Part 20

700 29 0
                                    

Tok tok tok... ketukan terdengar dari luar pintu rumah Andre.

Bi Wati berlari ke arah pintu, senyumnya menghilang ketika melihat siapa yang ada di balik pintu.

"Hai bi..."

"Eh Non Celine."

Celine bergerak maju untuk memasuki rumah, membuat Bi Wati spontan menggeser badannya tak kuasa menahan Celine, namun hatinya menggerutu.

"Andre ada?" Tanya Celine sambil melihat sekeliling ruang tamu.

"Ada non, sebentar." Jawab Bi Wati dengan nada ketus lalu bergegas menuju ruangan kerja Andre.

Di ruangan kerja Andre tengah duduk di bangkunya sambil menatap ponsel, terdengar ketukan dari luar pintu lalu terbuka perlahan.

"Mas Andre..." Panggil Bi Wati pelan.

"Ya bi?" Jawab Andre.

Bi Wati berjalan perlahan menghampiri Andre.

"Ada Non Celine."

Andre mengernyitkan dahi, "Celine?"

Bi Wati mengangguk cepat.

"Mau apa dia?"

"Ndak tau mas, bibi ndak nanya." Keduanya terdiam,"Gimana mas?"

Andre berpikir sebentar lalu berdiri kemudian berjalan menuju pintu disusul Bi Wati.

Di ruang tamu Celine sedang mengamati setiap barang yang tertata disana, seakan ia tengah memanggil kembali memorinya tentang rumah ini.

"Ada apa ya?" Suara Andre membuat Celine memutar badannya seketika.

"Hai Le. Apa kabar?"

Andre tak menjawab dan hanya memandang Celine dengan ekspresi datar. 

"Aku nggak ganggu kan?" Tanya Celine sambil berjalan menuju sofa dan duduk disana. 

"Ada perlu apa kesini?" Andre masih tak bergeming dari posisinya, hanya posisi kepalanya yang bergerak sesuai dengan posisi Celine. 

"Tadi aku lagi di daerah sini, terus kepikiran kamu, jadi aku mampir aja kesini."

Andre mengernyit dan menatap ke arah lain "Kalau sudah silahkan keluar." Andre menggerakkan kepalanya sedikit menunjuk ke arah pintu.

Celine terdiam. "Kamu nggak bisa duduk sebentar?"

Andre menghela nafas dan menggerakkan kepalanya ke atas.

"Please... Aku dengar kamu mau menikah."

Mendengar itu Andre dengan mau tidak mau melangkah duduk di sofa yang berbeda posisi dengan Celine. 

"Jadi bener ya, kamu mau menikah?" Tanya Celine dengan senyuman yang mulai hilang dari wajahnya. 

"Ya."

Celine tersenyum pahit lalu menunduk, kemudian ia menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu,
"Kira-kira masih ada barang aku nggak ya disini, nggak enak kalau nanti calon istri kamu nemuin..."

"Don't be kidding."

Celine menghentikan gerakan kepalanya dan menatap Andre kembali, "Aku nggak sangka bisa secepat ini kamu memutuskan untuk menikah lagi."

"Maksudnya?" 

"I Know you Andre, kamu yakin dengan pilihan kamu? I heard that she is so young? "

Andre semakin mengernyit "Poin kamu apa sih?" 

"Aku nggak mau kamu salah dengan pilihan kamu sekarang."

Andre mengernyit, merasa tidak dapat mencerna perkataan Celine,"Dengar ya, saya nggak paham dengan poin kamu apa, tapi yang jelas salah atau benar itu hak saya. Kamu nggak perlu ikut campur." Andre menghelas nafas "Kalau kamu datang untuk bicarakan hal ini lebih baik kamu pergi." Baru saja Andre berniat untuk pergi meninggalkan Celine langsung berusaha menghentikan dengan menarik lengan Andre.

"I'm sorry for everything Le." 

Lagi-lagi ucapan Celine membuat Andre mengernyitkan dahi dan menyingkirkan tangan Celine dlengannya. "Apa?"

"Aku berusaha melupakan kamu, tapi justru aku terus merasa bersalah Le." Celine menunduk "Tadinya aku hampir menikah, tapi entah kenapa aku merasa tidak nyaman dengan orang lain dan yang ada di pikiran aku hanya kamu."

Andre tertawa kecil karena merasa segala yang diucapkan Celine tidak masuk akal. "Just stop it. Dengar ya, selama 8 tahun ini saya nggak pernah mengganggu kamu..."

"I miss you.  I want us back."

"Cukup Celine!" Andre berdiri dari duduknya, telunjuknya menunjuk ke arah Celine. "Saya nggak pernah ganggu kehidupan kamu, saya bahkan tidak mencoba mengingat-ingat kamu berhutang maaf ke saya. Saya meyakinkan diri saya kalau itu adalah semata-mata kesalahan saya dalam memilih kamu."

Kini gilliran Celine ikut berdiri dan berjalan mendekati Andre "That's why I'm here Le, sekarang aku datang untuk membuktikan kamu nggak salah karena memilih aku. Kamu nggak perlu cari yang lain, yang bahkan kamu sendiri nggak mengenal dia dan dia juga belum mengenal kamu lebih dari aku." 

"What point that you didn't catch Celine!" Andre tertawa sambil menggelengkan kepala "Saya nggak habis pikir sama kamu" Andre mengusap wajahnya, "Please, I ask you, kita jalani hidup masing-masing and not to care for each other at all."

"Ale..."

"Saya...nggak pernah bilang saya nggak memaafkan kamu, so please kamu nggak perlu repot-repot datang dan meminta maaf atau hal apapun, saya minta kamu keluar dari sini." Andre berbalik meninggalkan Celine, ia berjalan kembali ke ruang kerjanya. 

Di ruangan kerja Andre berusaha kembali fokus dengan pekerjaannya, namun hatinya masih gusar, padahal ia sudah berdamai dengan dirinya dan kesalahannya dulu, namun kedatangan Celine membuatnya kembali mengingat dirinya yang dulu yang sudah tak ingin diingatnya. 

Andre mengambil ponselnya dan mencari kontak Hanum, setelah menemukan ia langsung menghubungi Hanum. 

Nada sambung sudah mendekati akhirnya, Andre baru saja akan menutup telepon saat Hanum mengangkatnya. 

"Halo mas..." Hanum mengangkat telepon dengan suara bising di sekitar

"Halo, kok kaya ramai, kamu lagi diluar?"

"Iya mas, makanya nggak kedengeran handphoneku bunyi, ini lagi ajak Azka belanja ke swalayan, macem-macem minta dibikinin puding buah tapi ngga mau beli pudingnya di minimarket" kata Hanum sambil mendorong troli belanja dan memantau pergerakan Azka.

"Hmph..." Andre tertawa kecil, perasaannya telah sedikit terasa ringan. 

"Mas lagi apa? Jangan bilang lagi kerja."

"Enggak kok, cuma lagi ngereview dokumen kantor."

"Sama ajaa...udah kerja 5 hari kok hari libur masih ngurus kerjaan mas?"

"Iya, harus ada kamu biar aku nggak mikirin kerjaan terus."

Hanum tertawa kecil, hatinya berdegup kencang dengan kata-kata Andre yang tak pernah terpikir akan terucap untuk dirinya. 

"Sudah makan mas?"

"Sudah, kamu sudah?"

"Belum, paling abis ini mau makan bakso didepan."

Andre tersenyum kecil, "Jangan lupa ya"

"Iya mas..." 

Andre menjauhkan handphone dan meletakkannya di meja, kemudian lengannya bersandar di keningnya, saat ini dia tidak hanya ingin mendengar suara Hanum, ia ingin melihatnya langsung, memeluknya, tidur di pangkuannya, mendengarkan dia berkata "You did great" dan...menciumnya. 

***

TOUCHED (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang