Masih berada di kampus dan saat ini suasananya semakin memanas. Pak Johan benar-benar tidak memercayai bahwa Keisya dan Indra memanglah pasangan suami istri. Sekarang ini Pak Johan membawa mereka bertiga ke Rektor. Pak Johan mengatakan yang tidak-tidak terkait Keisya juga Indra.
"Apa benar yang dikatakan sama Pak Johan kalau kalian berdua ini bukan siapa-siapa? Dan pemuda itu datang ke sini hanya untuk mengganggu waktu belajar mahasiswi berprestasi seperti Keisya?"
Degup jantung Keisya berdetak tidak karuan. Pak Johan benar-benar membuat tingkat kegelisahan Keisya makin meningkat sekaligus ia tidak pernah menyangka selama berada di Universitas ini pertama kalinya memasuki ruangan rektor dan ini harus terjadi bersama suaminya.
Huft, mengapa ujungnya malah jadi ribet seperti ini, ya?
"Pak! Saya mohon dengarkan penjelasan suami saya dulu, saya dan Kak Indra memang sudah menikah. Mami sama Papi saya yang menikahkan kami. Saya mohon jangan lagi mempermasalahkan soal ini, ya. Saya janji tidak akan lagi bolos di saat mata kuliah lagi dimulai," ujar Keisya seraya memohon dengan kedua tangan dilipat di depan dada.
Sementara itu Madina pun sama-sama memohon kepada Pak Johan dan semua yang ada di ruangan ini untuk tidak memberikan hukuman pada keduanya.
"Kalau kalian beneran suami istri. Boleh dong tunjukkan surat nikah atau foto pernikahan kalian. Supaya saya dan yang di sini percaya, soalnya satu kampus di sini tahu bagaimana Keisya. Apa bisa?" tanya Rektor pada Indra.
Tentu detik itu juga Indra menunjukkan foto pernikahan mereka berdua. Malah Keisya pun menunjukkan cincin pernikahannya yang tersemat dijari manisnya. Beruntung semua staff yang melihat adanya Keisya, Madina dan Indra di sana memercayainya. Mereka membebaskan ketiganya. "Tapi saya peringatkan pada kamu, Keisya dan kamu juga Madina. Tolong jika waktunya kelas di mulai jangan ada kata alasan keluar kelas apa lagi untuk menemui pasangan kalian. Mengerti? Saya dan kami di sini ingin mahasiswa-mahasiswi di sini bisa belajar tanpa bisa diganggu sama sekali."
"Iya, Pak. Kami janji nggak ada kata bolos lagi kok," sahut Keisya dan Madina bersamaan.
Beberapa jam kemudian …
Setelah melewati berbagai macam kejadian hari ini. Sepulang dari kampus dan mengikuti sang suami ke cafe shop-nya. Tiba di rumah Keisya langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa sembari mengelus perutnya yang masih rata. Kedua bola matanya terpejam dengan tas masih melekat pada punggungnya.
Indra yang melihat keadaan sang istri langsung membuatkan susu ibu hamil dan meminta istrinya untuk lekas meminum.
"Minum dulu sebentar, nggak bakal lama kok!" titah Indra.
"Tapi Keisya ngantuk, Kak. Keisya capek," keluh gadis itu.
"Apa mau aku paksa?"
Mendengar kata 'paksa' pada akhirnya Keisya membuka mata perlahan dan menerima susu coklat dari sang suami. "Uh, Kak Indra. Iya, deh. Kei minum."
"Perutnya masih suka mual?"
"Ssstttt!" Keisya meminta Indra berhenti berucap.
"Kenapa?"
"Dede bayinya berbisik sama Keisya. Katanya pengen bobo, capel seharian mikir gitu," katanya begitu polos.
"Mana ada janin masih dalam kandungan bicara, sih? Itu kamu kali yang pengen tidur dan nggak mau diganggu."
Keisya hanya terkekeh dan ia melanjutkan kembali menutup matanya.
Hari sudah malam, Keisya sudah berada di dalam kamarnya dengan pakaian sudah terganti dengan piyama. Namun, gadis itu masih tetap terlelap dalam tidurnya. Tidak terlihat tanda-tanda akan bangun.
'Es cendol, diminum lagi panas begini dijamin rasa haus hilang seketika. Es cendol! Es cendol! Yuk, Mbak, Teteh, Akang, Mas, Ibu, semuanya dibeli yuk!'
"Kak Indra! Kak Indra!!!!"
Tengah malam Keisya baru membuka matanya. Lebih tepatnya pukul 23.54 WIB dan Indra pun terbangun saat menemukan istrinya teriak-teriak.
"Ada apa, sih?"
Keisya mengelus-ngelus perutnya. "Kak! Kei itu barusan mimpi tahu," jawab Kei manja.
Ia belum menyadari jika sudah berada di kamar dengan kondisi cuaca sudah malam. Gerimis sejak isya hingga sekarang masih terjadi. "Mimpi apaan, Kei cantik?"
"Kei itu mimpi kepengen es cendol. Kei beli lima gelas dan rasanya tuh masih kepengen terus. Kakak mau, ya, beliin Kei es cendol sekarang? Plis!" rengek Keisya.
"Yang bener saja, Kei. Masa iya malam-malam begini terus hujan gede kamu pengen es cendol, sih? Ngaco deh." Indra mengucek-ngucek matanya, sesekali ia menguap. Namun, berusaha menahannya. "Udah, ya. Nggak usah es cendol, nanti kalau dedeknya kedinginan di dalam sana gimana?"
"What?"
"Astagfirullah, Ya Allah. Keisya Putri Jasmine! Terkejut boleh, tapi jangan sampai berteriak sampai membuat gendang telinga saya hampir pecah loh," emosi Indra.
"Maaf. Kei pikir masih di kampus, terus belum pulang dan Kei masih jajan es cendol. Habisnya seger kelihatannya. Oh iya, omong-omong siapa yang bawa Kei ke kamar? Bukannya tadi sore masih di sofa bawah, ya?"
"Kunti!" balas Indra, kemudian pemuda itu kembali tertidur.
Alhasil, lantaran kesal pada sang suami setengah kasihan mengingat kejadian tadi di kampus. Keisya membiarkan Indra tertidur lagi, ia berbisik pelan pada suaminya.
"Makasih untuk hari yang melelahkan ini, suamiku. Tanpamu Kei nggak akan bisa mengalami momen indah nan lucu. Pertama dan terakhir kalinya Kei ngalamin masuk ruangan rektor dan itu sama suami sendiri. Rasanya tuh kayak pas jaman SMA dulu. Ah, pokoknya makasih banyak suamiku sayang. Kei sayang banget sama Kak Indra."
Cacing-cacing diperut Keisya makin lama makin bersuara dan tidak dapat dihentikan. Keisya menyudahi ucapannya dengan ditutup oleh kecupan singkat pada pipinya. Sementara setelah itu, sebelum keluar kamar Keisya mendapatkan pesan dari sahabatnya.
"Jam 22.23 WIB dari Madina. Ada apa sama anak itu, ya?"
Keisya membaca pesan tersebut.
Madina || My Bestie
[Malam, Kei. Kamu lagi apa sekarang? Kei, aku mau minta maaf soal tadi siang pas di kampus. Niat aku, sih, cuma pengen kamu tahu kalau Kak Indra—-Suamimu itu bener-bener super romantis. Eh, caraku ajak kamu keluar salah ternyata. Malah berujung drama di kantor.]Keisya || Bidadarinya Indra
[Hai, Madina. Nggak apa-apa kok. Kei nggak marah sama Madina. Justru yang ada Kei malah berterima kasih. Karena Madina, Kei jadi tahu kalau Kak Indra beneran sayang dan peduli sama Kei. Ya, berharap sih Kei sama Kak Indra bisa selamanya kayak gini dan pengen dijauhin dari namanya Jessica. Hum, ya intinya makasih banyak, Madina. Sekarang Kei baik-baik aja. Kei lagi kepengen es cendol nih, tapi Kak Indra nggak ngebolehin. Huft.]Keisya membubuhkan emoji tangis di bawahnya, ditambah love sebagai pelengkap. Mungkin maksud dari kedua emoji tersebut ia terharu dan bahagia atas pengorbanan Indra untuknya hari ini.
"Lah. Tapi ini siapa yang kirim pesan pake nomor baru, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding [ Revisi ]
RomancePernikahan adalah hal yang menakutkan menurut Keisya. Dengan alasan itulah, ia selalu menolak untuk berpacaran. Namun, saat memasuki dunia perkuliahan, bisnis keluarganya mengalami kebangkrutan. Tidak ada pilihan, kedua orang tua Keisya berniat menj...