BAB 2

19.5K 1.2K 11
                                    

"Eunghh..."

Leguhan lirih itu menarik perhatian seorang wanita paruh baya yang kini duduk di samping ranjang pesakitan yang ditempati gadis cantik.

Wanita itu tanpa aba-aba berlari keluar ruangan untuk mencari dokter yang menangani gadis tersebut.

Sedang gadis yang ditinggal itu kini mulai membuka kedua matanya yang terasa sangat berat.

Kedua mata itu mengerjap pelan beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya lampu ruangan yang masuk ke dalam retina matanya.

Setelah cukup, kedua mata bermanik hazel itu kini menatap lurus ke langit-langit ruangan yang ditempatinya.

Gadis itu tentu tau dimana dirinya sekarang berada melalui bau obat-obatan khas rumah sakit yang menyengat di indra penciumannya.

Haahhh

Helaan nafas panjang hadir dari mulut sang gadis yang masih tak bergerak dari posisi semula.

Apa aku selamat ya? Pikir gadis tersebut.

Gadis tersebut mulai beranjak memposisikan tubuhnya untuk duduk dengan hati-hati, namun suatu hal mengejutkan dirinya.

Dari kapan rambut aku sepanjang ini?

Bagaimana dirinya tak bingung, ia selalu rajin memotong rambutnya menjadi sebahu. Tapi kini tetiba rambutnya menjadi sepanjang pinggulnya.

Tak terlalu mengambil pusing hal tersebut, ia kini mencoba mengambil segelas air putih yang terletak di atas nakas samping ranjang pesakitan yang ia tempati.

Namun, saat itu juga waktu terasa berhenti untuk dirinya. Pantulan wajahnya terlihat jelas di cermin yang menempel di dinding.

A-apa apaan ini?

Gadis itu nampak sangat terkejut bukan main. Karena tentu ia tau pasti bagaimana bentuk wajahnya.

Warna kulit hitam manis dengan rambut hitam lurus sebahu, alis sedikit tebal dipadukan dengan kedua mata bermanik hazel, tak lupa hidung yang tak mancung dengan bibir tipis sedikit pucat juga pipi chubby yang kiranya tak menarik perhatian.

Namun kini, wajah di pantulan cermin itu bukan wajahnya.

Kulit berwarna putih bersih dengan rambut kecoklatan bergelombang sepinggul, alis pas tak terlalu tipis dan tak terlalu tebal, kedua bola mata hazel persis seperti miliknya dulu, hidung mancung dan bibir tipis berwarna peach alami, jangan lupakan pipi yang cukup chubby.

Tentunya ia tau bahwa ini bukanlah wajah maupun tubuh miliknya, lalu milik siapa? Kenapa ia berada di sini?

Lamunannya buyar ketika pintu ruangan tersebut dibuka dengan tergesa, membuatnya menoleh ke arah pintu tersebut dengan cepat.

Pelaku yang membuka pintu tersebut tak lain adalah seorang wanita sekitar 25 tahun an dengan pakaian dokter juga wanita paruh baya yang berpakaian biasa saja.

Wanita yang diyakini sebagai dokter tersebut mendekat ke arah sang gadis yang tampak masih linglung.

"Apakah ada yang sakit, Nona?" Tanya dokter tersebut.

Gadis tersebut nampak tak nyaman kala mendengar kata 'Nona' yang asing di pendengarannya.

"Apa anda ingat saya, Nona?" Tanya sang Dokter kembali.

Gadis tersebut menggeleng yakin, ia tentu tak kenal Dokter di depannya ini.

"Apa anda juga tidak mengenali ibu tersebut?"

Pertanyaan ketiga meluncur kembali dari Dokter tersebut sambil menunjuk ke arah sang wanita paruh baya.

Gadis tersebut lagi-lagi menggeleng yakin, tak ada ingatan sama sekali tentang kedua orang wanita dihadapannya ini.

Esya {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang