TATAPAN mata itu kosong. Suara sendok yang berdenting dengan permukaan gelas menjadi pengiring ketika Nathan tenggelam dalam berbagai rupa perkara dalam benaknya. Ia masih mengenakan kemeja sepulang giliran jaga IIMS setengah jam yang lalu. Memasuki hari ke enam, sebuah hal yang lumrah jika Kepala Cabang sepertinya bisa pulang hampir tengah malam karena diharuskan stand by memantau anak buah yang berjaga hingga booth tutup.
Nathan menyesap kopinya. Ia merebahkan diri di sofa ruang tengah yang selalu menjadi tempat favoritnya setelah kamar tidurnya. Sepi dan hening seolah menelan pelan-pelan. Hanya ada suara deru napas lelahnya setelah seharian bekerja hingga perlahan malam menyambutnya.
Denis....
Gadis itu entah kenapa kerap bertengger dalam ingatannya ketika Nathan sedang sendiri begini. Sudah berhari-hari ia mencoba tidak peduli. Tetapi ketika ia ingat bagaimana Ivan bertingkah di belakang Denis, serta perlakuan kasar yang terang-terangan Denis terima, rasanya Nathan tidak bisa mengabaikan kekhawatirannya begitu saja pada gadis itu. Apalagi kali terakhir ia bertemu suasananya sangat tidak bagus. Jika Nathan tidak pandai menahan diri, mungkin saja keributan bisa terjadi kala itu.
Berhari-hari pula ia menunggu kabar dari Sandy yang hingga kini tak kunjung menghubunginya. Mungkin pemuda itu sibuk atau bisa saja lupa. Sedangkan untuk sekedar mengirim pesan langsung pada Denis, Nathan memilih untuk mengurungkan niatnya. Ia berfikir seribu kali. Sebab bisa saja pesan yang Denis terima nanti disalah artikan oleh Ivan yang kemudian dapat memunculkan permasalahan baru.
Tiba-tiba Nathan tidak bisa abai. Ia di batas rasa penasarannya tentang sedang apa dan bagaimana keadaan Denis sekarang.
Nathan berangsur gelisah sebab tidak tahu harus bertanya ke siapa dan mencari tahu ke mana. Lututnya bergetar cemas, karena suasana hati dan pikirannya kacau. Sambil mengela napasnya panjang, ia kemudian beranjak dari sofa. Melepas kemeja biru muda yang ia kenakan dan melemparkannya di keranjang cucian kotor tepat di bawah tangga. Pria bingung itu berharap, setelah mandi semua rasa khawatirnya ini kemudian sirna.
Ia hanya ingin tertidur pulas malam ini. Sebab besok merupakan hari penting. Ia harus mempersiapkan dirinya karena harus berjaga long shift di hari penutupan IIMS tahun ini.
TING......
Bel rumahnya berbunyi. Nathan melihat jam dinding untuk memastikan benar-benar ada tamu di jam ini. Pendengarannya ternyata tidak salah saat kedua kalinya bel itu berbunyi lagi. Sudah hampir jam setengah dua belas malam. Kalau iya, siapa orangnya yang memilih tetap datang seolah tidak ada lagi hari esok?. Tidak mungkin kedua orang tuanya, apalagi Carissa sang adik kesayangannya.
Matanya memicing di tengah kegelapan ketika ia membuka pintu rumah. Seseorang berdiri di balik pagar, dua tangannya memegangi bilah-bilah besi sembari menunggu Nathan membukakan pintu pagar itu untuknya dengan pandangan memelas.
"Lo ngapain malem-malem ke sini?"
Pemuda itu cengengesan, dan langsung nyelonong memasuki halaman rumah. "Hehe... Misi Bang. Gue tau lo pasti juga baru balik kan? Mumpung gue juga baru balik, ya udah mampir aja deh ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape [✓]
Romance🏆 Spotlight Romance Of January 2024 - WattpadRomanceID Jonathan sedang berlari dari derita patah hati yang selalu mengekorinya kemanapun pergi. Semangat hidupnya tidak sebesar hari kemarin, sebelum gadis yang begitu ia cintai memilih pria lain. Pr...