Sebuah kantung belanja besar baru saja diletakkan di meja, Kai, si badan besar namun wajahnya seperti bayi itu membawa barang belanjaan mereka. Dia baru saja pergi keluar bersama Yerim untuk membeli bahan makanan. Mereka keluar menggunakan skuter, kendaraan baru milik Kai. Sebenarnya mereka bisa saja menggunakan Lala. Taehyun dengan senang hati mengantarkan mereka. Tetapi mobil itu sudah diinvasi lebih dulu oleh Sunghoon yang tiba-tiba saja sudah rapi dan keluar rumah sendiri.
Yerim hanya pura-pura tidak tahu dan tidak peduli pasal itu.
Taehyun keluar dari kamar dan menyambut kedatangan mereka. Dia mengeluarkan semua belanjaan dari kantung, bukan untuk membantu merapikannya di kulkas melainkan mencari barang titipannya: cemilan.
"Kalian berbelanja sebanyak ini, untuk apa? Mereka tidak akan memasak. Aku tak lagi memasak dan Jay tidak serajin itu untuk mengolah semua ini jadi makanan lezat. Mereka hanya akan memesan dari luar," ujar Taehyun memberikan komentar sekaligus menyisir bahan makanan yang dibeli oleh Yerim dan Kai.
"Aku sudah memperkirakannya," sahut Yerim. "Aku akan membuatkan bumbu dan menyiapkan bahan-bahan saja. Semua makanan yang mudah, jadi siapa saja bisa memasak. Semua akan aku persiapkan."
Taehyun tertegun, terkesima, dan kesulitan berbicara. Dia baru saja meremehkan keputusan Yerim dengan semua belanjaan itu. Tetapi mendengar penjelasan gadis itu, dia jadi salah tingkah. Kekaguman bercampur dengan degupan yang tidak nyaman, dia membatu dan memerah sendiri. Sampai sang kawan perlu menyenggol bahunya untuk menyadarkan lamunannya di siang hari.
"Wajahmu merah," bisik Kai dengan sedikit tawa.
Taehyun buru-buru balik menyenggol bahu sang kawan, "yang benar saja." Untuk melarikan diri dari rasa malu, dia menyibukkan diri dengan merapikan barang-barang di meja. "Kau tak jadi keluar? Aku kira kau mau pergi ke suatu tempat."
"Tidak," jawab Kai dengan mantap. "Aku akan membantu Yerim hari ini. Rencanaku bisa dilakukan kapan saja."
"Memang apa yang mau kau lakukan?"
"Membeli peralatan untuk kuliah."
Taehyun mencibir, "oh? Sangat berdedikasi, ya?"
"Aku ingin mempersiapkan diri karena kuliah itu beda dengan sekolah," sahut Kai seraya merangkul sang kawan. "Kau sendiri tidak mempersiapkannya?"
Taehyun keberatan dengan rangkulan itu, dia segera menjauhkan tangan Kai. "Gandakan saja apa yang akan kau beli, akan aku ganti biayanya," jelas pemuda itu. Suaranya letih dan dia perlu memijat bahunya yang tadi dirangkul oleh Kai. Pada akhirnya dia menyerah untuk melakukan pekerjaan dan duduk saja di salah satu kursi.
Yerim memang sibuk tetapi dia tetap mengikuti pembahasan Kai dan Taehyun. Respons Taehyun yang lemas itu menarik perhatiannya. "Kau sakit?"
Taehyun sadar bahwa ia terlalu terlihat lelah, berangsur-angsur menghentikan pijatannya sendiri dengan canggung. "Tidak. Aku baik."
"Kau tidak terlihat bersemangat."
"Aku hanya lelah."
"Sudah satu minggu dia selalu pulang pagi."
Taehyun melirik penuh arti pada Kai yang membeberkan informasi yang tak diperlukan.
"Kau ke mana?"
"Aku bekerja."
"Kau bekerja?"
Perlu beberapa saat bagi Taehyun mengatur napas dan suasana hatinya untuk menjawab pertanyaan itu. "Iya, aku mulai bekerja sejak satu minggu yang lalu."
"Pekerjaan apa?"
"Sesuatu yang standar." Sebelum sang kawan bicara banyak, Taehyun lebih dulu memandanginya dengan tatapan menusuk. Itu seperti todongan pisau agar si kaukasia itu tidak bicara terlalu banyak lagi. "Aku hanya belum terbiasa, jadi ... ya seperti yang kau lihat. Tapi, aku baik. Jangan khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-
Fanfic🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 HOTTER, BADDER, BRAVER Kim Yerim bersama kawan-kawan barunya memutuskan untuk membalas dendam pada orang-orang jahat di masa lalu. Namun, akankah semua berjalan sesuai rencana? .Kim Yerim (OC) .Lee Heeseung (ENHY...