Kisah ini bermula saat ayahku dipindahkan tugas di salah satu kota Sumatera Selatan. Saat itu usiaku enam tahun, ingat betul aku bagaimana orang tuaku membujukku untuk mulai bersekolah di sekolah baruku. Kebetulan saat itu aku sudah masuk sekolah dasar.
Semenjak pindah aku jadi sering main di rumah saja karena memang aku belum mempunyai teman. Sedangkan Abangku saat ini sedang berkuliah di timur tengah, jadilah aku hanya bertiga bersama Ayah dan Ibu di rumah. Aku bermain sendirian, bahkan di sekolah aku belum punya teman.
Aku hanya menghabiskan waktu dengan bersekolah, mengaji, dan bermain di rumah.Namun ada satu hari ibuku mengajakku untuk ikut bersama dengannya menghadiri pesta pernikahan tetangga kami. Tujuan ibu hanya ingin mendekatkan diri bersama tetangga.
Saat aku hanya diam dan memperhatikan dengan seksama pesta pernikahan, tiba-tiba fokusku berpindah kepada anak laki-laki yang sedang berlari mendekati kami. Ternyata laki-laki itu berlari menemui ibunya yang kebetulan duduk di samping ibuku.
“Umi, Abang sudah hafalannya. Sekarang Abang boleh main.” Ucapnya saat sudah berada di depan ibunya. Dengan suara yang sedikit ngos-ngosan akibat lari.
“Iya boleh, tapi kamu harus ngajak ini adik kecil.” Ucap ibu itu tersenyum dan menatap ke arahku.
Aku yang menjadi pusat perhatian saat itu hanya diam dan berusaha menatap ibuku. Dan ibuku pun menganggukkan kepala tanda setuju aku bermain dengan laki-laki itu. Karena sudah mendapat izin dari Ibuku aku pun pergi mengikuti laki-laki itu.
Setelah kurang lebih setengah jam berjalan di belakangnya dia pun membalikkan badan dan bertanya;
“Oh iya, nama kamu siapa? Kita belum kenalan.” Ucapnya sambil tersenyum manis.
“Namaku Fairuz Nabila Alifah, biasa di panggil Ifa.” Jawabku tak kalah ramah dan tersenyum.
“Salam kenal ya, namaku Muhammad Ilham Al-Habsyih. Biasa dipanggil Ilham.” Ucapnya.
Setelah berkenalan ia pun mengajakku untuk bermain bersamanya untuk menemui gadis kecil di sebrang sana yang aku tahu itu adalah adiknya. Kami sedikit mempercepat langkah kaki dengan sedikit berlari. Dan itu menyebabkan aku terjatuh.
“Aduh, sakit.” Ucapku saat terjatuh. Dengan menangis.
“Astagfirullah, kok bisa. Bangun, bangun.” Ucap laki-laki itu yang kuketahui namanya Ilham.
Dibantunya aku berdiri dengan menggulurkan tangannya yang dilapisi sapu tangan. Aku tanpa berpikir panjang langsung menerima uluran tangan itu. Setelah bangun, aku menangis meringkuk dengan menutupi kedua kakiku dengan tangan dan terus menangis.
“Sudah ya, ngga boleh nangis. Sekarang kan sudah ngga papa. Masih sakit?” ucapnya sambil duduk di sebelahku dan menatapku dengan tatapan khawatir.
“Sakit, hiks hiks hiks.” Jawabku dengan terus menangis.
“Maafin Abang ya, ngga liatin Ifa pas Ifa jalan di belakang Abang.” Ucapnya dengan lembut dan tangan yang terus menerus membelai kepalaku.
Aku hanya mengganggukan kepalaku saat itu, dan tak lama Ibuku dan Uminya pun menghampiri kami. Dan ibuku membawaku pulang, dan segera dibersihkan luka dan aku disuruh istirahat.Hai, rindu Author engga? Cerita baru yang InsyaAllah akan up setiap hari🖤
Semoga suka ya🖤
Salam sayang dari Author,Ilham,dan Ifah👳🏻🧕🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Takdir
Teen Fictionانت القصة التى لا اريد ان يكون لها نهية (Kamu adalah sebuah kisah yang tidak pernah ingin aku akhiri).