Bet

242 26 4
                                    

Di sudut sunyi perpustakaan, tampak seorang pemuda berambut hitam sedikit berantakan, duduk di salah satu kursi kayu menghadap jendela besar memperlihatkan keindahan di luar. Mentari senja menyorot masuk melalui kaca, menciptakan bayangan pada benda apapun yang tersorot olehnya.

Aroma khas dari buku-buku yang terpajang memenuhi rak, menyeruak masuk ke rongga hidung, campuran antara aroma kertas tua dan tinta memudar, memberikan kesan hangat yang tidak bisa dijelaskan. Suasana di sekeliling nya benar-benar sunyi dan juga tenang, hanya terdengar detak jarum jam, dan gesekan kertas yang tercipta setiap kali membalik halaman.

Di atas meja tergeletak beberapa buku yang dibiarkan terbuka. Tangan pemuda itu sibuk mencatat sesuatu di buku catatannya, menggoreskan beberapa pemikirannya di atas lembaran kertas tersebut, sembari sesekali mata hijau cemerlang miliknya bergerak mengikuti untaian kata pada buku, yang menjadi referensi topik yang sedang ia pelajari.

Perlahan jemari nya mulai berganti tugas, membalikkan halaman demi halaman. Sesekali ia menghela napas, alisnya berkerut, tenggelam dalam paragraf rumit yang membuatnya tidak mengerti. Ia menunduk frustasi, kenapa semua ini sulit sekali untuk dipahami?

Pemuda itu tidak menyerah. Ia mengambil buku lain, berusaha mencari jawaban akan pertanyaan yang mengganggu pikirannya. Menghubungkan semua yang telah ia baca di buku sebelumya, dan yang ada di pikirannya saat ini.

Lama ia menyelami paragraf demi paragraf. Tapi, semua kesabarannya itu setimpal dengan ia yang akhirnya berhasil menemukan jawabannya, dan mengerti mengapa semua itu bisa terjadi.

Pemuda manis itu, Harry, dengan penuh semangat mengambil pena bulu miliknya yang tergeletak mengenaskan di atas buku catatan, menuliskan semua jawaban atas kebingungannya. Ia tersenyum senang, bangga akan dirinya sendiri. Ia kembali melanjutkan kegiatan belajarnya, dan mencari topik pelajaran lain untuk dipelajari.

Di sore hari yang cerah ini Harry memutuskan menghabiskan waktunya di perpustakaan dengan mempelajari banyak hal tentang pembelajaran yang akan diujikan dalam ujian N.E.W.T, yang tidak akan lama lagi segera dilaksanakan. Harry tergerak hatinya untuk belajar karena dirinya ingin mendapatkan nilai sempurna Outstanding, agar bisa lulus dan menjadi seorang Auror, yaitu pekerjaan yang selalu ia impikan.

Harry membenarkan letak kacamatanya yang turun sembari terus berfokus pada buku besar di hadapannya, saking fokusnya hingga ia tidak menyadari kehadiran seseorang yang berdiri tepat di belakangnya. Pemuda itu memandanginya dengan senyum bangga akan kegigihan nya dalam membaca buku tebal tersebut.

Cup!

Pemuda itu mengecup pipi kanan Harry dan membuat si manis terkejut setengah mati. Harry menoleh dan hendak memaki siapapun yang dengan kurang ajar berani mengecup pipinya sembarangan. Tapi, seketika keinginan memaki itu berganti dengan tatapan malas, ketika mendapati siapa yang baru saja melakukannya.

"Dor!" bisik pemuda itu tepat di telinga Harry, karena tidak mau mendapatkan lemparan buku oleh Madam Pince, karena sudah membuat keributan di ruang lingkup kerjanya.

Pemuda itu memeluk leher Harry dari belakang. "Dray. Kau mengejutkanku." ucap Harry pelan setengah berbisik sembari memukul lengan pucat yang melingkar di lehernya. Sungguh, tadi ketika si pirang ini tiba-tiba mengecupnya, jantungnya serasa berhenti sesaat, sebelum menyadari jika itu adalah kekasihnya sendiri, Draco Malfoy.

"Memang itu tujuanku." jawab Draco dengan seringai khas miliknya yang tidak pernah berubah. Harry memutar matanya malas saat mendengar jawabannya. "Baiklah. Aku minta maaf. Tapi, apa yang sedang kau lakukan disini, hm?" Pertanyaan yang cukup aneh bagi Harry. Hei, memangnya si pirang ini tidak lihat apa jika dirinya sedang belajar?

Random Story (Drarry)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang