"Love likes the fire, it can't be made a fool, it would burn your own. (Cinta itu laksana api yang tidak boleh dipermainkan, jika dipermainkan akan membakar diri anda). "
.
.
.
.
.Kaki jenjang seorang gadis melangkah dengan anggun ke arah sebuah lift melewati banyak karyawan yang menyapanya.
Gadis tersebut adalah Ara yang saat ini tengah kesal karena ada orang yang mengganggu waktu tidurnya.
Ting
"Tok.. Tok.. Tok.. "
"Masuk" suara tegas dari dalam terdengar dan ara pun langsung masuk ke sebuah ruangan yang terdapat tulisan CEO di depan pintunya
"Lo ngapain sih nyuruh gue ke sini, ini itu bukan waktu kerja gue ya. Lagian kenapa gak ngomong di telpon aja sih, bikin ribet orang tau gak? " keluar sudah unek-unek ara kepada pria yang saat ini tengah duduk sambil menandatangani kertas-kertas yang bisa menghasilkan uang MM an.
"Di kontrak sudah tertera bahwa model bisa saya panggil kapan saja saya mau" jawab pria itu yang tak lain adalah Al
"Apa jangan-jangan kamu tidak membacanya? " tanya al menyelidik
"Siapa bilang gak baca, baca kok" sewot ara
"Lalu? " menaikan sebelah alis
"Iya-iya gue gak baca, lagian yang tanda tangan kan menejer gue" jawab kesal ara lalu memilih duduk di sofa yang ada di ruangan.
"Cepetan mau apa lo manggil gue? " tanya ara saat sudah hampir 10 menit tak ada pembicaraan di antara mereka berdua.
"Temenin saya kerja" jawab kelewat santai dari Al itu berhasil mengembalikan kekesalan Ara yang sudah reda tadi.
"Ck, lo kan udah ada istri. Kenapa gak minta temenin dia sih? Ntar gue di tuduh pelakor lagi" mendengar perkataan Ara, Al hanya mampu terkekeh
"Cemburu hm? " menatap Ara dengan senyuman menggoda
"Siapa juga yang cemburu, gue cuman gak mau image gue buruk aja. Lagian kan gue model, kan gak lucu kalo model papan atas kayak gue dicap buruk apalagi pelakor" jelas Ara sambil menatap Al remeh.
"Saya belum menikah, lagian perempuan yang saya mau ajak menikah malah meninggalkan saya lima tahun lalu" jawaban Al berhasil membuat Ara membeku beberapa saat, tapi dia dengan cepat bisa menguasai ekspresi nya.
"Ck, gue ke sini bukan mau dengerin curhatan lo ya. Gue sibuk kalau gak ada apa-apa gue pergi dulu" Tanpa memberi kesempatan Al untuk berbicara Ara sudah keluar dari ruangan CEO.
"Sampai kapanpun saya akan tetap memperjuangkan kamu ra" menatap sendu sebuah foto di meja kerjanya yang tak bisa di lihat dari tempat Ara tadi karena hanya bisa di lihat jika berdiri di dekat kursi duduk Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
sisters antagonis
ФэнтезиSeolah takdir tengah mempermainkan Ara Tujuhbelas Tahun hidupnya dan hampir sepuluh tahun dia habiskan di rumah sakit. Semangat nya untuk sembuh sangat besar apalagi didampingi keluarga dan seorang sahabat, tapi Tuhan berkehendak lain. Dan seolah...