Awal Mula

0 0 0
                                    

Seorang wanita tinggi dengan gaun merah buatan Belanda Jaman 80an dengan rambut panjangnya yang ia gerai dan cincin emas di jari tengah kanannya tampak sangat Berkharisma, Bulu mata yang lentik bibir alami yang merah seperti bunga Mawar dan matanya yang indah  membuat banyak Orang disekitar terpesona akan dirinya.
Siapa dia?  Betapa cantiknya wanita itu..  Sepertinya dia seorang artis?  Aku berharap dia menjadi jodohku. Aku ingin tau apa yang ia pakai sehingga memiliki wajah secantik itu.. berbagai Bisikan yang terdengar jelas di telinga wanita itu, Ia hanya diam mendengarkan seluruh bisikan yang terdengar olehnya.

Sera!  Teriak seorang Pria paruh baya yang memakai Jas lengkap dengan kacamatanya yang berbentuk persegi panjang dan lucu, Ia berlari kecil ke arahnya sambil membawa Koper besar Hitam di tangan Kanannya. "Oh! Meneer Kai, ik dacht dat u mij vergat..." Ucap Wanita itu dengan suaranya yang lembut sambil tersenyum kecil menatap Pria tersebut. "Hei hei.. kamu jangan berlagak sok Belandaan adik kecil!" Sahut Pria tersebut lalu mencubit Pipi Sera dengan pelan, "A aww sakit Kakak!!"  "Ahh Mosok? Kayaknya kamu gak bisa ngerasain sakit deh??" Senyum menjengkelkan Kai membuat Sera kesal melihatnya. "Diem deh!!" Ucap Sera lalu pergi meninggalkan Kakaknya Kai di Bandara sana.

"Hoi hoi! Tidak sopan meninggalkan Kakaknya ketika sedang berbicara!" Seketika Sera menatap Tajam Kakak nya itu lalu berkata "iyain deh si paling gak sopan." Ucap Sera lalu pergi meninggalkan Kakaknya dan bergegas ke arah Mobil berwarna hitam di depannya, " Paman Khan.. pulang duluan yuk, Tinggalin Kakak aja disini.." "Tapi Non.."  "Gak ada tapi-tapian" ucap Sera yang bener-bener sudah sangat kesal, Paman Khan pun mengikuti arahan yang di inginkan Sera.

"Lah anjirr.. gue ditinggal sialan.. wah pasti ini adek ku yang nyuruh! Awas kau ya dirumah Ser!" Ucap Kai sambil menggaruk kepalanya karena terkejut melihat tingkah laku adiknya yang masih sama seperti dulu, Kai membuka ponsel nya tampak satu Lelaki Remaja yang sedang memegang jari kecil perempuan muda dengan sweater kelinci yang ia pakai, terlihat romantis namun di posisi yang berbeda. Terlihat seperti saudara, Kai menelpon Seseorang untuk menjemput dirinya.

"Non, gimana kabarnya? Udah lama ya Non gak ke Indonesia.. setelah 7 Tahun Non di Belanda akhirnya Nona kembali ke sini.." Ucap Pelan Paman yang menjemput Sera, tampak kesedihan di ucapannya membuat Sera menjadi merasa bersalah karena tidak pernah sekalipun kembali ke Negara asalnya setelah kejadian itu. Seandainya Hal tersebut tak pernah terjadi di Hidupku, Mungkin aku sekarang sedang tertawa lepas bersama ayah dan ibu di rumah.. Hanya hal tersebut yang terbayang-bayang oleh Sera sepanjang perjalanan.

Semenjak kejadian itu.. semuanya berubah ya??  Lanjut pikirnya dengan senyuman menyakitkan, Ia melihat ke arah jendela dan hampir menitikkan air mata di pipinya namun ia langsung segera mengusapnya sebelum hal tersebut terjadi.
Seandainya aku adalah Penulis Kisahku, aku akan mengubah Alur hidupku menjadi lebih baik.. pikirnya tanpa sadar bahwa itu adalah Awal Mula sebelum kejadian yang lebih buruk bahkan sangat buruk terjadi.

Hidup adalah penentu, jika ketentuan berubah maka hidup pun akan berubah. Maka apa yang terjadi jika Hidup tidak memiliki ketentuan??  Pikir seorang Pria dengan baju piyama Pink bergambar Beruang, dengan segelas kopi di tangan kirinya dan tangan kanannya yang sedang menulis sesuatu. "Huh! Ternyata menulis lebih sulit dari kuduga! Apa yang harus ku lakukan agar alurnya tidak membuat sesuatu kejadian menjadi runyam??" Kupikir.. sebaiknya Ia menjadi penulis saja..  tidak ada angin, tidak ada hujan seketika pria tersebut berpikir tentang itu.
"Yah.. mungkin ini lebih baik??" Ucapnya lalu menyeruput secangkir kopi di tangan kirinya yang mulai mendingin.

Salju yang turun di luar membuat suasana menjadi begitu nyaman, apalagi dengan suasana sepi entah apa alasannya. "Yah mungkin ini lebih baik" ucapnya lalu melanjutkan menulis Novelnya.

*BIP BIP
*BIP BIP

"Ukkhh.."
Sera membuka perlahan matanya lalu bangun dari tempat tidurnya, berjalan mengarah pintu luar ia mengambil Handuk bermotif Batik yang terlihat masih baru. Ia berjalan ke arah kamar mandi membersihkan seluruh tubuhnya dengan sedetail mungkin, mengelap tubuhnya dengan pelan lalu memakai pakaian yang akan dikenakan sebelum ia pergi.

"Paman Khan!! Apa yang hari ini Paman masak??" Ucap Sera berjalan turun dari lantai dua ke lantai dasar, tampak Paman sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi yang begitu spesial untuk Sera dan Kai. "Paman membuatkan kalian Sandwich, Daging dan telur untuk sarapan pagi. Setelah memakannya segeralah minum segelas susu hangat di meja dekat oven, oh ya jangan lupa untuk mencuci piring setelah makan. Paman akan pergi mengantarkan Berkas-berkas penting pada Ayahanda Nona dan Tuan.." "huh? Paman sangat perhatian pada ayah kami ya??" Ucap Kai dari Ruang tamu yang tidak jauh dari Ruang Makan dimana Paman Khan dan Sera berada. "Bagaimanapun Ayahmu lah yang Paman rawat dahulu, tentunya Paman sangat menyayangi Ayahmu Tuan Kai.." ucap Paman Khan sambil bersiap-siap berangkat, sebelum Paman Khan menginjakkan Kakinya di luar pintu tiba-tiba Kai berteriak pada Paman Khan "PAMAN TERLALU BAIK PADA AYAHKU!"
Ucap Kai yang entah mengapa tiba-tiba terlihat begitu kesal dengan jawaban yang diberikan Pamannya, lekas ia pergi dari Ruang Dapur meninggalkan Sera yang sedang makan sandwich nya. Paman berhenti sejenak menatap kebawah, sedetik. Dua detik. Tiga detik. Em- "Paman.. jangan pikirkan apa yang Kakakku katakan, Ia hanya membenci Ayah sehingga ia kesal ada yang masih menyayangi Ayahnya apalagi orang tersebut adalah orang yang paling ia sayangi.." Paman Khan tersenyum kecil mendengar hiburan kecil dari nona mudanya Sera, "tentu saja, Paman tidak terlalu memikirkannya kok....?" Pengakhiran kata yang sedikit canggung dan seakan hal tersebut kebohongan.

"Apa yang ia katakan? Cih.. menyebalkan!! Mengapa Paman Khan masih saja menyayangi Iblis itu padahal Iblis itulah yang membuat Paman Khan kehilangan Ayah Ibunya Paman!!" "Hentikan Kai, aku ucapkan sekali lagi.. hentikan.. kata-katamu hanya membuat luka Paman semakin dalam.." ucap Sera yang berjalan masuk ke kamar Kai, begitu serius sampai-sampai Kai yang seorang Kakak malah takut padanya. Kai kesal berteriak kesal mengeluarkan uneg-uneg yang ia kesalkan karena Sikap Paman nya yang terlalu baik pada ayahnya, Sera hanya bisa duduk diam dikasur sembari mendengarkan apa yang Kai saudara lelakinya katakan.

Waktu berlalu begitu cepat, Matahari yang awalnya masih di Timur sudah berada tepat di atas Rumah mereka. Kai yang sudah mulai tenang pun mulai berpikir jernih, pipinya yang masih basah namun sudah mulai mengering matanya yang sudah bengkak akibat menangis cukup lama dan mukanya yang masih memerah entah apa alasannya yang pasti Ia sudah lebih tenang dibanding pagi hari tadi.

"Makasih Sera.. sudah mau mendengarkan keluh kesah ku padamu.." ucap Kai yang serak dan begitu terdengar melelahkan.

"Of course, babe" setelah mengucapkan hal itu Sera pun kembali ke lantai bawah untuk menghabiskan segelas susu yang sudah dingin karena tidak diminum cukup lama, bagaimana tidak? Ia menunggu diam di kamar Kai begitu lama padahal ia belum selesai memakan sarapan Paginya sama sekali dari Pagi hingga waktu siang.

"Ah ya.. seminggu lagi waktu libur selesai, aku masih di Indonesia. Mungkin aku akan dipindahkan sementara untuk Kuliah di Indonesia, yah itu cukuplah untuk menambah ilmu selama disini.." ucap Sera yang sedang mencuci piring dan gelas nya, sekilas Sera tampak terlihat sedih namun juga tidak.

Bersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Author [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang