Dikelilingi oleh rak buku yang lebih tinggi daripada dirinya sendiri, [name] jadi merasa sedikit takut.
Kemungkinan rak tua itu akan jatuh dan menindihnya hingga mati atau tersedak debu yang sudah bertumpuk banyak di dalam ruangan ini membuatnya jadi was - was setiap kali bergerak untuk berjalan.
Perpustakaan kerajaan yang jarang dijamah oleh manusia kini terpaksa ia masuki.
Mencari cerita tentang para pendahulunya, atau mungkin ada sebuah buku yang bisa memberikan jawaban atas kebingungannya saat ini akan sangat membantu.
Haruchiyo dengan bebas meninggalkannya di ruangan yang dikunci oleh pangeran itu, katanya sih agar [name] tidak kabur.
Padahal mau kabur kemana, kalau kembali ke seberang pasti dia akan dihukum mati karena sudah kabur setelah dicap sebagai pembunuh.
Setelah menghabiskan banyak waktu -akibat diisolasi oleh Haruchiyo-, [name] jadi merasa bebannya sedikit ringan. Tak lagi ia berpikir terlalu keras soal orang - orang di Oberlyn atau bahkan Manjiro.
Ah, pangeran itu. Kira - kira bagaimana kabarnya ya?
Barang - barang berterbangan ke seluruh penjuru ruangan. Bukan karena mereka tiba - tiba punya sayap, tapi karena remaja tanggung yang sedang meraung marah, mengeluarkan emosinya karena semua hal yang ia sayang telah dirampas.
Mulai dari kepergian ayahnya, kepergian kekasihnya, hingga tuduhan soal perempuan itu yang dikatakan sebagai pembunuh dari ayahnya.
Tapi ia yakin, [name] bukanlah pembunuhnya. Meski kepalanya bersikeras memperingatkan bahwa hanya [name] seorang yang mampu meracik obat maupun racun, hatinya juga tetap bertahan pada pilihan untuk membela perempuannya.
"Maaf, tapi aku melarangmu untuk pergi sekarang" ucap Pangeran Shinichiro dengan tenang.
Melihat adiknya yang semakin menunjukkan raut marah, ia akhirnya membalikkan tubuh agar bisa berhadapan langsung dengan lelaki itu.
"Turunkan dulu emosimu. Jangan sampai kedamaian yang baru saja terjalin sampai putus karena kecerobohanmu"
Mata Manjiro melotot, tak terima mendengar penuturan kakaknya yang seakan tahu apa yang akan ia lakukan.
"Kecerobohanku?! Aku bahkan belum melakukan apa - apa! Ini semua salahmu! Kalau saja kau becus menjaga ayah tidak mungkin semuanya jadi kacau seperti ini!"
Jari telunjuknya ia arahkan berkali - kali kepada sang kakak. Hatinya terasa seperti dikoyak dengan silet tajam.
Perih ketika mengetahui semua orang menganggap dirinya masihlah seorang anak kecil yang tak bisa mengandalkan dirinya sendiri.
"Aku harus pergi. Jangan ikuti aku!"
Langkahnya begitu cepat. Shinichiro segera memerintahkan pengawal yang sedang berjaga di depan ruangan mereka untuk mengejar lelaki itu.
"Sudah ku bilang jangan ikuti aku! Atau aku tidak akan kembali!"
Ancaman itu cukup berhasil. Shinichiro menurunkan tangannya di hadapan para pengawal, menandakan bahwa mereka tak perlu mengikuti kemana arah Manjiro pergi.
Meski ia merasa keputusannya ini akan berakibat sesuatu yang tidak begitu benar, tapi ia akan membiarkan adiknya untuk pergi dan melakukan apa yang ia mau.
Belakangan ia sadar kalau adiknya itu bukanlah seperti pangeran lain yang berambisi untuk memenangkan perang dan memimpin kerajaan.
Ia menyadari kalau adiknya hanya ingin menjadi seorang lelaki biasa yang berperang untuk memperjuangkan kebahagiaan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSED | Sano Manjirou ✔️
Fanfiction[name] terkejut bukan main ketika ia bangun dan merasakan tubuhnya yang basah kuyup ini berbaring diatas rerumputan. "Bukannya tadi aku ada di kamar ya?" Bangun di tempat asing, menggunakan pakaian asing, dan melihat orang - orang asing membuatnya...