🍃 10 - Pacar Pura-pura

248 56 6
                                    

10 - Pacar Pura-Pura

Mencampuri urusan orang lain bukanlah hobbi Haekal. Dari pada harus terlibat masalah orang lain, Haekal lebih baik menghindar dan berpura-pura tak tahu.

Tapi tidak jika itu tentang Jeya. Baby bossnya ini bukan orang lain. Dia prioritas utama di atas segalanya, tentu Haekal tidak bisa menghindar apa lagi pura-pura tidak tahu tentang masalah tempo hari.

Mobil berhenti di depan gedung kampus. Jeya sudah berniat turun tapi pertanyaan Haekal menahannya.

"Nanti selesai jam berapa?"

"Jam dua," jawab Jeya tanpa pikir panjang.

"Nanti saya jemput setengah dua ke sini."

Ada kernyitan bingung tercetak di dahi yang lebih muda. "Ngejemput? Kenapa? Maksud gue, lo 'kan biasa ngetem nungguin gue di kampus. Emang sekarang mau ke mana?"

Haekal meliriknya sekilas lalu segera membuang pandangan ke arah lain.

"Kalau saya terus nungguin kamu di sini yang ada temen kamu pada curiga."

Dalam hati, Jeya membenarkan ucapan Haekal. Pemuda itu sudah sebulan lebih menjadi supir sekaligus pengawalnya, akan sangat mencurigakan kalau ia terus-terusan menunggunya kuliah dengan alasan sedang cuti kerja.

"Ya udah. Nanti jemput lagi di sini aja."

"Iya."

Jeya keluar dari mobil, berjalan memasuki gedung tanpa niatan kembali menoleh ke belakang. Sedangkan di dalam mobil Haekal hanya terdiam menatap punggung kecil yang perlahan menjauh dari jangkauan.

"Saya tahu kamu butuh waktu buat sendiri, Jeya," gumamnya pelan.

Belum sempat Haekal pergi dari sana, kaca jendela tiba-tiba diketuk oleh seseorang dari luar. Haekal menurunkan kaca jendela tersebut.

"Selamt pagi, Yiren." Ia menyapa gadis yang belakangan mulai akrab dengannya.

"Pagi juga, kok lo di sini, Kal?"

"Ah itu, saya--- ehm, aku barusan nganterin Jeya kebetulan aku lagi gak buru-buru jadi aku anterin dia dulu."

Yiren melirik pakaian yang Haekal kenakan. Setelan kemeja putih. "Lo mau berangkat kerja?"

Haekal ikut melirik penampilannya lalu mengangguk. "Iya, kalau gitu aku duluan ya."

Setelah mendapat anggukan dari Yiren, Haekal segera melajukan mobilnya menjauhi area kampus. Mungkin saat ini Yiren dan Mia termasuk dua orang asing yang mulai akrab dengannya. Tapi tak bisa Haekal pungkiri, ia sering gugup saat bicara dengan mereka, takut salah ucap, takut keceplosan dan mengatakan kalau dia itu bukan sepupu Jeya tapi pengawalnya.

***

Jeya menerima segelas americano dari tangan Haekal. Ia memang sengaja menyuruh pemuda itu membelikan americano untuknya. Hari ini cukup melelahkan dan Jeya butuh sesuatu yang segar.

Dengan mata terpejam, Jeya mulai menyedot minumnya perlahan. Namun ia harus kembali membuka mata saat merasakan sesuatu yang aneh menyentuh dahinya. Ia menoleh, mendapati Haekal yang tengah melap dahinya dengan tisu.

"Lo ... ngapain?"

"Hah? Oh maaf, saya hanya tidak ingin mengganggu kamu jadi saya bantu melap dahi kamu yang berkeringat karena berlari tadi."

Jeya mengerjap menyingkirkan tangan Haekal dari keningnya.

"Gue lari biar bisa cepet sampe mobil tanpa ketahuan Mia sama Yiren!"

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang