.
- 𝙏𝙚𝙧𝙖𝙨 𝙍𝙪𝙢𝙖𝙝 -
Zada mendapati alvin sedang menunggu nya didepan rumahnya. Entah untuk urusan apa alvin mendatangi dirinya.
"Loh, kak alvin sudah lama disini?." tanya zada dengan raut wajah bingung.
"Cantik, gue suka." ucap alvin tak sadar.
"Barusan aja, zada darimana?." kini giliran alvin yang bertanya, karna zada memakai gamis hitam dengan balutan jilbab di kepalanya.
"Selesai ziarah ke makam mama papah, kak." jawab zada jujur.
Alvin hanya manggut-manggut. "Kak alvin ada yang mau di omongin sama zada?."
Bi titin tiba-tiba datang dengan membawa nampan berisi dua gelas susu dan cemilan.
"Nah ini bibi sudah bikinkan susu strawberry untuk non zada, dan susu coklat untuk den alvin."
"Makasih banyak bi." ucap alvin dan zada bersamaan.
"Bibi permisi kedalam dulu ya non, den." ucap bibi yang dibalas anggukan oleh kedua sejoli itu.
Mereka pun kembali melanjutkan pembicaraan yang sempat terhenti tadi.
"Akhir-akhir ini, kakak sering ngelihat kedekatan kamu sama darez. Kalian ada hubungan serius?." akhirnya alvin mengungkapkan pertanyaan yang sempat memenuhi isi kepalanya.
"Kenapa kak alvin bisa berpikir kalau zada ada hubungan sama kak darez?." bukannya menjawab, zada malah melontarkan pertanyaan ke alvin.
___
Bagaimana tidak berpikir begitu, akhir-akhir ini darez tidak seperti biasanya. Ia sengaja mengintip darez ketika membawakan semangkok bakso yang ia pesan ke ruang uks.
Awalnya alvin bingung, untuk apa sahabatnya itu ke ruang uks. Beberapa menit kemudian, darez keluar dari ruang uks meninggalkan semangkok bakso disana.
Alvin pun ingin mengetahui siapa yang berada di dalam ruang uks itu. Kebetulan gorden di ruangan itu terbuka setengah yang memudahkan alvin untuk mengintip.
"Zada?." alvin terkejut ketika yang ia lihat adalah gadis kecilnya sedang menyantap semangkuk bakso. Tidak ada orang lain disana, hanya ada seorang.
Kejadian itu tidak hanya sekali, saat darez meminta izin untuk ke toilet. Alvin merasa ada yang tidak beres. Ia pun berpura-pura mengantuk agar gurunya menyuruh nya untuk mencuci muka.
Benar saja, taktik alvin berhasil. Tidak perlu waktu yang lama gurunya menyuruh untuk mencuci muka agar tidak mengantuk.
Kebetulan wastafel kelas XII MIPA 2 berada tepat berhadapan dengan lapangan. Jadi, alvin bisa leluasa untuk melihat pergerakan zada dan darez.
Awalnya, alvin tidak menaruh kecurigaan terhadap darez karna yang ia lihat kalau darez benar menuju ke toilet. Namun, statement itu langsung dipatahkan alvin, ketika melihat darez yang memberikan air mineral untuk zada.
Mereka berdua sudah terlihat sangat akrab menurut alvin. Kenapa alvin baru menyadari nya sekarang, apa ia harus bersaing dengan darez, sahabatnya untuk mendapatkan cinta seorang gadis bernama zada fadila?
"Gue tau pikiran lo vin, gue ngga rela kalau persahabatan kita hancur cuman karna cewe baru itu." ucap alvino yang entah kapan berada disamping alvin.
Karna sedari tadi Alvino juga menyaksikan pemandangan yang dilihat oleh kembarannya itu.
"Bisa lo pahami kan, alvin altar." lanjut alvino dan langsung masuk ke ruang kelas.
"Arghh, zada punya gue. Siapa pun yang dekati zada bakalan berurusan sama gue, sekalipun orang itu sababat gue." alvin mengepalkan tangan nya kuat, rahang nya mengeras seakan akan ingin membogem seseorang.
___
"Kak alvin, kenapa? Kakak lagi marah?." tanya zada bingung, karena melihat ekspresi alvin yang tiba-tiba berubah.
Benar saja yang zada katakan, alvin sedang terbawa suasana. Ia pun langsung merenggangkan pergelangan tangan nya.
"Kakak mau ajak zada jalan, mau?." lagi-lagi alvin mengalihkan pembicaraan.
"Hm, boleh kak tapi zada mau ganti baju sebentar ya." bukannya bagaimana, gamis hitam yang zada kenakan sekarang kotor terkena tanah saat berada di makam.
Alvin mengiyakan pernyataan zada dengan menganggukan kepalanya.
Jika menyukai bab ini, silahkan pertimbangkan untuk memberikan vote.
Terima kasih🙌

KAMU SEDANG MEMBACA
DAREZA
Teen Fiction[𝘿𝙖𝙧𝙚𝙯 𝙯𝙖𝙙𝙖] 𝟶𝟾 𝙰𝚐𝚞𝚜𝚝𝚞𝚜 𝟸𝟶𝟸𝟸 Kejadian malang yang menimpa kedua orang tuanya membuat zada terpaksa harus mengubur sikap kekanak-kanakannya. Namun, dibalik peristiwa menggenaskan itu, rupanya ada sekelompok orang yang harus bert...