Sudah hampir satu botol minuman beralkohol ludes ditenggaknya, racauan demi racauan keluar dengan begitu saja dari mulutnya, merutuki nasibnya yang entah harus ia apakan dengan statusnya dengan Hyunsuk.
Mengingat itu semua membuat gadis bersurai hitam itu kembali meneguk cairan bening itu. Merasa dirinya cukup dengan pelampiasan ini, dirinya melangkah dengan begitu sempoyongan.
Meracau kembali sembari melangkahkan kedua kakinya dengan tak beraturan, rambutnya terlihat sangat berantakan, begitu juga dengan pakaiannya, kusut dan.. sedikit terbuka.
"Hyunsuk sialan..! SIALAN !" racaunya.
Brugh...
Tabrakan kecil itu membuat tubuh lemahnya terjatuh.
"Aishh... sialan ! punya mata nggak si lo?!" omel gadis itu seraya mencoba untuk berdiri kembali.
Karena keadaannya yang sudah mabuk berat membuat tubuh gadis itu tidak bisa menyeimbangkannga dengan benar, sehingga dirinya hampir terjungkal kembali. Beruntung lelaki di depannya menangkap gadis itu dengan sigap.
"Siapa yang ngajarin kamu mabuk gini ? biar saya anter kamu pulang"
Dipandangnya lekat namun mengabur oleh gadis itu, tergambar wajah kekasih sialannya tepat di depannya.
"Nggak.. Runa nggak mau! sialan kamu ya..! kemana aja hah?! ish.. Runa benci! benci!" kesalnya seraya memukul lemah tubuh Hyunsuk.
"Mau nggak mau kamu harus pulang!"
"Enggak..! Sialan.. lepasin Runa! brengsek kamu!" rontanya.
Digendongnya gadis itu masuk ke dalam mobil miliknya, melajukan cepat roda kendaraannya menuju apartemen miliknya. Selama dalam perjalanan tak henti-hentinya sang kekasih meracau dan menumpahkan kekesalan pada dirinya. Hingga sampailah pada bangunan tempat tinggal dirinya, menggendong paksa gadisnya yang sedari tadi meronta untuk dilepaskan.
Didudukkannya perlahan gadisnya ke atas ranjang miliknya, namun apalah daya rontaan sang kekasih membuat kesabarannya menghilang, ditambah lagi racauan kata-kata kasar yang keluar membuat semakin naik pitam. Dirinya tak masalah jika kekasihnya meracau karena menumpahkan kekesalannya pada dirinya, namun justru malah kata-kata kasar yang di dengarnya.
"Hyunsuk sialan! brengsek!" rutuknya dengan tak henti-hentinya.
"Bisa nggak ni mulutnya nggak ngomong kasar?! hm?!"
Digelengkannya kepala Aruna dengan kuat, membuat lelaki itu semakin geram dengan tingkah kekasihnya.
"Sia-mpmhh" putusnya.
Disambarnya bibir gadis itu, melumatnya dengan gerakan yang cepat. Aruna yang menerima lumatan itu meronta ingin melepaskan, mendorong lemah tubuh kekasihnya namun kalah dengan tenaga lelakinya.
Rasa alkohol yang kuat dapat dirasakan oleh Hyunsuk, lumatannya kini melembut mengingat gadisnya saat ini masih dalam keadaan mabuk. Tubuh gadis itu perlahan mulai menerima lumatan yang diberikan kepadanya.
Diputusnya tautan itu oleh Hyunsuk, memandang lekat gadisnya, wajah sayunya menggambarkan apa yang ia sedang rasakan sekarang ini.
"Kalo kamu kesel sama saya, lampiasin semuanya ke saya Run, kamu bisa marah ke saya, tumpahin semuanya ke saya, tapi saya mohon ke kamu.. jangan sakitin diri kamu sendiri kaya gini, jangan minum minuman alkohol gini Runa.., pukul saya kalo emang bisa bikin kamu lega, tampar saya kalo perlu.."
Aruna yang mulai mendapatkan kesadarannya perlahan meneteskan air matanya, membasahi pipinya yang dingin akibat angin malam.
"Saya nggak ada hubungan apa-apa sama perempuan itu Run, saya bahkan nggak tau asal muasalnya dia, saya di kasih minuman yang entah datangnya darimana Run.., tolong percaya sama saya.. tolong Run"
"Run-" putus Hyunsuk.
Kalimatnya terpotong saat jemari gadis itu menutup ranum kekasihnya dengan lembut, menggelengkan kepalanya perlahan. Diusap wajah lelakinya menggunakan jemarinya.
"Maaf.." satu kata yang terucap samar dari mulut gadisnya.
"Enggak Run.. harusnya saya yang minta maaf, bukan kamu"
Disenderkannya kepala Aruna pada dada bidang milik Hyunsuk, kepalanya terasa pening, belum lagi sisaan efek minuman alkohol tadi belum sepenuhnya menghilang.
"Pusing" rutuk Aruna.
"Tidur ya.. biar saya temenin"
Dibaringkannya tubuh Aruna ke atas ranjang miliknya, mengusap lembut surainya yang semakin hari semakin memanjang. Deru nafasnya yang teratur membuat Hyunsuk meliriknya sekilas, memastikan apakah gadisnya sudah terlelap atau belum. Kedua maniknya pun terasa begitu berat, hingga keduanya tertidur dengan pulas.
*****
Hari ini memang bukan hari libur kerja bagi Hyunsuk, namun lelaki itu memutuskan untuk bekerja dari apartemennya. Mengingat gadisnya yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Lelaki itu sudah terbangun sedari pagi, menghadap layar laptopnya sembari menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi malam.
Berbeda dengan gadisnya yang masih tertidur pulas, kedua matanya sembab karena tangisannya semalam.
Waktu menunjukkan hampir pukul sepuluh pagi, namun kekasihnya ini belum juga terbangun. Ada rasa khawatir dalam dirinya, mengingat seorang Aruna selalu bangun pagi, dirinya tidak pernah bangun hingga lewat pukul tujuh. Atau mungkin karena efek alkohol yang ia konsumsi semalam? pikirnya.
Diusapnya lembut pucuk kepala sang gadis, membuat kekasihnya sedikit gusar sebelum akhirnya membuka matanya perlahan.
"Kebangun ya?"
Aruna menggelengkan kepala perlahan, didudukkan tubuhnya seraya memegangi perutnya, rasa peningnya mungkin sudah menghilang tapi rasa tidak enak pada perutnya membuat dirinya mau tidak mau harus segera bangkit dan berlari menuju kamar mandi.
Hoekk...
Tubuhnya terasa lemas sekarang, sepertinya ia sudah berlebihan dalam menenggak alkohol semalam, hingga membuat perutnya terasa begitu mual.
"Babe.. are u okay?" tanya Hyunsuk seraya membantu gadisnya berjalan menuju ranjangnya.
"Besok-besok lagi jangan kebanyakan minum, gini kan jadinya" sambungnya.
Wajah Aruna begitu pucat, tubuhnya terasa lemas, ditambah lagi rasa mual yang tak kunjung mereda.
"Diminum ya.." titahnya.
Gadis itu menolaknya setiap Hyunsuk menyuruhnya minum atau makan, lelakinya mulai merasa cemas karena menolak setiap suguhan yang ia berikan.
"Sayang... diminum ya.. dikit.. aja, ya.."
Karena lelah menolak dengan terpaksa dirinya meminum beberapa teguk minuman hangat yang diberikan kekasihnya, tak lupa dengan obat pereda mabuk yang disodorkan padanya
Ting...
Diraihnya perlahan ponsel miliknya, tertera dengan jelas siapa pengirim pesan tersebut, Jihoon.
Mau apalagi dirinya dariku?! sialan!
Gadis itu membuka pesan singkat yang Jihoon kirimkan padanya, sepertinya kedua manik Aruna sudah dapat beradaptasi dengan pesan dan foto-foto yang dikirimkan lelaki itu padanya.
Dilihatnya sekilas foto-foto itu, menampakkan kekasihnya dengan perempuan yang beberapa hari lalu ia lihatnya. Entah kenapa hatinya masih terasa sakit dan sesak setiap melihatnya, dihembuskan kasar nafasnya.
Lagi-lagi rasa mual pada perutnya kembali terasa, membuatnya segera berhambur menuju kamar mandi.
Hoekk... hmphh-
Melihat gadisnya lelaki itu segera menghampiri, namun gerakannya terjeda saat melihat layar ponsel Aruna yang memperlihatkan pesan dari rekan sialannya yang tak tau diuntung itu.
"Brengsek lo ji! lo hasut Aruna apa lagi si! liat aja nanti" geramnya, kemudian melanjutkan langkahnya pada Aruna.
--------------------------------------------------------------
don't forget to vomment guys
© Sereiaaya, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim Junkyu
Fanfiction"...tolong percaya sama saya..." -Hyunsuk "Gw akan lakukan apapun buat dapetin lo Run..." -Jihoon "Kakak ni apa-apain si, kita itu masih saudara!" -Runa "Saudara tiri kan?!" -Junkyu *Mention // of harsh words - and some mature content [1821+] *Cover...