Momo sudah dua hari tidak ke kampus dengan alasan bahwa dia ikut bersama orangtuanya ke perjalanan bisnis. Sana dan teman-temannya percaya saja. Hirai Momo sebenarnya dari Jepang. Teman mereka itu menetap di Korea sebab bisnis kecap ayahnya.
Mereka berlima--maksudku Son Chaeyoung, Jung Jungyeon, Lee Sana, Kim Dahyun dan Kang Mina sedang stress menghadapi fakta soal Park Chaerin. Marah, tentu saja. Setelah mempermalukan mereka, gadis itu juga mempermalukan Jimin. Sana tidak terima sekali. Mungkin dirinya cuma mencintai Jeon Jungkook, tapi disini Park Jimin adalah sahabat pemuda yang disukainya sejak dulu. Jadi dia juga tidak bisa terima.
"Aku masih heran kenapa Jimin dan yang lainnya belum membalas gadis itu." Celetukan Dahyun akhirnya membuat keheningan di meja kantin itu sedikit bersuara.
"Kita kenal orang-orang itu dengan baik." Chaeyoung membalas dengan nada malas. "Mungkin mereka sedang merencanakan sesuatu."
"Yah, tapi yang membuatku jengkel adalah mereka tidak memberitahu kita rencana mereka sama sekali. Padahal kita siap membantu menyingkirkan gadis penyakitan itu."
"Aku juga berpikir begitu." Jungyeon membalas ucapan ketus dari Lee Sana. Mereka berlima terus membahas itu sampai menyadari kalau waktu masuk sudah tinggal 10 menit.
"Sudah mau masuk. Ayo, anak-anak. Kenapa kalian masih disitu?" Dan akhirnya staf Min datang. Dia staf kampus yang juga sedang mengambil paket makan siangnya seperti biasa. Membuat Sana dan teman-temannya mengerut tidak suka tapi tidak punya pilihan lain selain menurut saja.
...
Roséanne Park. Terlahir cantik dalam bentukan gadis cerewet tapi juga baik di sisi lain. Di kampusnya, dia tergolong mahasiswi netral. Dalam artian tidak merundung atau di rundung. Dia cuma fokus belajar setelah tahu ada yang namanya program lompat semester. Hobinya banyak. Mengusik kedua kakaknya adalah salah satu hal yang Rose sebutkan sebagai hobi.
Kali ini Rose bersikap santai saja ketika berpapasan dengan gadis-gadis pecundang itu. Ketika dia baru kembali dari makan siangnya dan mengambil jalan memutar menuju kelasnya untuk sekalian jalan-jalan.
Dia sudah jauh lebih nyaman bergerak dengan pakaian pilihannya sendiri. Tanpa ada ujung dress yang beterbangan dan heels yang membuatnya harus berjalan seperti orang yang terkena radang selangkangan.
"Hai, Chaerin-ah!"
Ia mengerut bingung. Ini sudah ketiga kalinya ada yang melambai kearahnya. Perempuan. Dan sebelumnya juga banyak yang melempar senyum. Rose bertanya-tanya ada apa dengan orang-orang itu. Kenapa bisa seramah ini, kira-kira?
Hanya saja dia terhenti. Melirik ke sebuah tangga disisinya yang bukan lain adalah jalan ke loteng. Rose mengecek ponsel. Masih ada 20 menit. Sepertinya tidak ada yang masalah kalau dia naik sebentar untuk cari angin. Pikirnya ringan. Memutuskan menaiki satu persatu anak tangga dan seseorang berdiri tak jauh darinya. Orang itu Jeon Jungkook. Memasukkan kedua tangannya kedalam saku sweaternya NY hitam putihnya dan tanpa pikir panjang langsung mengikuti gadis itu. Spontan saja, dia butuh sesuatu untuk dibicarakan. Privat.
Dunia pasti sudah kacau. Maksudku dunianya Jeon Jungkook. Dia--mengikuti Park Chaerin? Benar-benar gila. Tapi dia benar-benar harus menyampaikan ini. Sesuatu yang mengganggu kepalanya sejak kemarin. Ada yang salah dengan gadis itu, dan Jungkook harus memastikannya.
...
Rose berharapnya dia bertemu Kim Mingyu saja disana. Tapi realita lagi-lagi tidak sebagus ekspektasinya. Di loteng--tempat dia berkenalan dengan pemuda tan seangkatannya yang ternyata lumayan menyenangkan diajak ngobrol--malah duduk lima orang laki-laki dan dua perempuan. Mereka duduk mengelilingi meja yang terbalik kemarin waktu dia kemari. Diatasnya ada banyak sekali snack dan bahkan mereka semua merokok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hour
RandomWarning: cover sementara Sejak orangtua mereka bercerai, Rose dan kakak laki-lakinya mengikuti sang ayah meninggalkan Korea. Sementara saudari kembarnya menetap dengan sang Ibu. Karna kecelakaan mengakibatkan Chaerin koma, Rose bersikeras pulang ke...