***✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶
***
Pagi ini, Ray sudah duduk di dalam perpustakaan, dengan beberapa jurnal dan juga laptop yang menampilkan text cukup panjang.
Menggaruk kepalanya, ntahlah..
"Gimana bisa gue ngambil jurusan ini dah" gerutunya
Banyak mahasiswa yang lalu lalang disana, namun Ray tiba-tiba mendengar beberapa kalimat yang cukup membuatnya tidak nyaman.
"Anak yatim piatu kayak lo, bisa biayain kuliah dari mana lagi kalau bukan jual diri"
"Open bo dimana lo?"
Segerombolan wanita tengah memojokkan wanita lainnya, dan Ray tidak berkutik namun setiap ucapan dapat dia dengar dengan jelas.
Bukan tidak ingin membantu, tapi ini bukan ranahnya, jika ikut campur dengan urusan wanita akan susah.
"Hoi"
"Ngapain lu disini?" Seru Malik
"Ngepet"
"Wih, yang jadi babi siapa?"
"Lu"
"Beh ni bocah sekate-kate amat sama gue"
Ketika akan duduk Malik juga dapat mendengar cacian dari arah lorong rak buku 47.
"Eh itu kenapa dah? Lagi bagi sembako?"
"Ribut lu"
"Dih"
Ray kembali mengetik beberapa kata dilaptopnya, berbeda dengan Malik yang kini berusaha mencari cela untuk melihat kegaduhan dirak 47.
"Lu ngapain"
"Ray sini deh"
"Males"
"Lu tau cowok yang sukak nge grepe cewek itu gak sih?"
"Grepe apaan? Anggur?"
"Kepintaran lu! Beda bego"
"Grepe ini versi awewe"
"Awewe apaan lagi?"
"Bisa pakai bahasa normal aja gak? Gue gak ngerti bahasa zaman dulu"
"Di krentot bego"
"Hah?"
"Sini lu" seru Malik sambil narik tangan Ray
"Gue masih normal bego ngapain lu bawa gue kepojokan sih"
"Lu minum obat apa sih? Bawel banget"
"Diem diem! Liat tuh"
Malik menekan kepala Ray untuk fokus kesalah satu sela rak buku yang memperlihatkan bagian pojok ruangan perpus, disana tampak 7 orang pria dan 3 wanita tengah menghadang 1 wanita lain.
Wanita itu kini dihadang pria dengan berbadan kekar, kedua tangannya mengikat bagian kepala dan membuatnya tidak bisa bergerak.
"Lo cantik tapi kenapa susah banget sih buat gue milikin?"
"Apa gue harus hancurin masa depan lo dulu?"
"Hm?" Serunya
Wanita ini hanya mampu meneteskan air mata, dia sadar pria dengan notaben penguasa kampus ini pasti akan sulit dilawan.
"Owh, kok nangis sih?"
"Jangan nangis dong"
"Coba liat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mesin Waktu
Fiksi RemajaPekenalkan dia adalah adik ku, pria hebat dengan senyuman termanis di dunia. Raganya terlihat begitu indah namun tidak dengan jiwanya. Aku membaca kisahnya didalam buku yang bertulis mesin waktu, "Sejak 15 tahun lalu, aku sudah lupa bagaimana rasany...