09 - Kwetiau Pedas
Seperti niatnya tempo hari, Ardan akan menolak perjodohan itu. Ia bertekad untuk mencari calon istri sendiri di nikahan abangnya nanti.
Sayang, keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Bukannya mendapat calon istri yang ada malah dirinya yang disuruh membawa calon istri.
"Ngelawan kakek sendiri dosa gak sih?" gumamnya kesal setelah membaca chat singkat dari sang kakek.
Ia memasukan kembali handphonenya ke dalam saku lalu beranjak dari kafe. Baru beberapa langkah keluar dari kafe, handphonenya kembali bergetar. Ada panggilan masuk dari Irene.
"Hallo, Mbak?"
["Hallo, lagi sibuk gak, Dan?"]
"Enggak, kerjaanku udah beres tadi. Kenapa?"
["Main sini, Dan. El pulang sekolah tadi ke salon tapi Mbak lagi banyak pelanggan jadi gak bisa nemenin dia main, karyawan yang sering nemenin dia main juga lagi gak masuk."]
Ardan mengernyit bingung. Seingatnya El tidak begitu akrab dengan para pegawai salon selain Yeri. Memangnya siapa yang selama ini selalu menemani El main di sana?
"Ya udah aku ke sana sekarang, Mbak."
Panggilan tertutup. Ardan segera membawa mobilnya melesat membelah jalanan kota. Sebagai bucin nomor satunya Ellen, ia tidak akan pernah membiarkan gadis kecil itu merasa bosan sendirian.
***
Sapaan Yeri menjadi hal pertama yang Ardan terima saat memasuki gedung tiga lantai tersebut.
"Mas Ardan, nomor Felinya udah dihubungi?"
"Nomor Feli?"
"Iya, waktu itu aku ngirim nomornya Feli ke mas Ardan, katanya ada barang mas Ardan yang kebawa sama Feli."
Ardan baru ingat kalau Yeri memberikan nomor Feli seminggu yang lalu tapi belum dia hubungi.
"Nanti deh gue tanyain langsung ke Felinya. Dia di ruangan mana ya?"
"Kebetulan Feli lagi libur hari ini, Mas."
"Oh gitu, ya udah deh, nanti gue hubungi. Gue masuk duluan ya!"
"Iya, Mas silahkan."
Sembari melangkah menaiki tangga, Ardan kembali mengecek handphonenya, menyimpan nomor Feli di kontak dan menamainya dengan dua huruf.
Ia tersenyum geli melihat kembali nomor tersebut. "Nanti deh pulang dari sini gue telpon."
Sampai di depan ruangan Ellen, Ardan mengetuk pintu, menunggu dengan sabar hingga terdengar sahutan Ellen dari dalam.
"Hallo sayang, apa kabar?" Senyum ceria selalu ia umbar di depan gadis kecil itu.
"Hallo om Ardan!" balas Ellen tak kalah ceria.
"Lihat nih om bawa apa?"
"Wah, itu apa?" Ellen tampak antusias menerima hadiah dari Ardan. Ia membuka paperbag tersebut dan mendapati satu kotak berisi beberapa bungkus coklat.
"Oleh oleh dari Aussie buat El, tapi makannya dikit dikit ya jangan diabisin sekaligus nanti giginya sakit."
"Hng! Nanti El makannya dikit-dikit!" seru Ellen dengan gestur jari mungilnya mengisyaratkan kata sedikit.
Lucu sekali. Bagaimana Ardan tidak semakin gemas melihatnya. Ia paling lemah dengan sesuatu yang unyu unyu menggemaskan begini.
"El lagi main apa?" Perhatian Ardan teralihkan pada beberapa boneka barbie di atas karpet.
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 3 - (Bukan) Pura-pura Menikah
Ficção AdolescenteSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...