Bagian 11

1.6K 51 3
                                    


 
Wasiat Cinta

*

*

Bab XI

*  *

First Night (1/2)

*

*

Keluar dari toilet aku langsung mencari keberadaan Mila, niat hati ingin berpamitan karena hari juga sudah mulai gelap, dan acara ulang tahun itu sudah diramaikan oleh temen-temen Rendra sendiri.

Tiba-tiba aku malah berpapasan dengan si pemilik acara.

"Eh, Kinanti? Mau kemana buru-buru gitu?" Ah, kenapa cara bicaranya terdengar lebih lembut tidak seperti sebelumnya kala saat pertama bertemu.

Aku gelapagan, masih panas hati setelah mendengar permintaan Mbak Devina tadi.

"Mmmmm, mau ijin pamit pulang. Maaf ya? Soalnya udah larut gini, takutnya kemaleman, rumahku jauh soalnya" ucapku tak sepenuhnya bohong, jarak rumah memang jauh dari kaffe tapi jika alasan sudah terlalu larut itu adalah bohong, karena ada Mas Ali bersamaku maka pulang larutpun tak masalah.

"Lhoo? Acaranya belum selesai, kamu sendiri kesini?"

"Enggak. Tadi udah janjian schedule sama Abidzar-nya sampe jam 7 malem aja. Bu Nida katanya yang bilang gitu"

Rendra tampak memangangguk mengerti, lalu tersenyum tipis, tak punya hak untuk membujuku lebih jauh.

"Yaudah kalo gitu. Tapi boleh minta nomer whatsapp kamu gak? Temen-temen aku suka sama suara kamu, siapa tau nanti pas ada acara kampus kamu berkenan untuk jadi bintang tamunya"

Aku tersenyum tak enak untuk menolak, "Aduh, udah macam artis aja. Boleh kok, nanti minta sama Abidzar aja ya, aku pergi kalo gitu" ujarku, tak ingin lebih lama mengobrol dengannya.

"Oke, see you next time, Kinanti"

*

*

Pagi yang cerah, selang satu minggu dari acara ulang tahun Rendra, aku kembali menjalani aktifitasku seperti biasa.

Seperti saat ini, aku tengah membantu Mas Ali mencari kaus kaki bermerk Gucci yang katanya harganya setara dengan satu buah motor baru.

Dia bilang dengan yakin, terakhir kali menyimpannya dirak khusus kaus kakinya di walk in closet, tapi saat dicari tak menemukan barangnya.

"Mas yakin nyimpennya dirak itu? Siapa tau belum dicuci, atau lupa nyimpan" ujarku, dengan tangan yang tak berhenti membuka tutup rak-rak yang ada diruangan itu.

"Udah berapa kali saya bilang, saya yakin banget nyimpennya dirak biasa. Aduh, bisa melayang duit saya, Kinanti" jawab Mas Ali dengan nada putus asa.

"Lagian ngapain sih beli kaus kaki seharga motor baru itu?!! Ujung-ujungnya juga pasti di injak, bukan dipakai di kepala jadi mahkota" geramku, malah kesal sendiri.

Untuk apa membuang-buang uang untuk barang yang sebenarnya bisa dibeli dengan harga biasa saja??

"Trend, Kinanti. Lagian saya juga tidak sengaja membeli kaus kaki itu, salah pencet saat melihat-lihat akun Instagramnya" kilahnya, padahal aku yakin dia sengaja membeli kaus kaki itu.

Aku mengercutkan bibirku, dengan dengusan sebal dan tanganku masih bergerak membuka lemari besar isi kaus-kaus polos Mas Ali.

Dan mataku berhenti dideretan kedua lemari tumpuk itu, melihat dengan ganjal benda yang tergeletak di atas lipatan kaus polos berwarna putih.

Wasiat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang