Setelah melewati kawasan tersebut, jalan yang dilalui oleh Farel dan Ara menuntun mereka ke tepi pantai untuk kedua kalinya. Farel menurunkan kecepatan mobilnya begitu melewati tepi pantai. Untuk terakhir kalinya mungkin, ia akan menikmati suasana pantai dimalam hari berdua dengan Ara. Malam hari itu, mereka berdua lebih banyak menyanyikan lagu bersama-sama di mobil dibandingkan dengan melakukan pembicaraan. Pada akhirnya, Farel pun mengantarkan Ara pulang ke kos temannya. Setelah Ara turun, Farel langsung bergegas menuju rumah neneknya. Lalu-lintas yang sepi membuat Farel hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk menuju rumah neneknya.
Setelah sampai, seperti biasa, Farel menghisap sebatang rokok terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam rumah. Ia pun segera membuka HP dan instagram nya. Begitu ia membuka instagram, ia merasa aneh.
"Siapa ini, gua gak pernah follow orang-orang ini"
Saat ia membuka profil, barulah ia sadar bahwa itu adalah akun instagram milik Ara. Ia ingat, tadi Ara memang beberapa kali meminjam HP nya dan memasukkan akunnya. Farel mengira, Ara sudah mengeluarkan akun instagramnya. Entah Ara sengaja, atau lupa untuk mengeluarkan akunnya, Farel sendiri tak tau.
"Kesalahan besar bagi kamu," ujar Farel dalam hati.
Ya, Farel menganggap Ara melakukan kesalahan besar dengan membiarkan akun instagram nya masih log-in di HP Farel. Ia pun mulai mengulik Ara lebih dalam. Dilihatnya arsip instastory milik Ara. Farel pun terkejut melihat isinya, bersamaan dengan bunyi petir yang cukup nyaring dimalam itu. Ia melihat sosok yang berbeda, sangat berbeda. Saat masa SMA, Ara memakai jilbab, dan pakaiannya lebih tertutup dibanding sekarang. "Dia cantik" ujar Farel dalam hati.
Meskipun saat diluar sekolah Ara tak mengenakan jilbab, akan tetapi pakaiannya masih lebih tertutup dibanding sekarang. Ia kemudian melihat arsip yang lebih baru, terlihat ada beberapa foto dan video Ara bersama sang mantan. Farel pun melihat arsip yang lebih baru, sampai arsip cerita paling terakhir. Tangannya bergetar. Ia melihat perubahan yang luar biasa dari Ara. Ya, dari arsip tersebut, Farel bisa melihat, Ara berubah menjadi seperti sekarang setelah ia ditinggal oleh mantan pacarnya.
Entah pemikiran Farel ini salah atau benar, Farel berpikir Ara sakit hati, dan melampiaskannya dengan hal-hal seperti itu, seperti masuk ke club malam, berpakaian sedikit terbuka, dan sering berkumpul dengan teman-temannya yang terkesan bad girl bagi Farel. Meskipun begitu, Farel sama sekali tak menganggap Ara seorang bad girl karena pemikirannya tadi. Menurutnya, Ara adalah perempuan yang baik, akan tetapi ia melakukan itu semua untuk pelampiasan sementara bagi dirinya setelah ditinggal oleh sang mantan. Farel pun iseng mengecek DM instagram Ara dengan 2nd account milik Ara sendiri. Terlihat beberapa screenshot percakapan whatsapp Ara dengan mantannya. Saat melihat 1 gambar percakapan, akhirnya Farel tersadar. Ara memang benar-benar berubah setelah ditinggal oleh sang mantan.
"Kamu gak pernah mikirin aku. Sekarang aku nyibukin diri aku keluar sana sini kayak orang gak keurus...." kata-kata dalam percakapan itu terus terngiang-ngiang dalam kepala Farel. Farel memiliki pendapat meskipun Farel sendiri tak yakin apakah pendapat ia benar.
"Dia yang gak dapat kasih sayang dari ayah sejak kecil, dan dirumah pun dia sama mamanya saling cuek satu sama lain. Akhirnya dia ketemu sama cowok yang mungkin udah dia anggap sebagai tempat dirinya untuk bercerita, berkeluh kesah, dan mungkin sudah dianggapnya sebagai "rumah" sendiri, terus cowok itu ninggalin dia, dan.... huffttt," ujar Farel dalam hati yang diakhiri dengan hembusan nafas yang mengeluarkan asap rokok dari mulut dan hidungnya.
"Cowok itu gak jahat. Lebih tepatnya aku gak bisa bilang cowok itu jahat. Karena aku baru liat cerita dari satu sudut pandang, tapi... tapi... tapiii...." lagi-lagi perkataan dalam hati Farel terhenti. Wajahnya mulai merasa panas, tangannya mulai mengepal. Di depannya ada kaca mobil, di belakangnya ada tembok. Entah apa yang akan menjadi sasaran tinju kepalan tangan Farel kali ini. Pada akhirnya, ia menghisap rokoknya dalam-dalam sampai dadanya terasa sesak dan menghembuskannya kembali. Ia melakukan hal itu untuk menenangkan dirinya.
Entah kurang sial apalagi Farel hari ini. Satu jalan untuk mengejar ambisinya telah gagal. Kini ia mengetahui latar belakang wanita yang ia kagumi. Selain itu, beberapa hari lalu, ayahnya memberi kabar kepada dirinya bahwa sang ayah akan menjual mobil kesayangannya. Farel merasa dadanya sakit. Ia teringat dengan niat awalnya, jika ia lolos ke tahap berikutnya dalam kejuaraan tersebut, ia pasti akan semakin bersungguh-sungguh untuk menjuarainya. Jika ia medapatkan uang dari kejuaraan tersebut, maka ia ingin mengajak Ara untuk berlibur kemanapun mereka ingin pergi. Akan tetapi, semua itu tak akan pernah terjadi, semua sudah hilang.
"Dia, dia ketemu dengan cowok yang mungkin udah dia anggap sebagai rumah. Tapi cowok itu pergi ninggalin dia. Akhirnya dia cari pelampiasan, lebih tepatnya dia cari lingkungan baru," ujar Farel dalam hati. Matanya mulai berkaca-kaca, sebisa mungkin ia menahannya agar air matanya tak menetes.
Farel memiliki logika yang lain. "Akhirnya, dia nyari lingkungan baru. Tapi mungkin lingkungannya salah. Tapi gapapa, aku sadar. Lingkungan yang menurut aku salah, belum tentu salah menurut Ara. Begitupun sebaliknya," lanjut Farel dalam hati.
"Tapi, aku udah ngeliat dia. Dari gerak-geriknya mungkin dia memang kurang nyaman sama lingkungannya yang sekarang. Tapi dia gak punya pilihan. Itulah yang ditemui nya," lanjut Farel.
"Dia gak salah, lingkungannya yang salah!" logika Farel berkata seperti itu.
"Kamu cewek baik. Aku sama sekali gak pernah nganggap kamu buruk. Kamu cewek yang kuat, dan aku yakin kamu lebih kuat daripada aku. Aku gak pernah mempermasalahkan cara kamu berpakaian, aku gak pernah mempermasalahkan kalau kamu ngerokok, aku juga gak mempermasalahkan kalau kamu minum minuman beralkohol, aku gak pernah mempermasalahkan kalau kamu pulang larut malam, dan yang harus kamu tau, aku sama sekali gak pernah malu jalan berdua sama kamu meskipun cara kamu berpakaian seperti itu. Sekalipun aku pacar kamu, aku gak akan pernah mempermasalahkan hal itu semua! Terserah orang-orang mau nganggap kamu buruk, kamu gak pernah buruk dimata aku. Orang-orang cuma bisa nilai kamu dari luar, tapi mereka gak pernah tau apa yang kamu lalui!" lanjut Farel dalam hati.
Air mata Farel mulai menetes, padahal ia sudah berusaha menahannya dengan begitu keras. Farel tersenyum. Entah senyum apa yang terpancar diwajah Farel, dan entah mengisyaratkan apa senyuman Farel tersebut. Bahkan ia sendiri tak mengetahuinya.
"HAHAHAHAHAHA!" Tiba-tiba Farel tertawa. Ia sendiri tak tau mengapa ia tertawa.
"Dunia terlalu kejam untuk kamu. Lingkungan kamu salah menurut aku. Lingkungan kamu salah! Sekarang kamu terjebak. Adakah jalan keluar? Aku gak tau. Hanya kamu sendiri yang tau akan hal itu," ungkap Farel dalam hati sambil mengelap air matanya.
Ya, Farel sadar. Ara terjebak. Dan untuk sementara ini, tak ada jalan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi (The Wrong Part Of Town)
Genç Kurgu"Kamu gak masalah ya ngeliat cewek ngerokok?" tanya Ara kepada Farel. *** "Rell, aku lagi buntu banget. Udah 3 hari ni aku dikos temen aku karna lagi ribut sama mama" *** "Aku boleh make uang kamu lagi gak?..." *** "Mungkin ada yang mau dibilang nya...