This Feeling?

367 26 26
                                    

     Pagi hari di hari pertama libur panjang yang cerah, hari yang indah bagi kebanyakan orang. Namun, tidak bagi tuan muda yang mulia Toro. Hari liburnya kali ini terasa sangat membosankan. Padahal setiap hari minggu dan hari libur, ia selalu melakukan kegiatan yang sama dan ia tidak pernah merasa bosan sebelumnya.

     Ia menghela nafas dalam, kemudian menghembuskannya dengan nafas berat. Ia ingin melakukan sesuatu yang baru hari itu, tapi tidak tahu hal itu. Di tengah lamunannya, tiba-tiba handphone mahalnya yang berharga puluhan juta berbunyi. Menandakan ada yang sedang mencoba meneleponnya.

     Ia mengambil handphone itu, dan melihat nama yang tertulis di sana. Tanpa sadar, wajahnya merona merah. Segera ia angkat telepon itu dan berkata 'halo' sebagai pembuka.

     "Yo Toro, lu sibuk ga?" tanya suara yang sedang menelpon Toro.

     "Nggak, ada apa Sho?" Toro balik bertanya pada Sho yang saat ini tengah memberi makan hewan-hewan peliharaannya.

     "Lu kalau gua ajak pergi main mau ga? Sama Kiki, boys time kita. Katanya ada festival di tengah kota," tawar Sho, yang di balas anggukan oleh Toro. "Jadi gimana? Lu ikut ga?" tanya Sho sekali lagi. Toro kembali mengangguk. "Kalau ga mau, gapapa, gua berdua aja sama Kiki," ucap Sho yang sedikit kesal karena pertanyaannya seakan didiamkan.

     "Aku mau pergi, tadi aku udah ngangguk dua kali," ucap Toro dengan maaf– begonya. Sho yang mendengar pernyataan itu hanya bisa tersenyum tanpa arti.

     "Ok, kita ketemuan di festival jam 10 nanti. Berarti setengah jam lagi." Belum sempat Toro menjawab, Sho langsung memutuskan sambungan teleponnya. Ntah kenapa, hal itu membuat dada Toro terasa nyeri.

     Toro segera bersiap-siap, berusaha terlihat setampan mungkin dihadapan teman-temannya. Khususnya Sho, ntah kenapa ia ingin melakukan itu. Mungkin karena ia merasa iri? Padahal Toro sendiri tidak punya kata iri dalam kamusnya. Setelah semuanya selesai, ia segera bergegas pergi.

     Toro menaiki van mewah berwarna putih dengan seorang supir sebagai pengemudinya. "Pak, boleh ngegas ga?" tanya yang mulia tuan muda Toro. Dengan segera, sang supir mempercepat laju mobil. Tak lama waktu berlalu, akhirnya mereka sampai di taman. Dan yang benar saja, tidak terlihat pucuk kepala kedua orang temannya itu.

     "Mas Toro, tadi mas janjiannya beneran disini kan?" tanya supir pribadinya. Toro mengangguk.

     Mata Toro sibuk berkeliaran kesana kemari mencari teman-teman kurang warasnya. Sekitar 10 menit matanya mencari, ia menyerah. Sebelum ia bisa memasuki mobilnya kembali, tiba-tiba saja ada sepasang lengan kecil mungil yang melingkar di dadanya. Segera ia tolehkan kepalanya ke belakang, dan melihat sosok temannya yang bersurai hitam yang kini tengah memamerkan sebuah wajah seram.

      'Manis,' batin tuan muda Toro. Sho segera melepaskan pelukannya dari Toro dan bertanya, "ga kaget?" Yang dibalas gelengan dari Toro. Sho pun berdecih ria karenanya.

     "Pak supir, sekarang anda sudah bisa pergi. Nanti pulangnya saya bareng teman saya saja," ucap Toro yang kemudian diiyakan oleh sang supir yang kemudian pergi meninggalkan kedua sejoli itu.

     Di belakang sosok cebol itu, ada seorang pemuda yang lebih tinggi dari Sho tapi sedikit lebih pendek dari Toro dengan surai biru neon yang mencolok. Ia melambaikan tangannya sembari berlari ke arah Toro dan Sho. "Yo Tor, Sho, maaf ya dah bikin lu pada nunggu," ucap Kiki meminta maaf.

     "Iya ga apa-apa, aku tahu setiap manusia memiliki kesibukan masing-masing," ucap Toro dengan bijaknya. Kiki tersenyum senang mendengar itu.

     "Ga- ga gua maafin," Sho berkata dengan ketusnya. Senyuman Kiki seketika luntur.

TS Story [WEE!!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang