Hujan lagi-lagi turun sore ini, menemani hadirnya senja yang muncul lebih kelam. Asya memejamkan mata, menghirup napas dalam-dalam, mencium aroma hujan yang begitu khas. Kakinya mulai berderap, merajut langkah menyusuri koridor yang mulai sepi.
Di bawah sana hampir semua warga sekolah memilih untuk pulang basah-basahan. Mereka membiarkan seluruh tubuhnya kedinginan di sepanjang perjalanan. Asya hanya menggeleng pelan melihatnya, fokusnya kembali tertuju ke arah depan. Sangat tidak mungkin bagi Asya bermain hujan-hujanan sore ini lantaran dia berangkat bersama Bintang. Bahkan pemuda itu sudah menunggunya di depan kelas saat ini.
Alis gadis itu berkerut samar saat langkahnya berhenti di samping Bintang. Pemuda dengan tubuh bongsor itu sibuk melipat tangan di depan dada sambil menutup mata, persis seperti saat Bintang memiliki banyak pikiran. Asya membuka tas digendongannya, gadis itu mengambil jaket denim milik Bintang yang tadi pagi sengaja pemuda itu titipkan kepada Asya. Lantas setelahnya, secara perlahan gadis itu menutup punggung Bintang yang dilapisi seragam tanpa almamater dengan jaket denim yang ia pegang.
Bintang membuka mata kala punggungnya merasakan sebuah kehangatan yang tiba-tiba saja datang. Saat kepalanya menoleh, pemuda itu mendapati eksistensi Asya yang berdiri di sampingnya sambil memainkan air hujan. Setelah menghela napas pelan, Bintang berniat melepas jaket itu, namun tangan Asya yang terasa dingin buru-buru mencegah.
"Jangan dilepas! Dipakai aja biar enggak dingin."
Bintang tak membantah, ia lepas tas di gendongan lantas memakai jaket itu. Kemudian tas yang dijatuhkan di samping kaki kembali remaja itu angkat kemudian ia letakan digendongan. Baru saja Bintang kembali diam, Asya tiba-tiba menarik tubuh miliknya. Gadis itu menarik kerah baju Bintang yang dua kancingnya terbuka di bagian atas, lantas decakan keluar dari bibir Asya.
"Bintang yang rapi dong. Pakai baju kaya begini juga bisa bikin udara luar masuk. Nanti kalau sakit lagi gimana?" cerocos Asya seraya membenahi kancing baju milik Bintang. Sedangkan yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menatap sambil menahan senyum.
"Kalau sakit ya diobatin," balas pemuda itu santai.
"Bintang!"
Geraman Asya justru membuat pemuda itu kelepasan menceploskan tawanya. Tangan kanan Bintang ikut-ikutan terulur untuk merasakan dinginnya air hujan yang beberapa saat lalu juga dinikmati Asya.
Senyum sendunya merekah. Bintang menunduk, mengingat semua kenangan yang nyaris terkikis waktu itu. Bunda menyukai hujan, dulu wanita itu sering menemani dirinya bermain hujan bersama Bumi. Dulu Bunda bahkan membiarkan Bintang dan Bumi saling mengejar, lalu berakhir basah kuyup dan kotor karena bermain hujan dan lumpur. Lalu setelah dua buah hatinya basah dan si sulung mulai mengejek mereka, barulah Bunda ikut serta melakukan permainan lumpur bersama ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Hug Me Star [END]
Random(#HUGMESTARSERIES) Perihal sebuah asa yang dilenyapkan semesta. Juga tujuan yang tak lagi ada. Bagi Bintang, hidupnya hanya tentang sampai kapan ia akan bertahan dan kapan kepergian itu terlaksana. Kendati gadis itu hadir untuk mengukir tawa, menc...