05

2.4K 165 8
                                    

"Malam adalah selimut kesunyian untuk menghangatkan sisi yang kelam dari kejamnya roda dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Malam adalah selimut kesunyian untuk menghangatkan sisi yang kelam dari kejamnya roda dunia."
.
.
.
.
.

Tettttt

Bunyi bel pulang telah berbunyi yang mana membuat murid-murid semua berhamburan keluar kelas untuk pulang ke rumah ada juga yang ngumpul dulu dengan teman-teman nya, ada juga yang kencan dengan pacarnya dan masih banyak lagi.

Ara pun melangkahkan kakinya keluar dari kelas menuju parkiran untung nya sekolah sudah sepi karena ara malas mendengar gosip tak berfaedah mereka tentang dirinya.

Disana tepatnya di parkiran sudah ada salah satu sahabat kakaknya yang belum di ketahui namanya.

Melihat ara yang hanya melewati nya pemuda itu pun melajukan motornya disamping ara.

"Naik" ucapan tegas dan dalam itu pun menghentikan langkah kaki ara yang akan ke halte bus.

"Gue.. " tunjuk ara pada dirinya saat pemuda itu bicara

"Hm" jawab cuek pemuda tadi

"Gak usah gue bisa pesen taksi" tolak ara saat melihat teman kakaknya itu cuek seperti tidak iklas.

"Naik" ucap pemuda tersebut yang setelah di lihat di nametag namanya adalah Kalandra Zifrano biasa di panggil Al oleh keluarga dan teman-teman nya.

Karena malas meladeni sahabat kakak nya itu ara pun memutuskan mengabaikan nya dan akan melanjutkan langkahnya menuju halte bus, tapi belum sampai dua langkah tubuhnya sudah melayang dan mendarat di jok motor.

"Lo... " ucapan nya terhenti saat di tatap tajam oleh al, melihat keterdiaman ara, al pun tersenyum tipis di balik helm nya.

"Lucu" batin al saat melihat muka cemberut ara.

Lalu al pun melajukan motornya meninggalkan parkiran sekolah yang sudah sepi, motor melaju dengan kecepatan tinggi karena ara yang tidak mau berpegang dengan cara memeluknya dan al hanya bisa menggunakan cara ini.

Saat sudah dekat dengan tujuannya motor al pun mulai melambat dengan wajah ara yang cemberut

"Kok ke sini? " tanya ara saat motor itu berhenti di restoran bintang lima.

"Makan" jawab singkat al pada gadisnya itu e-h maksud nya calon ya itu.

Mendengar jawaban al pun ara memutuskan untuk pulang lebih dulu dengan taksi, tapi baru saja mau melangkah pergelangan tangan ara sudah lebih dulu di genggam oleh telapak tangan besar al.

"Mau kemana? " tanya al saat melihat ara yang akan pergi meninggalkan nya.

"Mau pulang lah, lo kan mau makan jadi nggak mungkin gue nungguin lo" jawab ara dengan raut polos

"Makan dulu, nanti gue anter pulang" ucap al sambil menarik tangan ara dengan tangan yang saling menggenggam.

Ara hanya mengikuti kemana pemuda itu akan membawanya tanpa membantah atau menolak, ternyata al membawanya ke ruang VIP yang hanya menyisakan mereka berdua.

Setelah memesan mereka menunggu selama beberapa menit dengan keadaan hening, setelah makanan datang mereka pun makan dengan hening, tapi sebelumnya al sudah memotong daging steak nya dan memberikannya ke pada ara, lalu mengupas kan udang dan meletakkan nya ke dalam mangkok lalu menyodorkan nya ke pada ara yang tentu di Terima dengan senang hati oleh ara.

Ara makan dengan lahap karena pertama dia sangat lapar dan kedua ini gratis jadinya ara tidak segan lagi.

Sedang kan al yang melihat pipi kembung ara pun hanya bisa terkekeh dalam diam melihat gadisnya yang begitu imut, ah kenapa dia baru sadar sekarang tapi baguslah lagian gadisnya itu sepertinya sudah tidak menyukai langit lagi kan.

Setelah makan al pun mengantarkan ara pulang dengan selamat.

...

Saat ini ara sudah terbaring di kasurnya dengan mata yang terus menatap lurus ke langit-langit kamarnya, ia tengah memikirkan apakah tepat keputusannya ini untuk menjauhi seluruh keluarganya?

Memikirkan lagi dan keputusan ara sudah bulat, lagian mereka yang dulu juga membencinya kan, cuman bunda dan adik perempuan nya itu saja yang tidak membenci ara.

"Tapi kenapa gue merasa Karel sama Al kayak suka sama gue ya, ah nggak mungkin! perasaan gue aja kali yah. " monolog ara sambil memejamkan matanya dan perlahan mulai terlelap.

Tak terasa hari sudah gelap dan waktunya makan malam pun tiba, ara terbangun tiga puluh menit sebelum waktu makan malam.

Setelah bersih-bersih ara pun turun ke bawah dengan piyama coklatnya dan rambut yang di cepol asal, hingga menambah kesan seksi dan juga elegant.

S

aat pintu lift baru terbuka ara malah melihat pemandangan yang membuat moodnya hancur seketika dimana di sana dia melihat papa pemilik tubuh ini tengah menampar rara.

"APA-APAAN INI HA, KAMU NGEJALANG? CUIH , APA TIDAK CUKUP UANG YANG SAYA KASIH KE KAMU SAMPAI KAMU HARUS JUAL DIRI DI LUARAN SANA. " marah kepala keluarga

kepala rara tertoreh ke samping karena tamparan yang di berikan oleh papahnya, sudut bibirnya sobek dan darah segar keluar dari sana walaupun sedikit samar.

"Mas sabar mas, dengerin dulu penjelasan rara" bujuk bunda sambil mengelus bahu suaminya.

Sedangkan kedua kakak pemilik tubuh ini hanya mengamati saja tanpa niat mau membantu dan jangan lupakan di sana ada teman-temannya bersama protagonis wanita kita.

Ara berjalan ke arah foto yang di lemparkan papah pemilik tubuh tadi, walaupun ara tidak mau ikut campur, tapi rasa pedulinya masih ada apalagi ini untuk orang yang menyayangi nya tanpa syarat, anggap saja bahwa ini bayaran karena tubuh ini sudah jadi miliknya maka dia yang akan menjaga orang-orang yang menyayangi ara.

"Ck, editan. " ucap ara saat sudah melihat foto itu, tapi yang lain tak mendengar karena jaraknya yang agak jauh.

Ara berjalan perlahan ke arah keluarganya berkumpul, tepatnya ke arah pria paru baya itu, tatapan tajamnya perlahan terlihat, aura mengintimidasi nya perlahan menguar, membuat beberapa dari mereka berdidik ngeri.

Bogem man di dapatkan pria paru baya itu, membuat orang-orang di sana terkejut, apalagi setelah melihat siapa yang memukulnya.

"Kak apa yang kamu lakukan. " bunda berucap sambil membantu suaminya bangun

Maven dan Dian pun sudah berjalan mendekat dan menatap tajam ara, sedangkan teman-temannya hanya berdiri di dekat mereka dan menatap ara tak percaya, kagum, serta ngeri.

"LOH NGAPAIN MUKUL BOKAP HA? " marah Dian saat melihat wajah papahnya yang sudah lebam.

"Cuman pengen" jawaban santai ara berhasil membuat emosi Dian membuncah, melihat Dian yang marah Rara pun menarik ujung piyama kakak perempuan nya itu menandakan untuk berhenti.

Ara hanya menatapnya sambil tersenyum lalu menyembunyikan nya di belakang tubuhnya kemudian lanjut menatap Dian dengan berani bahkan senyum remeh terlihat di sana.

"paman Sam" pangil ara dan tidak lama muncul lah pria paru baya yang di panggil paman sam oleh ara, atau lebih tepatnya asisten yang di suruh untuk menjaga ara oleh Opa dan Oma nya.

"Saya non" jawab paman Sam sambil membungkukkan badannya tanda hormat pada calon penerus harta majikannya.

"Selesaikan" titah ara lalu dia pun pergi, karena ara hanya bisa membantu sampai situ seterusnya tergantung takdir rara sebagai antagonis.

Paman Sam yang paham dengan foto yang di berikan ara pun menjelaskan pada keluarga bodoh ini lalu membawa rara pergi dari sana setelah mereka semua bungkam.

...
Jangan lupa vote ya man teman jangan pelit jadi orang ntar aku tusuk🔪😕

1088 kata
Min, 06-08-23

sisters antagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang