BAB 9 [ Kesempatan? ]

15K 633 75
                                    

Hai Readers. Salam sayang dari author.

Di part kali ini banyak banget percakapan Saski sama Gibran. Yang mau kritik boleh banget!!! Waktu dan tempat dipersilahkan.

Happy Reading🍂
*
*

Melihat raut wajah Rangga, Saski menjadi tidak enak hati. Akhirnya dia memutuskan untuk menemui Gibran.

"Cukup...Cukup drama nya, bikin malu," bentak Saski sesaat setelah sampai di lobby.

Bukan hanya Gibran yang menoleh ke sumber suara, melainkan semua karyawan yang ada disana. Bahkan, beberapa karyawan wanita membicarakan Saski secara terang-terangan.

"Dia pakai pelet apa sih? Kemarin Pak Rangga, sekarang Pak Gibran."

"Iya padahal wajah nya gak cantik-cantik amat, goyangannya kali ya..haahha."

"Apa gue belajar aja sama dia? Siapa tau dapet CEO juga."

Suara dari beberapa orang itu semakin membuat Saski malu. Ini semua karena Gibran, dia yang selalu membuat dirinya tidak pernah mendapatkan ketenangan.

"Sas..aku mohon Sas, beri aku kesempatan lagi," Gibran menghampiri Saski, jarak keduanya begitu dekat. Bahkan Saski bisa merasakan parfum khas Gibran pada indera penciumannya.

"Kesempatan?" Saski tersenyum getir, bahkan dulu Gibran sering mengatakan itu. Namun, kesempatan yang Saski berikan hanya dianggap lelucon olehnya.

"Harus berapa banyak lagi kesempatan yang harus aku berikan?" lanjutnya dengan wajah meremehkan.

"Jangan seperti ini Sas, kita perlu bicara berdua. Aku mohon..." Gibran bersimpuh dihadapan Saski.

Semua orang yang ada disana memandang Saski tidak suka. Mereka yang tidak tahu menahu tentang masalah sebenarnya malah menjudge Saski seakan akan dia yang salah.

"Hentikan Omong kosong ini Gibran!" Bentak Saski sembari memundurkan badannya.

"Tolong, sekali saja Sas. Izinkan aku menjelaskan semuanya," ucap Gibran yang tengah tertunduk lesu.

Tindakan Gibran semakin memancing cemoohan dari karyawan lain.

"Wah..ternyata dia seperti itu, tega sekali."

"Apa sih yang sebenarnya terjadi? Apa mereka benar-benar pasangan?"

"Jangan-jangan mereka punya scandal."

Saski dibuat kebingungan, jika terus-terusan seperti ini juga tidak baik. Apalagi nanti identitasnya akan diketahui umum, dimana dulu dia dan Gibran pernah menikah. Rasa takut itu yang membuat Saski akhirnya luluh.

"Ikuti aku," titah Saski datar. Dia berjalan meninggalkan kerumunan.

Gibran yang mendapatkan lampu hijau dari Saski segera mengikuti nya dari belakang. Mereka berdua berhenti di sebuah caffe yang tidak jauh dari kantor. Bahkan Rangga masih bisa memantaunya dari atas.

"Apa yang sebenarnya kamu mau?" tanya Saski to the point. Mereka sudah sama-sama duduk di sofa dengan saling berhadapan.

"Sas..aku mau tau alasan kamu apa ninggalin aku waktu itu," jawab Gibran. Dengan tidak tahu malunya tangannya kini mencoba menggenggam tangan Saski.

"Lepas, tidak perlu seperti ini," sarkas Saski. Dia menjauhkan tangannya.

"Maaf.." cicit Gibran.

"Alasanku waktu itu sepertinya sudah sangat jelas, aku pikir tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi," jawab Saski. Dia bangkit dan hampir akan meninggalkan tempat itu jika tangannya tidak ditarik Gibran.

GISAS || CEO Penakluk (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang