Eps 61

4.9K 394 15
                                    

"Bulan itu indah, bintang itu cantik, angin itu lembut, malam itu tenang, ucap seorang manusia yang selalu menanggung beban pikiran, menitikkan air mata tanpa siapapun tahu."

********

Di kelas sebelas MIPA 1, hari ini adalah waktunya untuk presentasi kelompok tentang tugas yang sudah diberikan oleh Ibu guru Minggu lalu.

Semua anak bertepuk tangan karena kelompok pertama telah berhasil melaksanakan presentasinya dengan lancar, Bu guru meminta agar kelompok tersebut kembali duduk di tempatnya masing-masing.

"Kelompok dua, silahkan!" ucap Ibu guru mempersilahkan kepada kelompok selanjutnya agar segera maju ke depan. Anak-anak yang dimaksud itu pun berdiri, Antariksa, Hans, Bams, serta Devan, lekas maju ke depan untuk melakukan presentasi.

Antariksa sebagai moderator mulai membuka presentasi tersebut dengan ucapan salam, lalu dilanjutkan penerangan materi yang mereka bahas. Mereka berempat terlihat lihai dan tidak gugup ketika presentasi. Tenang, serta jelas didukung juga dengan public speaking dari Antariksa yang sangat bagus.

"Cukup sekian presentasi dari kami, dari materi yang sudah disampaikan apa ada yang perlu ditanyakan?" tanya Antariksa kepada teman-temannya, sebelum menutup presentasi tersebut.

"Baik, karena tidak ada yang perlu ditanyakan, kalau begitu kami akhiri. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh!" salam Antariksa yang akhirnya menutup presentasi itu, lalu terdengar tepukan tangan meriah dari murid-murid.

Antariksa, Hans, Bams, dan Devan kembali duduk ke tempat mereka masing-masing. Lalu dilanjutkan dengan kelompok-kelompok selanjutnya.

Beberapa menit kemudian, sekarang semua kelompok sudah maju ke depan, Bu guru terlihat sibuk mengoreksi hasil tugas dari anak-anak.

"Deg-degan gua Sa," ujar Hans gugup, telapak tangan laki-laki itu mulai berkeringat.

"Gitu aja gugup Lo Hans Hans, santai aja kali, kayak ambil rapot aja," sahut Bams melihat ekspresi wajah Hans.

"Sshht, udah tenang aja, hasilnya pasti bagus kok. Jangan ribut, gurunya mau ngomong," tutur Antariksa sebab Bu guru baru saja selesai mengoreksi, dan mau mengumumkan hasilnya.

"Ehem, baik anak-anak saya sudah selesai mengoreksi tugas kelompok dari kalian. Saya cukup puas, karena tugas kalian semuanya bagus, saya senang kalian mengerjakan tugas dari saya dengan sungguh-sungguh," ujar Bu guru.

"Sesuai kesepakatan, kelompok yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi, akan saya beri nilai tambahan. Jadi kalau seumpama nilai ulangan kalian nanti jelek, tidak perlu ikut remidi karena sudah tertolong dengan nilai tugas kelompok ini."

"Baik, gak perlu kelamaan saya ngomongnya, yang berhasil mendapat nilai tertinggi adalah kelompok...." Bu guru sengaja menjeda perkataannya, untuk memberikan rasa tegang kepada mereka semua.

"Siapa-siapa?" batin Antariksa sudah tidak sabar.

"Kelompok dua, selamat yah! Tugas kelompok kalian bagus sekali."

"YESS KELOMPOK DUA NIH BOSS!" semangat Bams refleks berdiri sambil menunjukkan pose kemenangan.

"Goblok Lo Bams, duduk cepetan!" kesal Hans menahan malu setengah mati, ia menarik ujung baju Bams memintanya agar kembali duduk.

"Alhamdulillah," lega Antariksa merasa senang, akhirnya kerja keras mereka tidak sia-sia.

"Gak kaget sih kalau kelompok dua yang dapet nilai tertinggi, kan ada Antariksa," bisik seorang siswi kepada teman sebangkunya.

"Iyah bener, kalau isinya cuman si duo jamet sama anak baru itu, pasti gak bakal bisa lah," balas temannya, yang ia maksud adalah Hans, Bams, dan Devan.

"Sekali lagi selamat yah untuk kelompok dua jadi kalian tidak perlu ikut remidi, apabila nanti nilai ulangan kalian dibawah KKM," ujar Bu guru.

"Siap Bu!"

"Tapi sebelum itu, Ibu mau tanya sebentar, Arken yang mana yah anaknya?"

"Saya Bu," terlihat tangan kanan terangkat, berasal dari seorang siswa yang duduk di bangku paling belakang dekat jendela.

"Arken, kamu kok belum mengerjakan tugas kelompok dari Ibu nak? Kamu belum dapet kelompok apa bagaimana?" tanya Ibu guru.

"Saya Minggu kemarin gak masuk Bu, sakit."

"Owh sakit, tapi memang kamu gak tanya gitu sama temen-temen sekelas kalau ada tugas dari Ibu? Kalian sudah bikin grup kelas toh? Harusnya dikasih tahu dong temannya."

"Bikin kok Bu, saya sudah koar-koar sampai spam chat di grub tapi pada diem semua. Biasalah Bu, seleb," Jawab Arken menyindir.

"Bukan seperti itu Bu, masalahnya kita males, anaknya gak sopan, tanya di grub spam chat banyak-banyak sampai nama hewan di kebun bintang keluar semua. Harusnya kan bisa tanya baik-baik, udah kasar ngotot minta jawabannya juga lagi," Balas Neva melirik tajam kepada Arken.

"Sudah-sudah cukup, Arken kamu Ibu beri tugas sendiri yah, besok tolong dikumpulkan di meja Ibu waktu jam istirahat, dikerjakan! Kalau tidak nilai kamu Ibu tulis kosong," ucap Bu guru.

"Iyah Bu," balas Arken nampak kesal.

"Kalau begitu terima kasih yah semuanya, sebentar lagi bel istirahat, Ibu pamit dulu, assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh!" pamit Ibu guru dan dibalas salam oleh semua murid.

"Antariksa!" panggil Devan berdiri di depan meja Antariksa.

"Iyah Van?" tanya Antariksa melihat ke arah Devan.

"Mmmm, pu-pulang sekolah kamu ada acara gak?" tanyanya gugup.

"Pulang sekolah? Enggak kok, emang ada apa?"

"A-aku masih orang baru di kota ini, jadi belum tahu semua tempat, kalau gak keberatan kamu mau gak anterin aku? A-aku gak maksa kok, kalau kamu memang gak mau yah enggak apa-apa."

"Mmm," deham Antariksa berpikir, sejujurnya sepulang sekolah nanti dia mau rebahan di rumah seharian, tapi karena melihat wajah Devan, ia merasa tidak tega. "Yaudah deh boleh."

"Beneran Sa?"

"Iyah bener, kita ketemuan dimana? Biar nanti enak."

"Di hutan kota aja yah, kamu mau kan?"

"Oke beres."

"Makasih banyak Sa."

"Iyah, sama-sama," angguk Antariksa tersenyum.

Diam-diam ada seseorang yang tengah memperhatikan perbincangan antara mereka berdua, dia menggerogoh saku celananya untuk mengambil sebuah handphone. "Halo Rez, nanti pulang sekolah Antariksa sama Devan janjian ketemuan di hutan kota, kayaknya anak itu mau ngelakuin sesuatu," ujarnya dalam telepon.

"Oke thanks, Ken, terus awasi mereka," balas Antarez dari seberang sana.

"Siap," jawab Arken lalu panggilan itu tertutup.

°•••Brother konflik•••°








BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang