"Sini dulu, gue mau jelasin." Marvin menarik lengan Gianna agar wanita itu tak bisa lagi menghindar. Tarikan agak kencang tersebut membuat tubuh Gianna oleng hingga jatuh ke dalam pelukan Marvin yang kini sedang berdiri tepat di belakangnya.
Gianna pun memberontak sekuat tenaga. Dia tidak sedang dalam suasana hati yang baik sekarang.
Setelah berhasil melepaskan diri, Gianna beranjak untuk mendudukkan dirinya di sofa yang terletak di sudut ruangan. Namun sebelum itu, dia lebih dulu melepaskan blazernya hingga menyisakan midi dress tanpa lengan.
"Ada yang mau lo tanyain dulu nggak?" tanya Marvin sambil berjalan mendekati Gianna lagi. Untungnya kali ini wanita itu sudah tidak menghindar.
"Nggak ada."
"I'm really sorry, babe."
Gianna memutar bola matanya malas. Dia ingin langsung ke inti pembicaraan. "Katanya mau jelasin?" ujarnya dengan nada ketus yang terdengar sangat tidak bersahabat.
"Iya, ini mau."
"Yaudah cepet."
Marvin pun memposisikan dirinya berjongkok di depan Gianna yang duduk menyilangkan kaki di sofa. Dia menggenggam tangan wanita itu sebelum mengatakan kalimat panjang lebar. "Gue sama Aira dulu satu sekolah pas SMA. We fell in love each other and ended up dating for almost 3 years. She's not my first love, but she's the longest I've been in a relationship with. Waktu itu gue sama Aira putusnya baik-baik tanpa ada masalah internal, makanya sampe sekarang kita masih temenan akrab kaya biasa."
Oh, this is worse than she thought.
Gianna belum puas mendengat alasan yang Marvin utarakan. Kejadian saat di mall adalah hal yang jelas berbeda. "Temen sih temen, tapi kenapa pas ketemu di mall waktu itu lo lebih milih nemenin dia dan nyuruh gue jalan sendiri?"
Marvin langsung membantahnya. "Gue nggak pernah nyuruh. Kan gue cuma ngasih lo tawaran mau ikut nemenin Aira atau jalan sendiri dulu. Lo sendiri yang milih opsi kedua."
"Kayanya gue harus ngelakuin hal yang sama dulu baru lo bisa ngerti apa yang gue rasain." Gianna tidak ingin dianggap lebay, sehingga dia mengandaikan jika situasinya dibalik. Dia sangat yakin Marvin jika pasti akan bereaksi sama sepertinya. Malah bisa jadi lebih parah.
"Kan udah pernah. Waktu itu lo lebih milih pulang bareng Haikal dan ngebiarin gue pulang sendirian."
"Kok diungkit lagi?" Kini wanita itu jadi sedikit curiga jika sebenarnya ini semua adalah bagian dari aksi pembalasan dendam Marvin padanya.
"Bukan ngungkit. Gue cuma ngingetin kalo kita itu sama aja."
No way. Gianna jelas tidak terima saat Marvin menyamakan situasi mereka. "Beda lah. Haikal bukan mantan gue."
"Yaudah, iya. Intinya gue minta maaf karena nggak bilang dari awal kalo Aira mantan gue. Sekarang udahan ya, jangan lama-lama marahnya," bujuk Marvin seraya mencubit pipi kanan Gianna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits [✓]
FanficMarvin dan Gianna memang telah sepakat untuk menjalin hubungan yang cukup rumit tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Namun mereka bisa apa jika takdir malah berkata sebaliknya? ©️zrstly, 2022