Pedasnya rujak di hati Laila

49 4 0
                                    

Rombongan keluarga itu tiba kembali di rumah keluarga Madjid ketika jam jam menunjuk angka 9 malam lebih. Sekalipun belum semua keluarga mereka kunjungi, tapi mereka sudah cukup puas untuk silatur rahmi hari ini. Adya dan Bara pun sudah terlelap dalam mimpi sejak di dalam perjalanan pulang sehabis mereka makan malam di rumah salah satu keluarga Rifa di desa Dermojayan.

Pagi harinya, Arul pamit pulang kerumah mereka dengan alasan sudah 2 hari rumah mereka tinggalkan, sedang Laila memutuskan menginap di rumah orang tuanya sampai Berlian sekeluarga juga Awan kembali ke Jember. Dia ingin berkumpul dengan keluarganya.

Setelah selesai acara masak serta sarapan bersama, Lian, Rifa, Inun, Bara dan Adya memutuskan untuk jalan-jalan ke pasar membeli bahan-bahan untuk ngerujak. Laila harus diam di rumah karna tak tega meninggalkan Shaka di rumah, sedang di ajak ke pasar pun tak memungkinkan.

"Lagi apa Ay, Wan?" tanya Halimy ketika melihat Laila sedang mengotak atik HP nya di teras bersama Awan, karna Shaka baru saja tertidur setelah puas minum ASI.

"Ini Mas...lihat foto-foto kemarin, mau aku pilihin terus di share di fa****ok" jawab Laila.

"Oh....nanti tag aku ya.." kata Halimy.

"Pasti Mas..." jawab Laila.

"Hmm...Ay, boleh nanya serius nggak?" tanya Halimy lagi. Pertanyaan Halimy tentu saja mengalihkan atensi Laila, ia meletakkan HP nya lalu fokus melihat Halimy.

"Nanya serius apa Mas? jangan bikin aku deg-deg an deh" Laila heran dengan pertanyaan Halimy.

"Wan...tolong ambil kan rokok sama HP ku di kamar ya" titah Halimy

"Nggeh Mas..." Awan pun langsung ke kamar Halimy dan Berlian.

"Kamu baik-baik saja kan Ay?" tanya Halimy membuat kening Laila berkerut.

"Maksudnya Mas?" heran Laila.

"Pas aku baru datang, nggak sengaja aku lihat memar di lengan kamu ketika kamu wudhu di kran depan kamar mandi belakang, dan aku perhatikan, kamu seperti sedang kesakitan ketika kamu membungkuk ataupun menegakkan badan, kamu kenapa Ay?? sakit kah??" tanya Halimy.

Analisa yang di sampaikan tiba-tiba oleh Halimy tentu membuat Laila gelagapan. "Mmmm...oh itu Mas, iya..aku sempet jatuh di kamar mandi pas malam takbir itu" jawab Laila

Halimy tersenyum, ia tau adik iparnya itu tengah berbohong entah apa yg di tutupi, mengingat lebam di lengan juga bentuknya, sangat tidak mungkin klo karna terjatuh di kamar mandi. Apalagu melihat Laila yang sempat tergagap tadi, meskipun ia sarjane ekonomi, tapi sebagai seorang Gus yang mengasuh banyak santri, Halimy juga mempelajari buku-buku psikologi, untuk berjaga-jaga bila ada masalah dengan santri-santrinya.

"Nggak papa klo kamu ndak mau cerita sekarang, tapi yang harus kamu ingat... kamu punya keluarga yang selalu mendukung dan sayang sama kamu, apapun masalahnya, sebaiknya kamu berbagi dengan keluarga, orang tua lebih baiknya, siapa tau kami bisa mencari jalan keluar, memberi pandangan...pokok jangan pernah merasa sendirian" kata Halimy

"Iya Mas..." Laila tersenyum kecut sambil mengangguk. Bersamaan dengan itu Awan datang membawa HP juga rokoknya Halimy. Tak lama Madjid juga ikut nimbrung disana.

"Kapan Arulbalik ke Bali lagi Ay?" tanya Halimy mengalihkan pembicaraan.

"Ndak tau Mas...Mas Arul nggak pernah bisa di prediksi apa maunya"

"Nggak apa-apa kalau dia nyaman kerja di sana, siapa tau juga bisa jadi sarana untuk pendewasaannya juga, bisa lebih bertanggung jawab sama istri dan anaknya" kata Halimy "kiriman lancar kan?" tanya Halimy. Laila tersenyum.

"Lancar apanya?? kirim aja nggak mesti sebulan sekali, jumlahnya juga nggak manusiawi untuk seorang istri dan dua orang anak" kata Madjid.

"Iya Ay...?" tanya Halimy.

Suamiku Super PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang