Hai readers. Salam sayang dari author.
Di part kali ini Alano ketemu sama Gibran, kira-kira gimana ya pertemuan mereka?
Cuss baca!!
Happy Reading🍂
*
*"Mana sih nggak ah," jawab Gibran membantah penuturan Kanaya. Padahal hatinya sudah sangat berdebar melihat anak tersebut.
"Eh Ran, tapi ko bisa dia sendirian. Kita kesana yuk!" Ajak Kanaya. Matanya tak henti memandang anak didepannya.
"Gak usah lah Nay," jawab Gibran ketus.
"Tapi Ran, please..." Kanya bahkan menyatukan kedua telapak tangannya guna memohon kepada Gibran.
Gibran yang tidak tega melihatnya pun bergegas menuruti apa yang Kanaya mau. Dia mendorong kursi roda Saski menuju keberadaan anak yang dimaksud.
"Hai adek.." sapa Kanaya sesaat setelah sampai disana.
"Hai.." jawab anak itu dengan senyumnya.
"Nama kamu siapa?" tanya Kanaya yang terus memandang anak didepannya, dia begitu terpana dengan ketampanan anak berusia tiga tahun itu.
"Alano Evandel" jawab Alano singkat.
Deg
Lagi-lagi Gibran dibuat terperanga, anak kecil dihadapannya ini memiliki nama Evander. Sontak nama itu mengingatkannya dengan sosok Saki.
"Andai aku dan Saski masih bersama, mungkin kami sudah punya anak lucu seperti anak kecil ini," batin Gibran.
"Wah bagus banget namanya, kenalin nama aunty Kanaya," ucap Kanaya mengulurkan tangannya.
"Hai aunty Kanaya," sapa Alano.
"Kamu lucu banget, orang tua kamu mana?" tanya Kanaya, dia penasaran mengapa anak sekecil ini bermain ditempat umum sendirian.
"Mommy dicana aunty, kalau dady aku gak tau dimana," jawab Alano dengan polosnya.
"Kok gak tau dimana, dady kamu kerja sayang?" tanya Kanaya lagi.
"Nggak kok, Alan gak punya dady," mata Alana kini mulai berkaca-kaca.
Deg
Gibran benar-benar dibuat bingung dan penasaran dengan anak dihadapannya. Bahkan anak dihadapannya ini mengatakan bahwa dirinya tidak punya ayah. Apa maksudnya itu.
"Gak punya dady gimana?" timpal Gibran yang kini benar-benar dilanda penasaran.
"Hiks...hiks..Alan gak punya dady, Alan mau punya dady," jerit Alano dengan suara tangisannya.
Gibran dan Kanaya dibuat gelagapan, pasalnya banyak sekali tatapan mata yang mengintimidasi mereka. Mungkin orang-orang disana mengira keduanya menyakiti anak Alano.
"Hei..kalian apakan anak ini?"
"Anak nangis ko dibiarin."
"Kalian penculik ya?"
Begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan untuk mereka berdua. Gibran tidak tinggal diam, di mencoba menggendong anak dihadapannya berharap Alano bisa berhenti menangis.
"Udah ya jangan nangis, kan udah uncle gendong," ucap Gibran menenangkan Alano. Tangannya kini sudah mengelus lembut puncak kepala anak dipangkuannya.
"Benar kata Kanaya, dia benar-benar mirip denganku," batin Gibran. Mata nya benar-benar dibuat terpana dengan ketampanan Alano.
KAMU SEDANG MEMBACA
GISAS || CEO Penakluk (END)
Diversos[ BUDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA, JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BAB DI PRIVATE] WARNING ⚠️ ADA BEBERAPA ADEGAN 18+ 21+. **** Kabar buruk dari Bandung mengharuskan Saski kembali ke tanah air. Dimana tempat itu banyak menyimpan kenangan selama 18 tahun kehi...