49. I'M NANA

799 120 30
                                    

Beberapa tahun lalu...

"Istana pasir kamu bagus. Bentukin punya aku juga dong," pinta seorang anak perempuan, melihat istana pasirnya yang hanya berbentuk gunung.

Anak laki-laki yang sedaritadi sibuk membuat istana pasir pun melirik, menatap istana pasir milik sang gadis yang lebih terlihat seperti sebuah gunung.

"Punya kamu udah bagus, kok. Tinggal dibentuk gini aja."

Kemudian, anak laki-laki itu beralih menepuk-nepuk pasir pantai milik anak perempuan itu. Membuat mata anak kecil itu berbinar. Istana pasirnya jadi jauh lebih bagus setelah diperbaiki sedikit oleh anak laki-laki itu.

"Nama kamu siapaa? Kamu pinter bikin istana pasir, biar nanti kamu dateng ke rumah aku. Nanti aku minta Mama sama Papa buat bikinin tempat pasir kayak gini di rumah aku!"

Mereka berada di sebuah tempat bermain khusus anak-anak yang ada di taman depan sebuah gedung besar. Di tempat bermain itu ada ayunan, perosotan dan juga sebuah kotak lebar berisi pasir pantai.

Anak laki-laki itu tersenyum. "Nama aku, Nana. Kayak nama cewek, ya?"

Sontak anak perempuan itu tertawa lucu. "Nama kamu lucu kayak muka kamu." Kemudian anak perempuan itu menjulurkan tangan mungilnya. "Nama aku—"

"Hanra! Sini naik perosotan bareng aku!" Tiba-tiba seorang anak laki-laki dengan tubuh sedikit berisi berteriak dari arah perosotan.

Hanra, itu adalah nama anak perempuan itu.

"Dia siapa?" tanya Nana. Nama aslinya adalah Na Jaemin, tapi kedua orangtuanya malah memanggilnya Nana. Katanya lucu. Lucu seperi wajahnya yang lugu.

Hanra yang tadi menatap Jeno pun seketika berbalik untuk kembali menatap Jaemin. "Itu Jeno. Dia kembaran aku—ENGGAK AH! AKU ENGGAK MAU MAIN PEROSOTAN!"

Hanra berteriak untuk menjawab ucapan Jeno, kembarannya.

"Enak ya punya saudara. Aku juga pengen punya saudara." Jaemin tetap tersenyum walau sorot matanya memancarkan kesedihan.

Hanra mengangguk. "Iya! Enak banget tau! Besok kamu main ke rumah aku aja gimana? Kita main sama Jeno juga—"

Tiba-tiba ucapan Hanra terhenti ketika merasakan tubuhnya tertarik ke belakang. Ternyata Jeno sudah berdiri di belakangnya, menarik lengannya dengan wajah tertekuk. Bibirnya mengerucut lucu.

"Eh! Jeno kamu kenapa—"

"Aku bilang main sama aku! Jangan main sama dia! Aku enggak mau main sendiri, Hanra!" kata Jeno mendengus lucu.

Hanra menghela napas. "Yaudah, kita main bareng Nana, ya? Nana pintar bikin istana pasir loh. Tuh liat, istana nya bagus—"

"Aku enggak suka main pasir!" gertak Jeno, meninggikan suaranya yang cempreng sembari menghentakkan kakinya. "Kamu jangan main sama kembaran aku! Hanra cuma boleh main sama aku!"

"Jeno kamu jangan gitu dong—"

"Hanra enggak mau main perosotan. Jangan dipaksa," celetuk Jaemin dengan suaranya yang lembut.

Melihat itu, Jeno langsung memelototi Jaemin. Meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Dia kembaran aku! Kamu gak boleh main sama kembaran aku! Hanra itu punyaku, tau!"

"Tapi Mamaku bilang enggak boleh maksa orang—"

BRUKK

Jeno mendorong tubuh Jaemin, membuat anak laki-laki itu terjatuh.

Brother Sissy | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang