Harmonis. Suatu istilah yang berasal dari kata harmonis. Harmoni dalam bahasa Yunani adalah harmonia yang bermakna terikat secara serasi atau sesuai.Pendapat lain mengatakan harmonis adalah istilah yang berhubungan dengan setia sekata. Harmoni adalah pernyataan rasa, aksi, gagasan dan minat.
Dalam bidang filsafat, harmoni atau harmonis adalah kerjasama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
Maka secara umum harmoni yang mendasari kata harmonis bermakna sebuah keselarasan, keseimbangan, saling mengisi dan kerjasama untuk mencapai keserasian.
Rumah tangga yang harmonis secara konseptual tak berbeda jauh dengan makna asal kata harmonis tadi. Sebuah rumah tangga yang dibangun atas dasar saling memahami, membantu dan bekerjasama untuk dapat menciptakan keserasian dalam rumah tangga. Yang dalam bahasa Qur'an rumah tangga harmonis dideskripsikan sebagai rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rohmah.
Dalam rumah tangga harmonis, sepasang suami istri memiliki keseimbangan dan kesetaraan pada kehidupan keluarga. Menumbuhkan rasa cinta hingga terwujud sayang yang bukan sekedar mengendap di hati atau terucap di lisan. Tetapi ditunjukkan dengan perbuatan nyata. Rumah tangga harmonis adalah usaha dua orang untuk saling menyeimbangkan hingga muncul keselarasan.
Karena itulah, proses ta'aruf membolehkan seseorang memenuhi kecenderungannya. Agar muncul rasa cinta sejak di awal pernikahan. Meski jatuh cinta bukanlah alasan satu-satunya seseorang dalam memilih pasangan hidupnya.
Namun memilih seseorang dari sisi fisik yang mampu menentramkan hati bukanlah hal yang dilarang. Merasa nyaman dengan wajahnya yang keibuan dan kelemahlembutannya, merasa adem dengan tatapannya yang teduh, merasa tenang ketika mendengar suaranya yang tegas dan sederet alasan fisik lainnya. Tanpa melupakan pilihan agama yang menjadi azas paling utama dalam memilih pasangan.
Meski lemah lembut haruslah muslimah yang menutup aurat misalnya. Memilih yang cantik tetapi juga bisa mengaji misalnya. Iya, jangan sampai meninggalkan alasan agama dalam memilih. Karena itu adalah modal paling hakiki dalam mencapai harmonisasi dalam berumah tangga. Sakinah, mawadah warahmah.
"Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertakwa"(QS. Al Hujurat : 13)
Pagi masihlah terlihat redup. Matahari belum bersinar sempurna. Namun rumah dua lantai yang didominasi warna biru dan putih itu sudah tampak sibuk. Hari ini akan diadakan aqiqah putra Ammar dan Rissa. Mereka baru bisa menggelar aqiqah setelah usia sang bayi menginjak hampir satu bulan. Di persalinannya yang sekarang ini, Rissa mengalami beberapa gangguan kesehatan. Hingga ia harus beristirahat total selama hampir satu bulan setelah persalinan.
"Rasanya kalau harus melihat kamu hamil lagi dan mengalami kesusahan pasca melahirkan seperti ini, mas lebih memilih kita tidak usah program punya anak lagi, Ca" beberapa kali Ammar mengatakan itu pada Rissa.
Jelas bukan karena Ammar takut tak bisa membiayai anak-anaknya. Atau tak bisa menjaga dan merawat mereka. Atau juga meragukan kemampuan Rissa untuk mengurus buah hati mereka. Tapi lebih kepada Ammar yang sangat memikirkan kondisi sang istri. Sungguh ia tak mau kehilangan sang istri.
"Mas, bukankah kita nggak boleh menolak takdir Allah. Termasuk menolak untuk punya anak. Masak bikinnya rajin dan semangat tapi nolak kalau jadi bayi" jawab Rissa sembari menyusui bayi lelakinya yang makin terlihat montok.
Ammar yang tadi berdiri untuk membuka korden kamar, mendekati sang istri. Memilih duduk di sisi ranjang dimana Rissa duduk bersandar sambil menyusui sang bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
ДуховныеMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...