Semenjak malam itu, Andra dan Nicola menjadi dekat. Sekarang tidak akan heran bila melihat keduanya kemana-mana selalu berdua. Ke kafetaria, ke perpustakaan, atau sekedar ngobrol di taman. Di bawah pohon, tempat favorit Andra. Yang ternyata menjadi tempat favorit Nicola juga.
Teman-teman mereka mengira, keduanya sudah berkencan. Menjadi sepasang kekasih. Padahal nyatanya tidak. Andra belum pernah menyatakan perasaannya pada gadis itu. Dan Nicola juga tidak pernah menanyakan hal itu. Mereka memang dekat, tapi hanya sebatas teman. Tidak lebih dari itu.
"Kalau ada orang yang tahu kalian berdua tidak berkencan. Kurasa orang itu akan menjatuhkan rahangnya karena kaget," kata Carmen yang mengetahui status hubungan sahabatnya dengan pria asia itu." Mana ada orang yang sekedar berteman seperti kalian. Lengketnya seperti sepasang kekasih. Apa ini yang dinamakan friend with benefit?"
"Friend with benefit apanya? Tidak ada sex dalam hubungan kami. Murni hanya berteman."
"Kau bercanda? Apa Andra itu lelaki normal? Oke, aku tahu ia sedingin es. Hatinya sudah membeku karena bla..bla..bla..tapi kau? Apa kau gak ngiler ngeliat pria setampan dia, dengan otot-otot yang bagus dan aura jantannya?"
"Apa maksudmu? Kau pikir aku perempuan yang gampangan? Bisa tidur dengan sembarang pria?" Nicola mendengus marah. Menatap Carmen tajam. Yang ditatap cepat-cepat sadar dengan kesalahannya.
"Oke, aku minta maaf. Tapi ayolah, gadis mana yang bisa tulus berteman dengan seorang pria tampan dan jantan, tanpa melibatkan perasaan? Kecuali dia lesbian! Dan aku tahu kau normal!"
Nicola memutar matanya mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Dan yang aku herankan, bagaimana ia bisa menahan diri dihadapan gadis secantik dan seseksi dirimu?"
"Karena ia lelaki yang baik?"
"Pfft..kau yakin? Apa di dunia ini masih ada lelaki yang baik? Bukankah mereka kebanyakan berpikir dengan nafsunya, daripada otak?"
Fix, omongan Carmen makin ngawur."Jujur, Nik. Kau tertarik padanya?"
"Kau sendiri yang bilang, tidak ada perempuan yang tulus berteman dengan pria tampan tanpa melibatkan perasaan!"
"Kalau begitu, kenapa kau tidak ajak dia kencan? Atau setidaknya kau nyatakan perasaanmu!"
"Tidak semudah itu!"
"Kenapa tidak?"
"Karena ia pria Asia! Dari Indonesia! Ia berasal dari negeri yang masih kental dengan norma-norma ketimurannya. Ia tidak menyukai perempuan gampangan."
"Menyatakan perasaanmu, bukan berarti kau perempuan gampangan, Nik."
"Tapi ia tidak akan senang bila perempuan yang lebih dulu menyatakan perasaannya."
"Dari siapa kau mengetahui hal ini?"
"Jones. Dan juga Bayu. Teman satu negara dengan Andra. Ia bilang, di negerinya tidak lazim perempuan menyatakan perasaannya duluan. Terlebih mengajak kencan seorang pria."
Carmen ternganga."Sungguh merepotkan. Lalu sampai kapan kau dan dia akan memiliki hubungan yang tidak jelas? Kau mau terus di gantung seperti ini? Karena jika ditilik dari ceritamu. Sangat mustahil Andra akan menyatakan perasaannya padamu."
"Aku juga tidak tahu." Nicola menatap Carmen dengan raut putus asa. Saat itu ponselnya berbunyi. Bertanda ada notifikasi masuk. Nicola membuka ponselnya dan membaca notifikasi yang masuk.
"Dari siapa?"
"Andra. Ia mengajakku makan siang." Nicola menutup lokernya. Lalu menguncinya. Saat ini mereka memang sedang berdiri di depan loker, yang banyak disediakan di sekitar kampus mereka." Aku harus pergi."
"Lihat, kau seperti perempuan gampangan. Begitu ia memanggilmu kau langsung berlari padanya."
Nicola tertegun."Apa maksudmu?"
"Kau harus memperjelas hubungan kalian! Apa kau mau diperlakukan hanya sebagai teman padahal jelas-jelas kau tertarik padanya? Kau harus mengatakan perasaanmu yang sebenarnya, Nik."
"Aku tidak bisa. Sudah kubilang,ia berbeda dari kita. Ia bukan pria Amerika yang..."
"Kalau kau tidak bisa mengatakan padanya tentang perasaanmu. Bagaimana kalau kau mengujinya?"
"Maksudmu?"
"Kau bisa mengujinya, apa ia juga memiliki perasaan yang sama denganmu."
Nicola tercenung mendengar ucapan Carmen. Menguji Andra? Tapi bagaimana..?
*******
Andra sudah berada di kafetaria saat Nicola muncul. Ia juga sudah memesan makanan untuk gadis itu. Karena Nicola sudah mengirim pesan padanya tadi, ia ingin makan makanan Meksiko, Andra sudah memesan burritos. Dan ia sendiri Tacos. Kafetaria memang menyediakan aneka ragam makanan.
Andra melambaikan tangannya saat melihat gadis itu, kafetaria siang ini cukup ramai. Untung saja ia bisa menemukan tempat yang strategis. Strategis menurut versi Andra. Di sudut.
"Sudah lama?" Gadis itu langsung duduk di depan Andra. Masih ada kursi yang tersisa. Tapi anehnya tidak ada yang ingin duduk bersama mereka. Tentu saja, mereka lebih senang duduk bersama teman-teman yang mereka kenal daripada duduk dengan pasangan, yang lebih mirip pasangan kekasih daripada teman.
"Belum terlalu." Andra menunjukan makanan yang ada di hadapan Nicola." Burritos. Sesuai pesananmu."
"Terima kasih."
"Apa sabtu ini kau ada acara?" tanya Andra disela-sela makan mereka. Nicola memiliki kebiasaan makan rapi. Manner nya bagus sekali di meja makan.
"Ada apa?" Nicola mengangkat wajahnya.
"Aku ada dua tiket gratis. Kau mau pergi nonton film bersamaku?"
"Maaf, aku tidak bisa. Sabtu ini aku ada janji," ucap Nicola santai.
"Dengan siapa?"
"David."
"Apakah ini...kencan?"
Nicola mengangguk. Matanya terlihat berbinar. Ia pura-pura tidak melihat perubahan paras Andra." Maaf, mungkin lain kali kita bisa pergi nonton. Atau kau bisa mengajak Jones atau...seorang gadis?"
Andra tidak menjawab. Wajahnya terlihat masam. Sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Sementara Nicola mati-matian berusaha mengabaikan perubahan di wajah Andra. Hanya ini satu-satunya jalan ia bisa menguji perasaan Andra. Apa pemuda ini juga memiliki perasaan yang sama dengannya.
Memutuskan hal ini, Nicola kembali asyik menyantap makanannya. Bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter sweet love (END)
RomanceAndra patah hati. Kekasihnya selingkuh dan memilih bersama sepupunya. Sakit hati dan kecewa, ia memutuskan untuk kuliah di Amerika. Bersumpah tidak akan lagi jatuh cinta. Sampai ia bertemu Nicola Watson. Cewek bule yang cantik, sexy dan seorang..pla...