✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿
"Orang bilang obat rindu adalah dengan bertemu lantas bagaimana dengan rinduku kepada dia yang telah mati?"
A novel by Ad_ebintang 🌟
___________________________
"Aluna, itu kau?" tanya Hiro dari atas akar pohon besar itu, dengan bola mata yang membulat penasaran. Ia seketika turun, menghampiri Aluna. Seraya tersenyum hangat menyambut kedatangan gadis itu.Namun hal sebaliknya yang dilakukan Aluna, ia menatap dingin penuh pertanyaan berselubung terpancar di matanya. Seperti kegelapan malam meraung dari aura wajahnya. Sesaat Aluna berderca, dengan tatapan yang sama. "Nada seruling itu.. dari mana, kau mendapatkannya?" tanya Aluna.
Hiro memiringkan kepalanya, tanpa menyembunyikan raut wajah penasaran. "Ah, maksudmu, nada yang ku mainkan barusan?" Hiro tertawa kecil, seraya memasukkan seruling itu di dalam sakunya. Ia terdiam sejenak, memperhatikan wajah Aluna yang begitu penasaran. "Kenapa? Memangnya ada apa?" tanya Hiro lagi.
Sekejap Aluna tersadar dari lamunannya, ia menggeleng cepat. "Idah sekali!!" ucap Aluna terkekeh kecil.
"Aluna, aku pikir apa!" seru Hiro dengan senyuman hangat di wajahnya.
Aluna jelas terpaku, manik matanya membesar. "Hiro.. sepertinya dia menyembunyikan sesuatu, aku tau, kantung hitam di bawah mata mu itu, bukan karena kurang tidur. Itu wujud dendam," derca bibir tak bersuara mencantip penuh misteri. Tapi mata Hiro bercahaya, binar di matanya seakan membuat ia tak pernah merasakan beban, ia sangat bahagia, dia terlihat lega, tapi, ada sesuatu yang sukar untuk di jelaskan yang mengganjal hatinya. Meski begitu, Aluna tau jelas, bahwa kata-kata Hiro, yang kini berwujud janji itu adalah nyata adanya. Itu adalah janji yang begitu menenangkan. Seolah setelah sekian lama Aluna merasakan dingin yang tak berujung, akhirnya ia menemukan sebuah kehangatan dari pancaran cahaya yang sungguh menenangkan.
Aluna mendengus pelan, ia duduk di sela-sela akar dan memeluk kakinya. "Entahlah Hiro, seiring berjalannya waktu pahitnya kenyataan mulai terasa.." ucap Aluna melirih lesu.
Lagi-lagi Hiro tertawa, ia pun ikut duduk di samping Aluna, sesaat setelah ia menepuk pundak Aluna. "Jangan takut akan pahitnya kenyataan, yakinlah di setiap permasalahan akan tetap ada jalan keluarnya, mari kita berlari bersama dan menyelesaikan semua masalah ini," jawab Hiro menyakinkan Aluna.
Aluna sontak tersenyum, "Hiro..." baru saja ucapan Hiro membuat ia sadar bahwa hidup tak hanya tentang kebahagiaan dan kesenangan. Aluna di buat ingat kalau kesedihan dan kekecewaan juga bagian dari kehidupan.
"Tau, tidak?!" Aluna berdiri dari tempat duduknya, ia segera berlari seraya merentangkan kedua tangannya ke arah sungai yang mengalir deras di pinggir hutan. "Jika kelak di kehidupan selanjutnya aku dilahirkan kembali.." Aluna seketika merebahkan dirinya melompat ke dalam sungai dengan sejuta kepercayaan dan senyum di wajahnya.
Melihatnya Hiro sontak terkejut ia seketika berlari menatap tak percaya ke bawah sungai. Pupil matanya mengecil tak percaya melihat sungai itu begitu deras. Tampak sekali wajahnya panik, dan dadanya naik turun akibat pernapasan yang tidak teratur. Namun sedetik kemudian, Aluna keluar dari dalam sungai. Ia tertawa terbahak-bahak. "Aku berharap aku bisa menjadi burung, yang bisa terbang bebas di angkasa!!" teriak Aluna tanpa peduli dengan pakaian serta rambutnya yang telah kuyup oleh air.
Hiro jelas saja lega, ia duduk tenang di atas bebatuan, untung saja Aluna baik-baik saja. Jika tidak apa yang bisa ia lakukan. Tapi tentu saja hal yang Aluna lakukan barusan itu salah, bagaimana jika Hiro terkena serangan jantung. Selain itu aksinya begitu berbahaya bagi dirinya sendiri, jika bernasib buruk, siapa yang tau, kalau misalnya di bawah sana terletak batu besar yang siap berdiam dan siap digunakan untuk penghantam kepala Aluna.
"Kau.. aku, aku pikir.." Hiro tampak gelagapan. Saat Aluna berenang mendekat. Dan tersenyum lebar ke arah Hiro. "Kenapa?" tanyanya, seraya memiringkan kepalanya.
"Itu berbahaya!" ujar Hiro dengan nada bicara tertahan, seakan berusaha sekuat mungkin untuk tak membentak Aluna. Ia pun mendengus pelan, "kau akan mendapatkan kebebasan mu, Luna.." ucap Hiro.
Aluna sempat terkejut, sesaat tatapan itu berkelebat, tatapan yang begitu dingin yang seolah mampu membekukan seluruh Himalaya. Namun itu hanya berlangsung tak sampai satu detik, sebelum kemudian hilang begitu saja. Tunggu, Luna? Itu panggilan baru dari Hiro, atau memang sudah sedari dulu? batin Aluna penasaran. Tanpa pikir panjang Aluna pun langsung saja menanyakan pertanyaan yang begitu mengganjal hatinya itu. "Luna?" tanyanya.
Hiro tersenyum, "aku rasa nama itu lebih cocok," jawab Hiro.
Aluna yang mendengar jawaban itu, pada akhirnya tak terlalu menghiraukan, "baiklah," ucapnya.
Hiro yang sedari tadi menatap Aluna berenang kesana-kemari sedikit bingung, bagaimana gadis itu bisa bergerak dengan bebas seperti yang ia lakukan kini, sedang jelas, Aluna memakai gaun besar kerajaan, yang tentu seharusnya membuat ia kesulitan bergerak. Namun lamunan panjang Hiro itu seketika patah ketika percikan air terciprat di wajahnya. Ia terkejut, dan menoleh ke arah Aluna yang tertawa lepas karena kejahilannya berhasil. Hiro tersenyum hangat, ia ikut mencipratkan beberapa butir air yang langsung di sambut oleh kulit halus di wajah Aluna.
Keduanya bermain tak ingat waktu. Sampai tiba-tiba, suara keras menghantam gendang telinga. Aluna terperanjat kaget, ia seketika menatap ke arah menara jam Emerland, melihat lonceng berdenting kencang di sana.
"Alarm sudah berbunyi, malam akan segera tiba. Ayo kita kembali, Luna," ajak Hiro lalu kemudian berdiri dari tempat duduknya.
Diikuti oleh Aluna yang masih berupaya mengeringkan gaunnya yang basah kuyup. Mereka berjalan tenang menyusuri hutan Carlotte di temani rona langit yang mulai kemerahan.
Aluna menatap seraya mendongakkan kepalanya. "Wah.. indah sekali!" ucapnya dengan senyum terukir bebas di wajahnya.
"Benar, sangat indah. Andai juga dengan nasibnya.." lirih Hiro tiba-tiba. Seolah menyampaikan pesan tersirat. Namun hal itu tak di sadari oleh Aluna yang sedari tadi hanya memandangi tumbuh-tumbuhan, juga hewan-hewan indah di sana.
"Lihat hewan-hewan terbang itu, tampak sangat bebas." Aluna menunjuk burung kecil yang berkeliaran bebas di sana. Tak sekalipun senyum di wajahnya luntur, meski sesaat kemudian, sesuatu panas, nyeri dan perih tiba-tiba mendarat hangat di pipinya, di ikuti dengan suara keras yang menghantam tanah. Aluna sontak memejamkan matanya. Nafasnya terisak karena kaget.
"Putri Aluna!" Suara itu tiba-tiba ikut memeriahkan suasana. Aluna membuka matanya, ketika menyadari seseorang memapah bahunya membawa ia menjauh dari dahan pohon yang barusan jatuh itu.
BERSAMBUNG
______________________
✿ Aluna De Forgers Charlotte
✿ Isabella De Forgers Charlotte
✿ Alhandra De Forgers Charlotte
✿ Hiro Forgers
✿ Liam Neador_______________________________
Akun sosmed Author:
Tiktok: Ad_ebintang
Instagram: _ebintang
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLETHEA [END]
Fantezie"Apakah hati masih bisa patah ketika jantung berhenti berdetak?" Aluna, seorang putri kerajaan yang malah menghindari kata "Tuan Putri" karena menurutnya menjadi putri di sebuah kerajaan itu adalah sebuah hukuman, itu sangat mengekang dirinya dan...