Perintah Lirsasongko ternyata ada hikmahnya. Prabaswara dan Arkananta semakin dekat, layaknya sahabat yang sedang melepas kerinduan. Ketegangan di antara mereka beberapa bulan lalu sudah terlupakan. Usia mereka setara, sehingga mereka sering memiliki kesamaan pemikiran dan selera.
Tentu saja Wulandari turut diuntungkan. Ia senang suaminya bisa berbaur dengan saudara-saudaranya, mengingat dulu sebelum menikah, Prabaswara tidak memiliki teman bangsawan.
"Sedari tadi kalian sibuk berdua hingga melupakanku." Wulandari pura-pura cemberut. Ia sengaja ingin mengetes kepekaan Prabaswara maupun Arkananta.
"Bagaimana bisa aku melupakanmu, Dinda? Hanya ada dirimu di hatiku."
"Tak kusangka Prabaswara tukang merayu. Kalau begitu, sebelum menikah, aku harus belajar beberapa hal darimu."
"Kau ingin belajar apa dariku yang tidak menempuh pendidikan di padepokan?" tanya Prabaswara, sedikit menyindir.
"Yang ini tidak kudapatkan dari padepokan. Pertama, ajari aku cara memilih tiara pernikahan untuk calon istriku."
"Tidak ada trik khusus. Aku hanya asal memilih."
"Aku hanya tidak ingin istriku kecewa dengan pilihanku."
"Jika kau menikahi sosok yang mencintaimu, apa pun pilihanmu, pasti akan diterima olehnya. Dan jangan lupa, pilihlah dengan cinta."
"Hmm... benar juga. Nah ini yang penting. Ajari cara bersikap romantis pada istriku."
"Kalau ini... hmm... bisa diatur," gumam Prabaswara, sembari mengetukkan telunjuk pada dagunya.
"Hmm... apakah kalian melihat Kangmas Respati?" Wulandari membelokkan pembicaraan.
"Tadi sempat melintas bersama Mbakyu Adaninggar, Dinda."
"Mereka selalu menghabiskan waktu berdua," gumam Wulandari.
"Kalian tidak ingin menghabiskan waktu berdua?"
"Kau mengusirku?" Prabaswara menatap sinis Arkananta.
"Hei, kau tadi sudah dikode oleh istrimu! Dasar tidak peka!"
"Daripada Kanda dan Kangmas terus berdebat, mengapa kita tidak melakukan aktivitas bersama?"
"Hal menyenangkan apa yang bisa kita lakukan?"
"Memanjat pohon?" usul Arkananta.
"Apa kau gila?! Aku sakit kemarin gara-gara jatuh dari pohon!"
"Maaf, aku lupa." Arkananta menyeringai.
Wulandari tertawa kecil. Meskipun Prabaswara dan Arkananta terus berdebat, mereka jelas tidak saling membenci. Mungkin itu cara mereka mengakrabkan diri. Wulandari senang Prabaswara bisa selepas ini.
Kebahagiaan Prabaswara mulai kembali.
***
Bosan berdebat, akhirnya Prabaswara, Wulandari, dan Arkananta berkeliling istana Semar Tunggal. Wulandari ingin ke taman, dan dua pemuda itu dengan senang hati mengikutinya.
"Nah, sudah kuduga mereka di sini." Dari kejauhan, Wulandari bisa melihat Respati dan Adaninggar tengah berduaan di taman.
"Kalau begitu kita pergi saja, Dinda."
"Tidak mau. Aku ingin ke taman."
"Kita bisa mengusik keromantisan mereka."
"Tunjukkanlah bahwa Kanda bisa lebih romantis dari Kangmas Respati."
"Wah... Dinda menantangku rupanya? Baik, mari kita buktikan."
"Lalu aku akan menjadi nyamuk di antara kalian," desis Arkananta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prabaswara [Complete√] ~ TERBIT
RomancePrabaswara adalah pangeran Kadhaton Tirta Wungu yang kehadirannya antara ada dan tiada. Prabaswara kerap mendapat perlakuan buruk dari keluarganya. Ia sangat takut tak ada putri yang mencintainya karena status dan kondisinya. Wulandari adalah putri...