Keinginan Sebenarnya

3 0 0
                                    

"Havan...?"

"Ya? Raza? Ada apa? Mau apa? Raza butuh sesuatu?"

"Hanya... memanggil."

"Oh... kalau butuh sesuatu, jangan ragu untuk bilang ya." Havan kembali fokus kepada buku-nya. Sepertinya, untuk yang pertama kalinya, Raza bukanlah perhatian utama Havan. Pernyataan Havan tidak ada jawaban, bagi Raza itu hanya perhatian kecil biasa yang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Dan Havan sudah terbiasa akan itu.

"Baca.. buku.. apa?" Raza seperti ragu untuk berbicara.

Entahlah, bukan hal yang biasa Raza mengajak berbicara duluan. Kira-kira kenapa? Kenapa Raza memulai pembicaraan duluan? Apakah ada hal penting yang akan dibicarakannya? Atau hanya sekedar basa-basi karena dia bosan?

"Hanya jurnal. Raza, ada apa? Apa ada sesuatu yang penting yang ingin kamu bicarakan?"

"Aku... bosan."

Tepat, sesuai dugaan. Maka, disaat seperti inilah yang menjadi kesempatan untuk Havan mengenal Raza lebih jauh. Mari kita lihat, apa hal yang akan dilakukan Havan untuk membuat rasa bosan Raza hilang.

"Oh? Raza boleh membaca jurnal-ku yang lain. Ini, Raza bebas mau memilih yang mana." Katanya seraya mengeluarkan seluruh jurnal dari tas nya. Kurang lebih ada sekitar 20 jurnal tebal yang terlihat sangat memusingkan bahkan sebelum kita membacanya.

Hmm... rasanya ini bukan seperti Havan yang biasanya? Maksud Raza, kenapa kali ini, Havan terasa tidak spesial?

"Tidak, terima kasih."

Raza kembali ke kasurnya dengan malas. Havan hari ini tidak sesuai ekspetasinya. Menyebalkan. Bahkan sekarang, Havan tidak bisa merasakan amarah Raza. Ia tetap lanjut membaca jurnalnya dengan asyik.

"Kamu.. kalau kesini hanya untuk membaca jurnal, lebih baik sekarang pulang. Langitnya mendung. Sepertinya sebentar lagi akan hujan."

"Hm? Tidak apa-apa. Aku bisa pulang setelah hujannya berhenti."

Raza menghela nafas dengan kasar. Mencoba untuk memejamkan mata untuk tidur namun gagal. Rasa kesalnya mendominasi hingga ia tidak bisa tertidur. Rasanya ingin menjambak Havan sekarang juga. Berpindah posisi berkali-kali agar terlelap sepertinya gagal. Ia masih saja terjaga sampai sekarang.

Melihat Raza yang gelisah, sepertinya Havan terganggu.
"Raza, ada apa? Kamu gelisah?"

"Kamu ingat tidak janjimu kemarin?" Raza langsung terduduk. Berbicara langsung ke intinya merupakan solusi untuk sekarang. Kode yang diberikan Raza sedari tadi tidak mempan untuk Havan.

"Janji yang mana...?" Havan terlihat serius mengingat sembari membenarkan kacamatanya yang terturun di hidung.

"Jalan-jalan."

"Astaga, Raza ternyata kamu dari tadi mau jalan-jalan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KepalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang