Bagian Tiga Belas

2.9K 365 81
                                    

"Pokoknya Aku gak setuju kalau Papa nikah sama Ansella"Ucap Mark.

Jevan yang barusan masuk ke dalam rumah di buat berhenti mendengar ucapan anak tunggalnya itu.

"Papa capek. Kita bahas ini lain kali"Balas Jevan dan kembali berjalan menuju ke kamarnya.

"Sialan"Mark yang mendengar ucapan Ayahnya berdecak kesal. Dia tidak tau apa rencana Ansella sebenarnya dan kenapa Perempuan itu tiba-tiba ada diantara Ia dan Ayahnya.

Mark memasang kembali jaketnya lalu berjalan keluar rumah. Ia lalu mengeluarkan motornya dari garasi lalu menyalakan mesin motornya dan pergi dari sana. Dia ingin menenangkan pikirannya sejenak. Sekarang bertambah satu lagi beban pikirannya. Ansella, Mama dan Papa.

Jevan yang ada di dalam kamar mengintip dari jendela dan melihat Mark yang sudah pergi. Jevan membuang nafasnya dan menutup kembali gorden kamarnya. Ia melepaskan satu persatu kancing kemeja dan jam tangan. Setelahnya, mengambil handuk dan masuk ke dalam toilet.

Jevan menyalakan shower dan air dari pancuran membasahi rambutnya. Jevan berdiri di bawah shower, masih diam dan belum melakukan apapun. Dinginnya air yang turun membuat kepalanya yang tadi terasa berdenyut perlahan-lahan menghilang.

"Hahhh.."

Jevan mengusap wajahnya yang sudah basah sebelum akhirnya mulai mandi. Pikirannya bercabang sekarang tentang apa yang barusan Ia lakukan. Dia tidak mau Ibunya terus-terusan ikut campur dengan kehidupannya. Ibunya akan melakukan segala cara untuk menjodohkannya dengan anak teman-temannya yang Jevan sendiri tidak pernah tertarik dengan satupun di antara Mereka. Maka dari itu dia memilih Ansella.

-----

Gama dan Cakka yang barusan masuk dan langsung di buat salfok dengan seseorang yang minum sendirian di depan meja bar. Itu Mark. Dua orang itu lalu berjalan menghampiri Mark dan menepuk bahunya. Keduanya lalu  mengambil duduk disisi kiri dan kanan lelaki itu.

"Mana enak minum sendirian, yee gak Cakk?"Ucap Gama dan Cakka mengangguk. Mark yang sadar dengan kehadiran keduanya langsung berdecak malas.

"Gak usah deket deket deh. Lu berdua pengkhianat bangsa"Balas Lelaki itu menyindir Gama dan Cakka.

Cakka yang paham maksud sindiran Mark langsung menepuk bahu lelaki itu.

"Bukan gitu Mark. Kita gak bisa hentiin Natta. Lagian Kita mana tau Lo ada di sana juga"Ucap Cakka. Sekarang gantian Gama yang mengangguk setuju atas ucapannya.

"Pokoknya tetep aja Lu berdua pengkhianat bangsa!"Ujar Mark masih kesal. Kalau bukan karena keduanya Mark tidak mungkin ketahuan dan sampai di grebek Ansella di hotel. Mereka sekarang mungkib masih baik-baik saja.

"Yaudah deh sorry.."Kata Gama pasrah. Lelaki itu lalu mengambil botol minuman di depan Mark dan menuangkannya di gelas kecil.

"Lo masih galau soal Sella nih? Kenapa galau sih, Lo kan ada Salsha.."

Mark melirik Cakka dan kembali berdecak.

"Gue gak cinta sama tuh cewek"

"Ya trus kenapa Lu selingkuh sama dia tolol!?"Ujar Gama tak habis pikir.

"Lo paham gak sih apa arti selingkuhan hah? Selingkugan itu selingan bro! Selingan! Jadingak perlu make cinta!"Balas Mark. Gama dan Cakka yang mendengar ucapannya langsung menggelengkan kepala tak habis pikir.

"Emang Lu sih yang brengsek Mark. Sella udah kek gitu masih aja Lo nyari selingan.. Gak habis pikir Gue"Kata Cakka sembari menggelengkan kepala.

"Untung aja Sella sekarang deket sama orang yang lebih baik dari Lu yaa.."Balas Gama.

Karmasutra••Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang