Chapter 6

176 18 0
                                    

⚠️⚠️⚠️


"Nggak semudah itu sayang.." ucapnya dengan melempar senyum miringnya padaku.

"Cih.. udah gw duga! mau apa lagi lo hah?!"

"Kalo gw bilang.. gw mau lo" jawabnya dengan begitu santainya.

Kuputar bola mataku malas, kucoba melepaskan kedua tanganku yang masih terkunci kuat olehnya, menurunkan paksa lenganku dengan sekuat tenaga, kedua lenganku sudah terasa pegal yang sedari tadi terkunci dengan posisi di atas kepalaku.

"LEPAS JI!" rontaku.

"Gw nggak akan lepasin sebelum lo menyetujui kesepakatan yg gw buat"

"SHIT!" sarkasku, yang berhasil membuat ekspresinya berubah dengan cepat.

"Bisa kasar juga lo, hm?" ucapnya seraya mendongakkan daguku cepat dengan jari telunjuknya.

"GW NGGAK AKAN KASAR, KALO LO NGGAK KASAR KE GW ! NGERTI !"

Benar-benar habis kesabaranku padanya, ingin rasanya meluapkan semua penderitaan yang telah lama kupendam sedari lama. Ingin sekali diriku memberinya pelajaran atas apa yang telah ia lakukan pada diriku beberapa waktu lalu.

"Kasar?! dari tadi gw nggak kasarin lo, kalo lo lupa"

"Nggak kasar?! nggak kasar lo bilang?! TERUS KASAR DALAM KAMUS LO GIMANA?! HAH?!" luapku.

"Lo mau tau kasar dalam kamus gw?" bisiknya.

"Biar gw kasih liat kasar dalam kamus gw kaya gimana" sambungnya seraya menarik kasar kedua lenganku yang masih dalam keadaan terkunci oleh tangannya.

Dilemparkannya tubuhku ke atas ranjang miliknya, mengikat kedua lenganku dengan belt yang baru saja ia lepaskan.

"SAKIT ! LO MAU APAIN GW SI ?! HAH?! LEPASIN GW JIHOON !" rontaku.

"Katanya lo pingin tau kasar menurut kamus gw ? jadi jangan salahin gw kalo nantinya terjadi apa-apa sama lo, karna lo sendiri yang minta, bukan gw"

"Stress lo hah?! lepamphmm-" putusku.

Disambarnya bibirku dengan kasar olehnya, menggunakan irama yang begitu berantakan. Menggigitnya kecil bibir bagian bawahku, menelusupkan indra pengecapnya masuk, mengabsen setiap deret gigi rapiku. Diriku sudah benar-benar pasrah sekarang, bagaimana tidak? kedua lenganku yang terikat ke atas mempersulitkanku untuk melepaskan diri darinya.

Lumatannya bergeser ke bagian leher jenjangku, menggigitnya hingga muncul beberapa tanda kepemilikan di sana. Tak tinggal diam, tangannya dengan cepat meloloskan seluruh kancing pakaian yang masih kukenakan hingga menampakkan permukaan kulitku. Mengusap perlahan namun berirama permukaan perutku hingga punggungku.

"Ji.. stop.. gw mohonnn.."

Sayangnya seorang Park Jihoon tidak menghiraukan sedikitpun isakanku, aku sudah tidak tau lagi sederas apa air mataku mengalir saat ini.

Tangannya terus menerus menelusup masuk menelusuri setiap inci tubuhku, mengusap permukaan punggungku dengan irama yang sulit kuartikan. Hingga sampailah jemarinya dengan cepat melepas kaitan bra yang kukenakan, menampakkan milikku yang padat dan berisi. Mengecup serta menggigitnya secara bergantian. Kututup rapat-rapat mulutku sebisa mungkin, sialan memang, sialan, benar-benar sialan.

Melihatku seperti ini, dirinya tak akan tinggal diam begitu saja. Bibirnya mengecup agresif leherku kembali seraya memainkan tangannya.

"Jimhmm.. stophh.. ji.. mhmhh"

Sebelah tangannya dengan cekatan meloloskan kancing celana jeans yang masih terpasang rapi, menanggalkan semua pakaianku yang tersisa. Darahku berdesir tak karuan tatkala jemarinya dengan santainya mengusap bibir sensitifku, membuat diriku menggelinjang tak karuan karenanya.

"Ji.. gw mohonnn.. jangan, ji gw mohon.. gw mohon ke lo ya.. jangan.." isakku seraya menggelengkan ribut kepalaku.

"Sorry, tapi lo yang minta, bukan gw" ucapnya tak acuh.

"Gw nggak minta ji.. gw gaada minta sama lo.. gw mohonnnn" tangisku pecah.

"Telat,  gw akan jadiin lo milik gw seutuhnya Run" ucapnya.

Tanpa memberi aba-aba dirinya segera melancarkan aksinya, mempermainkan tempo seenak jidatnya.

"Ji ahhnnn.. sakithhh hhh"

Rontaanku terasa begitu percuma, air mataku menderas dan tak terbendung lagi.

Brengsek lo ji ! brengsek ! gw bener-bener benci sama lo !  amarahku dalam hati.

Aku tidak tau lagi seberapa besar kekuatan yang digunakannya. Sungguh, tubuhku sudah tidak memiliki daya sama sekali, ingin rasanya memejamkan kedua mataku. Namun, manusia sialan ini terus saja memperalatku tanpa hentinya.

Menggunakan sedikit sisa tenagaku, diriku hanya bisa menggigit bibir bawahku diiringi dengan gelengan ribut kepalaku.

"G-gwhh.. mo-mohon ahnn.. hmhh.." lemasku.

Dipandanginya wajahku olehnya, mengusap lembut wajah sayuku yang terasa lembab akibat air mata dan keringat yang bercampur menjadi satu. Dirapikannya helaian-helaian suraiku olehnya.

"Gw masih sayang sama lo, makanya gw nggak main kasar ke lo"

"Sinting" ucapku samar.

"Cuma lo yang bisa bikin gw sesinting ini Run" balasnya seraya meraup lembut ranumku.




--------------------------------------------------------------

DON'T FORGET TO VOMMENT

BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang