___________________
Selaku pribadi yang terdeteksi bucin ‘lumayan’ akut pada oknum berinisial M alias siapa lagi kalau bukan Monita, Aiden berhasil dibikin nggak tenang macam cacing kepanasan, lantaran chat yang ia kirim dari sore tak kunjung dapat balasan, bahkan nggak ada tanda-tanda bakal dibaca.
Ya, gimana ya. Mengingat terakhir kali Monita nggak balas chat begini karena terkapar di rumah sakit, Aiden jadi khawatir kalau kesehatan cewek itu sekarang drop lagi. Alhasil begitu jadwal les private-nya selesai (sebenarnya sih belum, tapi sang guru cukup peka melihat dia yang kurang fokus dan terus duduk gelisah persis orang kena ambeien) nggak pakai banyak ngang-ngong bloon Aiden langsung cuzzz menuju rumah Monmon, demi memastikan sendiri keadaan si cewek baik-baik saja.
Seperti yang sudah pernah disinggung tipis-tipis, Aiden benar menyayangi Monita jauh lebih banyak dari yang semestinya. Sejak kapan dan bagaimana perasaan itu bisa muncul akan ia ceritakan kalau ada waktu, tapi yang terpenting jika mau diukur setinggi apa kadar sayangnya nih, andai kata Monita minta seisi dunia pun akan Aiden sanggupi, selama bikin cewek itu bahagia.
Untung seribu untung, sejauh ini Monita belum pernah minta seisi dunia. Paling mentok bakso bakar depan sekolah atau gorengan di warung Mpok Nurlela.
Ah ya, bicara soal makanan, berhubung Aiden sangat gengsi pergi bertemu “si kesayangan” dengan tangan kosong, jadilah ia membawa totebag besar berisi bakso bakar versi high quality, juga beberapa makanan lain. Aiden bisa menebak Monita pasti sudah kangen berat sama jajanan full micin, tapi kesehatan dia belum memungkinkan untuk bebas icip-icip. Mau nekat melanggar? Ada manusia CCTV alias Disi yang 24/7 siap melapor pada Tante Mami.
Begitu sampai depan pintu utama, Aiden putuskan untuk sedikit lebih sopan dengan pencet bel beberapa kali. Biasanya sih, saking sering berkunjung dan menganggap rumah ini sudah seperti milik sendiri, dia—dan teman lain—bebas nyelonong masuk dan langsung selonjoran asoy di ruang tengah, atau pergi ke ruang main yang ada di lantai tiga. Kesannya memang nggak beradab, tapi percayalah bahwa seluruh anggota keluarga Maheswara paling mager disuruh buka pintu, apalagi jika tamunya modelan Aiden yang seminggu dua kali wajib setor muka.
Sembari menunggu, Aiden tak lupa pasang cengir lebar nan cerah saingan sama cahaya lampu, dalam hati ia berharap yang membuka pintu nanti adalah Monita, biar bisa sekalian surprise ala-ala gitu.
Tapi oh tapi, kenyataan kadang nggak semulus khayalan.
Baru mau pencet bel untuk kesekian kali, pintu sudah duluan terbuka lebar, lalu yang muncul menyambutnya bukanlah sosok yang diharapkan.
“SIAPA YANG PENCET BEL—”
“SERPRA—AAAAAAAAAA!!”
“AAAAAAA!!”
Mereka kompak berteriak, macam saling lihat setan.
Sungguh! Aiden sama sekali nggak berniat histeris, tapi cewek bertubuh semampai dengan rambut panjang awut-awutan juga daster merah menyala yang berdiri tepat di depannya ini, lekas mengingatkan dia akan sosok suanggi—salah satu jenis roh jahat yang suka mangsa manusia—dan bikin dia refleks menjerit heboh.
“AAAAAAAA—”
“RAIDEN, SETOP! SAKIT KUPING KAKAK KRUNGU SUARA GAMBRENGMU!!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Defenders ✔️
أدب المراهقين• PERFECT SERIES • [Completed] [Dapat dibaca terpisah] _____________________________________ de·fend·er /dəˈfendər/ (noun.) a person who defends someone or something from attack, assault, or injury. • • • Tentang Monita yang merasa tidak pernah m...