18 || Delapanbelas

11.5K 1.1K 160
                                    

Sorry for typo:)

_________________

Lima hari lamanya untuk Hesa beradaptasi tanpa ada Jihan di dekatnya. Tapi rasanya seperti ditinggal ibu kandung sendiri, ia bahkan tidak merasa seperti itu ketika jauh dari Hanasta.

Setelah dua hari yang lalu di bawa pergi berjalan-jalan, hari ini rencananya Jeffran akan mengajaknya mengelilingi kota Bandung tempat mereka tinggal untuk sementara waktu.

Namun sesuatu mengejutkan terjadi, Hesa menatap tanpa kedip ketika melihat Jemiel dan Jenan berdiri dihadapannya masih dengan mengenakan seragam sekolah. Rabella juga tak kalah kagetnya, dua pemuda itu rela pergi ke luar kota untuk menyusul Hesa. Mereka bahkan bolos bersama.

"Kalian?"

"Kasih masuk dulu dong Ma, masa anaknya di biarin berdiri di depan pintu,"ucap Jenan membuat Rabella akhirnya menyingkir mempersilahkan dua remaja itu masuk.

"Loh?! Kalian bolos?"Jeffran bertanya dengan nada kaget saat melihat dua pemuda yang slah satunya adalah putra bungsunya itu masuk ke ruang tengah.

"Nggak bolos, cuma pulang duluan,"ucap Jenan santai, pemuda itu duduk di sofa dan bersandar di bahu tegap ayahnya.

"Sama aja,"

"Jemiel kenapa ikutan Jenan bolos?"tanya Rabella.

"Kelasku jamkos, jadi boleh pulang duluan,"sahut Jemiel seadanya. Pemuda itu duduk di dekat Hesa yang posisinya di tengah antara dirinya dan Rabella.

"Kamu nih! Bolos terus!"geram Rabella sambil mencubit gemas lengan putra bungsunya.

"Yakali kalian jalan-jalan gak ngajak-ngajak,"cibir Jenan membuat Jeffran mendengus pelan.

"Nanti Hesa mau kemana?"tanya Jenan membuat Hesa berpikir.

"Kata Papa Jeff, nanti mauw lihat kebun nya Dudu,"ucap Hesa antusias. Jemiel sejak tadi terus menatap bocah itu, ada sedikit keraguan di matanya namun ia memilih untuk tetap diam sampai ia mampu meyakinkan perasaannya.

"Kalau begitu nanti kita mampir ke butik dulu, kalian gak mungkin ikut jalan-jalan pakai seragam sekolah seperti itu,"Jeffran menutup I-pad nya kemudian beranjak menuju kamar untuk mengambil kunci mobil dan dompetnya.

"Eh bentar Ma, Jenan ke toilet dulu,"ucap pemuda bermata bulan sabit itu yang berlari menuju toilet dapur.

"Hesa sama Kakak dulu ya, Mama mau ambil tas di kamar,"

Sekarang hanya tersisa dua makhluk berbeda usia yang hanya bisa saling diam. Hesa dengan imajinasi nya sendiri dan Jemiel dengan pikiran yang berdebat.

"Udah makan?"tanya Jemiel tiba-tiba. Hesa menatap Jemiel bingung kemudian mengangguk.

"Tadi Esa makan ayam goleng Mail,"

"Mail?"beo Jemiel.

Hesa mengangguk sambil bergumam, "Itu loh yang syuka Upin Ipin beli, Mail itu teman nya Upin Ipin,"ucapnya.

"Kemarin kemana aja?"tanya Jemiel lagi, ia sebenarnya tidak terlalu peduli. Tapi mendengar jawaban antusias dari bocah gembul didepannya itu membuatnya ketagihan.

"Kemalin ndak kemana-mana, Papa Jeff ada kelja dengan temannya,"sahut Hesa kemudian ia duduk dengan melipat kedua kakinya dan menghadap pada Jemiel.

"Tapi kemalinnya yagi, Esa di ajak yihat ikan hiu di pantai. Kata Mama, Papa Jeff boong soal na ndak ada ikan hiu di syana. Adanya penyuu~ lucu jalannya syeperlti ini..."Hesa terus bercerita sambil memperagakan bagaimana cara penyu berjalan di pasir. Jemiel sontak terkekeh.

【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang