Update! Ayo di kencengin dong vote dan komentarnya biar aku gak malas update cerita ini 😽
Karina tidak tahu apa yang sebenarnya ingin Ardhani katakan. Laki-laki itu membawanya menjauh meninggalkan Javas dan di titipkan kepada Ibu yang siapa tahu sedang punya kesibukan. Dia menariknya keluar tanpa menunggu Ibu datang lebih dulu untuk mengurus Javas.
"Kamu mau ngomong apa? Kenapa harus di sini? Javas sendirian di dalam, kenapa di tinggalkan." Karina mengomel lagi. Di sepanjang jalan dia minta di lepaskan karena tidak tega meninggalkan Javas.
Ardhani mendesah, mereka sedang berada di taman belakang rumah yang jaraknya lumayan jauh mengingat rumah Ardhani yang cukup besar.
Ardhani tersenyum. "Jangan cemas. Ada Ibu yang mengurusnya."
"Bagaimana kamu tahu Ibu mengurusnya sementara kamu sudah langsung pergi begitu saja. Bagaimana kalau Ibu tidak datang? Javas sendirian di dalam."
"Tenang saja. Ibu sedang bersama Javas sekarang."
"Kamu punya indra ke enam?"
"Hanya naluri seorang Ayah saja."
"Itu konyol."
"Ini tidak konyol. Itu fakta. Karena bukan hanya Ibu yang punya ikatan batin dengan anaknya. Aku juga, karena Javas adalah putraku."
Karina memutarkan kedua bola matanya malas. "Baik-baik. Jadi apa yang membuat kamu membawa aku kemari?"
Ardhani tersenyum lagi. "Kamu cemburu?"
Satu alis Karina naik. "Cemburu?"
Dia bingung, setelah perdebatan tentang Javas tadi tiba-tiba saja laki-laki di depannya menanyakan sesuatu yang aneh.
"Iya. Kamu cemburu melihatku dengan Jesica tadi?" tebak Ardhani.
Karina diam beberapa saat sebelum akhirnya mendengus. "Apa? Kenapa aku harus cemburu."
Ardhani tersenyum. "Tentu saja kamu harus cemburu. Bukannya sepasang suami istri itu harus punya rasa cemburu?"
Karina menatap Ardhani heran. "Kita bukan pasangan suami istri ngomong-ngomong."
"Sebentar lagi kita akan menjadi sepasang suami istri."
"Apa?"
"Aku masih memegang janjiku. Aku ingin menikah dengan kamu dan memulai hidup baru bersama kamu dan Javas," kata Ardhani.
Karina yang bingung dan tidak bisa berkata-kata setelah mendengar kalimat Ardhani barusan hanya bisa diam. Hatinya campur aduk, dia tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaannya yang tadi marah dan kesal kepada Ardhani yang secara tiba-tiba diberi kata-kata manis seperti ini lagi.
"Pertemuanku dengan Jesica tadi hanya mengakhiri semua yang sudah terjadi. Bukannya kamu sendiri yang meminta aku untuk menyelesaikan masalahku yang belum selesai dengan Jesica? dan aku sudah melakukannya. Aku sudah menjelaskannya kepada Jesica. aku juga mengatakan niatku yang akan melamar kamu."
Karina membulatkan matanya. "Apa? Kamu mengatakan apa?"
"Ya, aku mengatakannya. Kamu tidak salah dengar. Aku sengaja mengatakan itu untuk memperjelas statusku dengannya sudah berakhir. Dan aku sudah memaafkan semua yang sudah terjadi dan berdamai dengan hatiku sendiri."
Karina masih tidak percaya dengan apa yang di katakan Ardhani. Memang benar dia meminta Ardhani untuk menyelesaikan hubungannya dengan Jesica yang masih mengambang dan belum berakhir. Tapi tidak harus membawa namanya juga di masalah mereka.
"Kenapa kamu mengatakan itu?"
Satu alis Ardhani naik. "Kenapa? Kamu tidak suka aku mengatakan itu kepada Jesica?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence (TAMAT)
RomanceKarina harus menerima pil pahit ketika Dokter memberi tahu bahwa dirinya positif hamil. Fakta tentang kehamilan yang terjadi karena one night stand juga atas kesalahannya membuat Karina berantakan. ** Semuanya berawal ketika malam itu. Di mana Ardha...