34. Mencari Ketenangan🌙

39 6 0
                                    

Wulandari tahu tempat yang cocok untuk berlibur. Mereka akan menghabiskan waktu di rumah persinggahan milik keluarga Kembang Arum. Mendiang Ratu Rukmini pernah menghabiskan waktu beberapa bulan di rumah persinggahan untuk memulihkan kondisinya setelah menderita penyakit dada. Selain itu, rumah persinggahan pernah digunakan keluarga prabu untuk mengungsi ketika bencana alam melanda Kembang Arum.

Terletak di lembah perbatasan antara Kembang Arum dengan Tirta Wungu, tidak banyak yang mengetahui rumah persinggahan tersebut. Meskipun  terpencil, pemandangan yang ditawarkan sangat menakjubkan. Hawa yang sejuk dan suasana yang asri memang cocok untuk proses pemulihan kesehatan.

Dari istana Kembang Arum, Prabaswara dan Wulandari berkuda bersama menuju rumah persinggahan, menunggang satu kuda yang sama. Tidak ada yang mengawal mereka. Taranggana berani melepas putrinya hanya pergi berdua dengan Prabaswara ke rumah persinggahan karena semuanya sudah tersedia di sana. Meskipun terpencil, jalur yang dilalui juga aman.

Semakin mendekati rumah persinggahan, Wulandari memelankan laju kudanya. Prabaswara tak ingin mengalihkan pandangan dari pemandangan, maka Wulandari yang mengambil alih tali kekang.

"Wah, tak kusangka ada tempat secantik ini di Kembang Arum," gumam Prabaswara.

"Bagaimana? Kakanda suka?"

"Tentu saja, Adinda. Semuanya semakin indah karena aku pergi bersamamu."

"Haha... bisa-bisanya tetap merayu."

Mereka sudah tiba di halaman rumah berukuran sedang yang terbuat dari kayu jati. Prabaswara membantu Wulandari turun, kemudian mengikatkan tali kekang kuda pada tonggak kayu di halaman rumah.

"Selamat datang di rumah persinggahan kami." Wulandari membuka pintu, disambut perpaduan aroma kayu dan bebungaan yang lembut. Perabotan dari kayu jati tertata rapi di ruang depan.

"Setiap beberapa minggu, akan ada utusan yang bertugas membersihkan dan merawat rumah. Tapi tetap saja kita harus membersihkannya sendiri agar lebih nyaman. Aku akan bersih-bersih dulu kemudian memasak. Terutama membersihkan kamar yang akan kita tempati."

"Akan kubantu beres-beres. Ah, aku juga akan membantumu memasak."

"Baiklah, kita bagi tugas saja. Aku membereskan kamar dan dapur, Kanda bagian depan dan halaman. Bagaimana?"

"Boleh. Jika Dinda membutuhkan bantuan, katakan saja, ya."

Mereka terlihat seperti pasangan muda yang baru memulai hidup berumah tangga berdua. Hidup di istana dengan gelimang harta dan bantuan dari para pelayan tidak membuat mereka terlena. Bersih-bersih ruangan bukan hal sulit untuk keduanya. Prabaswara pun bisa memasak. Meskipun hanya masakan sederhana, tapi pasti sangat membantu Wulandari.

"Apakah aku harus keluar istana untuk mendapatkan ketenangan ini?" Prabaswara bermonolog sembari membersihkan debu pada perabotan di ruang tamu.

"Lagipula aku tidak tertarik dengan tahta Tirta Wungu. Daripada istriku turut merasakan ketidakadilan dalam istana, lebih baik kami keluar saja. Tinggal di sebuah rumah sederhana di pedesaan yang asri. Membina rumah tangga dan membesarkan anak-anak kami di sana. Terdengar indah." Prabaswara tersenyum lebar dengan pemikirannya.

Bersih-bersih hanya sebentar, karena sebelum mereka kemari, rumah memang telah dibersihkan. Wulandari langsung beranjak ke dapur. Prabaswara juga mengikutinya.

"Persediaan makanan di lumbung melimpah juga, ya?" gumam Prabaswara.

"Sebelum kita datang, Eyang mengutus orang untuk membersihkan rumah dan memastikan persediaan makan tercukupi. Tapi jika kita ingin mencari makan sendiri, juga bisa. Di samping rumah ada kebun yang ditumbuhi ubi dan beberapa jenis sayuran. Di belakang rumah ada sungai."

Prabaswara [Complete√] ~ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang