15 - Pria Itu (?)

2.5K 379 21
                                    

Halo👋🏻

Terima kasih yang sudah membaca sampai part ini^^

Mohon bantuannya untuk VOTE + KOMENTAR di cerita aku yaaa

Itu bisa buat aku tambah semangat nulis, percayalah:)

Maaf jika ada kesalahan, typo, atau hal yang kurang berkenan di hati kalian

Happy Reading^^

___________________

Pagi-pagi sekali Citra pergi setelah menerima telepon entah dari siapa. Alhasil Noval harus menggantikan sang bunda untuk menyiapkan sarapan.

Pria dengan kaos putih dan celana abu itu menuangkan nasi goreng ke dalam piring-piring lalu memanggil kedua adiknya. Kana dan Juna lantas duduk dan makan tanpa membuka pembicaraan apapun.

"Bunda tadi ke mana, Kak?" Tanya Juna setelah diam cukup lama, mungkin masih mengantuk.

"Kakak kurang tau juga, sebentar lagi pasti pulang. Kamu habiskan saja makannya terus langsung berangkat, oke?" Balas Noval lalu diberi anggukan oleh sang adik.

Selesai sarapan Kana dan Juna lantas meraih tas masing-masing dan bergegas berangkat ke sekolah. Sedangkan Noval masih belum mengayuh pedal nya sedari tadi. Ia masih menunggu kepulangan sang bunda.

Sudah hampir jam 7, tapi Citra tak kunjung datang. Pria itu lalu segera melesatkan sepedanya ke jalanan.

Di sisi lain perempuan dengan rok sebetis dan baju tiga per empat berwarna senada terlihat tengah membicarakan sesuatu dengan seorang pria berjas mahal. Keduanya nampak sudah akrab dan tidak ada lagi kecanggungan.

"Tapi, itu semua tidak perlu Van. Aku masih bisa menghidupi mereka dengan usahaku sendiri." Ucap Citra seraya menatap mata seseorang di depannya.

"Baiklah. Tapi, kalau kamu butuh sesuatu atau ingin meminta bantuan apapun tolong jangan sungkan-sungkan menghubungiku." Tutur Jevan yang di balas anggukan oleh Citra.

"Ya sudah kalau begitu. Terima kasih atas semua kebaikanmu. Aku harus pulang sekarang." Citra mulai beranjak dari tempatnya. Disusul Jevan yang juga ikut berdiri.

"Biar ku antar."

"Tidak perlu, Van. Aku bisa naik bus. Sekali lagi terima kasih." Final Citra lantas meninggalkan pria bertubuh jangkung itu.

Jevan menatap sendu punggung kecil Citra yang semakin menjauh. Punggung perempuan yang sudah ia kenal lebih dari 20 tahun.

Untuk memastikan Citra selamat sampai rumah, Jevan diam-diam membuntuti bus yang perempuan itu tumpangi. Sampai Citra turun dan berjalan menuju rumah pun masih Jevan ikuti.

Citra masuk ke dalam rumah lalu menutup pintunya kembali dan Jevan masih belum pergi. Pria itu memperhatikan rumah yang sudah lama sekali tak ia kunjungi. Rumah yang dulu selalu menjadi tempat favoritnya untuk berbagi keluh dan kesah.

Jangankan untuk mengeluh lagi, memasukinya saja ia sudah tidak berani. Tak seperti dulu yang sudah ia anggap sebagai rumahnya sendiri. Kini ia hanya bisa melihatnya dari jauh, itupun tidak bisa dalam waktu yang lama.

Jevan lantas menjalankan mobilnya saat di rasa ada sekelebat sesak yang merambat di dadanya. Ia tidak ingin rasa itu kembali lagi, rasa yang mati-matian ia hilangkan karena terlalu sesak untuk bersarang di dadanya.

Citra mulai memasukkan satu per satu pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Setelah itu ia pergi untuk menggoreng telur, perutnya sudah teriak minta di isi.

Menabur sedikit garam di atas telur yang sudah masuk ke teflon, Citra lantas pergi ke kamar mandi untuk mematikan keran air yang sudah membuat bak mandinya meluber.

Lakara Bunda | norenmin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang