8 - Api Abadi?

2.8K 273 8
                                    

Setelah satu malam berlalu, Lorenzo akhirnya memutuskan untuk melihat Carma. Wanita itu telah terkulai lemah di tanah.

"CARMA!" Panik Lorenzo yang lansung mengendong Carma ke kasurnya.

Tidak ada jawaban dari Carma.

"Bahumu? Ada apa dengan bahumu? Kenapa tubuhmu sangat panas?" Lorenzo mengeluarkan kekuatannya untuk mendinginkan tubuh Carma. Tapi, kekuatannya terus ditolak oleh tubuh Carma.

"Kenapa tubuhmu terus menolak kekuatanku?" Tanya Lorenzo dengan wajah bingung.

Tiba-tiba ia melihat kilasan cahaya merah di jantung Carma. Rahangnya lansung mengeras, ia mengepal tangannya dengan erat. "Bangunlah, berhenti berpura-pura. Tubuhmu panas karena api abadi Adeus dan kau mengatakan tidak punya hubungan apapun dengannya? Jika kau tidak memiliki hubungan apapun dengannya. Tidak mungkin ia memberimu api abadi yang sangat berharga baginya untukmu."

Lorenzo terus membangunkan Carma hingga akhirnya Carma sedikit tersadar. "M-maaf," kata Carma dengan suara lemas dan berusaha untuk kembali berlutut.

"Berhenti berpura-pura untuk mencari perhatianku." Ucap Lorenzo dengan tampang kesal.

"M-maksudnya?" Tanya Carma tidak mengerti.

"Kau mengatakan kau tidak memiliki hubungan dengannya? Tapi, api abadinya jelas-jelas berada di tubuhmu. Jika kau tidak memiliki hubungan dengannya, dia tidak akan mungkin memberi api abadi yang bagaikan jantungnya itu." Jelas Lorenzo.

Carma tidak mengerti apa yang baru dikatakan Dewa Laut. Ia bahkan tidak tau bagaimana bentuk Api abadi.

"Ini sungguh diluar nalarku, aku tidak menyangka kau adalah dewi yang seperti itu. Kau benar-benar membuatku kecewa." Lanjut Lorenzo dan berjalan keluar dari kamarnya.

"T-tidak, aku bisa jelaskan. Ini hanya salah paham." Ucap Carma yang berusaha menahan dewa laut dan akhirnya terjatuh dari kasurnya.

Lorenzo membalikan tubuhnya dan menatap kearah Carma tanpa berniat membantunya.

Carma menghela nafas dan mengepal tangannya dengan kuat. "I-iya, aku bersalah. Maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku pasti tidak akan mengulanginya lagi. Aku benar-benar minta maaf. Ini semua adalah salahku. Semuanya adalah salahku, aku benar- benar meminta maaf," 

Dengan keadaannya yang sakit secara fisik, ia juga harus merasakan sakit secara mental.  Ia tidak peduli dengan dirinya sendiri lagi. Ia hanya tidak ingin suaminya marah.

Carma yang berusaha menahan semua rasa sakit akhirnya terjatuh ke tanah. Ia tidak mempunyai tenaga lagi.

"Apa kau pikir berpura-pura lemah akan membuatku kasihan padamu? Aku paling benci dengan orang yang berpura-pura lemah." Ucap Lorenzo dengan kasar.

Carma masih bisa mendengar seluruh ucapan Lorenzo. Hanya saja ia tidak mempunyai kekuatan untuk membalas ucapan suaminya itu. 'Aku akan mengingatnya, aku akan mengingat bahwa kau membenci orang lemah.' Batin Carma.

"Bangunlah," perintah Lorenzo.

Tidak ada jawaban dari Carma.

"Aku akan hitung sampai tiga. Jika kau ingin terus berpura-pura aku akan meninggalkanmu sendirian disini."

Lorenzo menghitung sampai tiga tapi tidak ada balasan apapun dari Carma. Ini tidak seperti dirinya, Lorenzo akhirnya berjalan kearah Carma dan memegang tubuh Carma yang sepanas api.

"Sadarlah, Carma." Lorenzo menggoyang-goyangkan tubuh Carma tapi tidak ada respons dari Carma.

Darah mengalir keluar dari bahu Carma membuat Lorenzo mengoyak sedikit pakaian Carma. Terlihat bahu Carma memiliki tancapan bekas panah, darah kering dan segar bercampir menjadi satu.

"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Lorenzo dengan wajah khawatir.

****

Hallo semuanya, gimana kabarnya? Mau nanya pendapat kalian donk. Ceritanya menguras air mata ga nih? Sekian dulu ya, luv u gaes 💕

C A R M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang