1

16.4K 1.5K 181
                                    

Good morning...

Senang ketemu lagi dengan kalian. Apalagi ada cerita baru.

Jangan lupa masukkan ke dalam library kalian.

Saya tunggu komen dan vote-nya ya....

Selamat membaca.

***

Sekelompok murid yang terkenal pembuat onar melintasi lapangan basket SMU. St. James. Samuel, sang pemimpin berjalan di depan diikuti beberapa temannya. Mereka bukan sedang beristirahat. Melainkan baru saja menerima panggilan dari kepala sekolah yang baru, Suster Bernadeth. Keempat murid kelas XII tersebut segera memasuki ruangan yang terlihat sejuk. Sementara Suster kepala menatap tajam pada anak didiknya dari kursi kebesaran yang terdapat di ujung ruangan. Akhirnya perempuan bertubuh subur itu bangkit berdiri lalu menghampiri mereka

"Siapa yang bernama Samuel?" tanyanya dengan nada tegas.

Seorang yang bertubuh tinggi dan terlihat paling tampan menunjuk tangan. "Saya, Suster."

Perempuan itu berusaha tersenyum sambil mengembuskan nafas panjang. Ia sudah mendengar laporan tentang anak didik yang satu ini, bahkan jauh sebelum bertugas di sini. Raut wajahnya seolah tak bersalah, menantang siapapun yang sedang berbicara dengannya.

"Kamu kelihatan sehat."

"Memang saya nggak sakit!" Pria muda itu menjawab seolah menantang.

"Tapi apa yang kamu lakukan tadi pagi membuat saya berpikir bahwa kamu sedang sakit." jawab sang Suster sambil tersenyum.

Mata Samuel segera melebar, "Memangnya saya ngapain?"

"Dengan sengaja menabrak seseorang dan menghancurkan hasil karyanya yang harus dikumpulkan hari ini. Itu adalah perbuatan orang sakit."

"Di mana sakitnya?"

"Bukan pada tubuh, tapi pikirannya!"

"Suster mau bilang kalau saya gila?"

"Tidak sama sekali. Saya tidak berhak mengatakan bahwa seseorang itu gila. Yang berhak memutuskan adalah Dokter Ahli Jiwa. Saya seorang pendidik, jadi tidak boleh mengatakan itu." Suster Bernadeth bicara dengan kepala tegak. Ia tahu kalau anak muda didepannya tengah berusaha mengintimidasi.

"Oh, yang itu. Saya nggak sengaja Suster. Buru-buru tadi."

"Yakin dengan jawabanmu? Karena yang saya lihat tadi bukan cuma kamu, tapi juga teman-temanmu. Kalian sudah merencanakan?"

"Saya yang menabrak, teman saya nggak ikut-ikutan Lagian salah sendiri Airin nggak minggir." Samuel berusaha mengelak sekaligus melindungi teman-temannya.

"Saya berada di sana Sam! Kamu tahu lorong masuk lebarnya delapan meter. Jadi sangat luas kalau hanya untuk tidak bertabrakan satu sama lain. Lagi pula kalian searah. Kamu meminta teman-temanmu untung menggiring Airin kearahmu. Benar bukan?"

"Suster salah lihat. Suster, kan, udah tua," kembali Samuel Mengelak.

"Tapi ada kacamata yang membantu penglihatan saya. Kamu tahu sampai sekarang Airin masih menangis? Seharusnya dia presentasi kelompok hari ini. Dia sudah berusaha membuat maket tersebut selama seminggu."

"Maket begitu, kan bisa dibuat lagi. Paling setengah jam."

"Kalau begitu kamu perbaiki tugasnya yang sudah hancur tadi, SE-KA-RANG! Di ruangan saya. Kembalikan seperti semula. Kalau perlu kamu buat lagi dalam waktu setengah jam!"

"Suster," kini wajah Samuel dan keempat temannya memucat.

"Tapi kami harus masuk kelas."

"Saya akan menyampaikan pada Pak Kusbandi supaya kalian ijin untuk mengerjakan tugas Airin. Ini hukuman kalian."

TAK LEKANG OLEH WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang