Bab 14

895 79 0
                                    

Andra keluar dari toko bahan pangan Thailand, dengan senyum masih menghiasi wajahnya. Malam ini, ia berencana untuk memasak makan malam untuk mereka berdua. Menunya? Masakan Indonesia!

Sudah berbulan-bulan mereka tinggal bersama. Dan selama itu juga, ia telah belajar memasak. Saat ini kemahiran memasaknya cukup lumayan.

Cinta memang luar biasa bukan? Andra yang seumur hidupnya tidak pernah memegang pisau dan turun ke dapur. Sejak berpacaran dengan Nicola, jadi bisa memasak. Alasannya? Karena ia tahu, semua mantan Nicola pandai memasak dan beres-beres rumah.

Di Amerika, gaji pembantu mahal. Belum lagi pajak dan adanya perlindungan kerja yang ketat, meski seorang ART. Karena itu semua dilakukan sendiri. Mereka dituntut untuk bisa masak dan mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari. Baik perempuan maupun laki-laki.

Andra, yang biasa di Indonesia dilayani. Sekarang dituntut mandiri. Di Indonesia, pembantunya ada tiga. Supir satu orang satu, belum lagi security dan tukang kebun. Kalau di Amerika, keluarga mereka mungkin sudah dikategorikan keluarga kaya raya alias jutawan.

Saat masih tinggal di asrama kampus pun, ia lebih memilih makan di luar. Di restoran ataupun kafetaria. Namun sejak tinggal bersama Nicola semua berubah.

Karena gaji pembantu yang sangat tinggi, Nicola terbiasa mengerjakan semuanya sendiri. Masak, beres-beres rumah, mencuci baju dan bahkan menyikat kamar mandi. Mau tidak mau, Andra juga harus mengikuti kebiasaan Nicola yang mandiri.

Sebenarnya, dengan uang kiriman dari orang tuanya, Andra bisa menyewa seorang maid yang bertugas membersihkan flat mereka. Tapi tentu saja ditentang Nicola. Prinsip Nicola untuk apa buang-buang uang untuk sesuatu yang masih bisa kita kerjakan sendiri? Karena itu, mau tidak mau Andra harus ikut kebiasaan pacarnya.

Awalnya canggung, tidak terbiasa. Tapi makin lama makin terbiasa. Dan sekarang malah mahir. Mungkin kalau ia pulang ke Indonesia, orang tuanya bakal kaget melihat Andra yang sekarang terbiasa mengerjakan pekerjaan kasar kayak gitu.

Ia dan Nicola bahkan berbagi tugas. Nicola memasak, ia yang cuci piring. Nicola yang mencuci baju, Andra yang beres-beres rumah. Mereka melakukannya secara bergantian, terkadang Andra juga memasak dan mencuci baju. Siapa saja yang punya waktu luang, mereka yang mengerjakannya.

Dan selama beberapa bulan ini, Andra juga ketularan hidup hemat seperti Nicola. Tidak lagi seenaknya membelanjakan uang sesuka hati. Setiap dollar disimpan hati-hati. Setiap pengeluaran ditulis perinciannya. Dan hasilnya dapat terlihat, tabungannya makin menggembung. Uang kiriman orang tuanya tersisa banyak. Dan ia masukan ke dalam rekening pribadinya.

Saat ia melihat jumlah yang tertera di rekening pribadinya, Andra tercengang. Jika dirupiahkan, ia sudah bisa membuka kantornya sendiri! Memulai bisnis tanpa campur tangan Papanya. Ia baru menyadari, alangkah borosnya ia selama ini. Alangkah banyaknya uang yang dikirim orang tuanya padanya. Tapi semua raib seperti asap. Tidak ada jejaknya. Ah, kenapa tidak dari dulu ia berpacaran dengan Nicola?

Lihat, gadis itu sudah memberikan pengaruh yang bagus padanya. Ia jadi jauh lebih disiplin, lebih menghargai waktu dan uang. Dan jadi terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga. Ia tidak perlu lagi seorang pembantu untuk membantunya pekerjaan rumah. Alangkah bagusnya.

"Kalau nanti aku memiliki perusahaan sendiri dan telah menjadi sukses, aku akan menikahimu. Kau tidak perlu lagi bekerja, menyanyi di sana-sini. Cukup duduk manis dan menghabiskan uangku."

Nicola hanya tersenyum tipis mendengarnya." Apa ini isyarat kalau kamu ingin menikah denganku?"

"Dengan siapa lagi aku akan menikah kalau tidak denganmu?" Andra balik bertanya, mereka baru saja selesai bercinta. Berbaring di atas ranjang, tubuh mereka masih telanjang dan berbaring berdempetan." Jangan bilang kalau kamu tidak mau menikah denganku. Aku tidak akan mengijinkanmu bersama lelaki lain."

"Kalau begitu kamu harus tetap mengijinkan aku untuk terus menyanyi, aku tidak mau hanya menjadi istri yang duduk manis di rumah menghabiskan uang suami. Menyanyi bukan hanya hobbiku, tapi juga impianku."

"Oke. Aku gak akan keberatan."

"Kamu sungguh-sungguh?"

"Aku bisa buka perusahaan di Amerika. Kau jadi penyanyi, aku jadi pengusaha. Yang penting kita akan selalu bersama."

"Kau..mau tinggal di sini, di Amerika bersamaku?"

"Kenapa tidak?"

"Tapi keluargamu, semua berada di Indonesia."

"Kita bisa beli pesawat pribadi untuk mengunjungi keluargaku setiap saat. Bagaimana?"

Nicola terkekeh."Memangnya berapa harga pesawat kau pikir? Itu tidak sama dengan membeli burger!"

"Tidak peduli semahal apapun. Aku akan bekerja keras untuk mewujudkan semua impian kita. Nicola, kau harus berjanji padaku."

"Janji apa?"

"Bahwa kamu tidak akan pernah meninggalkanku. Kamu tidak akan tergoda dengan pria lain. Hanya aku, hanya aku yang akan kamu cintai."

"Aku malah takut kamu yang akan tergoda dengan wanita lain. Pergi meninggalkanku."

"Tidak akan. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

"Kamu janji?"

"Aku janji," ucap Andra pasti." Berjanjilah kamu juga tidak akan pernah meninggalkan aku. Bahwa aku satu-satunya lelaki di hatimu."

"Ya, aku janji, Ndra."

Itu janji yang mereka berdua ucapkan dua malam yang lalu. Janji yang terucap dengan sungguh-sungguh. Andra semakin melebarkan senyumnya saat mengingat peristiwa dua malam yang lalu.

Ia merasa hidupnya kini telah sempurna. Memiliki kekasih cantik yang menawan dalam pelukan, yang berjanji akan setia di sampingnya. Apalagi yang lebih ia inginkan dari itu? Hidupnya begitu indah, seindah pelangi. Tapi ia lupa, pelangi yang indah itu bahkan tidak selamanya terlihat di langit.

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang