Genre : Fiksi remaja, drama, romantis, angst.
***
Mika percaya bahwa sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal. Termasuk kebahagiaan dan kesedihan. Maka dari itu, Mika selalu yakin kesedihannya pasti berlalu, dan tergantikan oleh kebahagiaan.
Namun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara tawa Mika dan Arki mengiringi setiap langkah yang menapaki jalan basah. Tawa mereka tak ada hentinya seperti akan dihabiskan saat itu juga dan tak ada sisa untuk besok.
Arki mengejar Mika yang sudah jahil menghentakkan kakinya di genangan air, sehingga air itu mengenai pakaian Arki, yang awalnya hanya basah, pakaiannya kini jadi kotor.
Namun, Mika tak merasa bersalah sama sekali. Ia malah makin keras tertawa kesenangan karena sudah membuat Arki kesal. Meskipun kesal, selalu saja ada tingkah lucu Mika yang membuat Arki ikut tertawa.
"Awas aja lo ya! Gue kejar sampe ke ujung dunia!" teriak Arki, suaranya mengalahkan hujan yang masih belum berhenti.
Mika malah meledeknya dengan meleletkan lidah. Kakinya kembali berlari, begitu Arki mengejarnya. Mereka kejar-kejaran di jalan itu-itu saja. Arki sempat mendapatkan ransel cewek itu, tapi cewek itu lepas juga.
Tiba-tiba Arki membungkuk dengan napas ngos-ngosan sambil memegang lututnya. Dari wajahnya sudah terlihat begitu lelah. Mika berbalik dengan bekas-bekas tawanya. "Gitu aja capek! Lemah!" ledeknya.
Arki berdesis mendapat ledekan dari Mika. "Gue beneran capek. Lo lupa tadi gue abis latihan?"
Mika mengerucutkan bibirnya dan menghampiri Arki. "Ah, gak seru!"
Arki tersenyum miring dalam diamnya. Mika masuk ke dalam perangkapnya. Dalam kelengahan Mika, Arki langsung meraih tangan Mika dan mengunci leher cewek itu dari belakang.
"Akhh!" pekik Mika.
"Kena lo!" Arki berhasil mengukung Mika.
Mika berteriak. "Lepasin! Lo curang!"
"Enak banget ya mulut lo bilang gue lemah?"
"Lepasin, Arki!" Mika berusaha melepaskan lengan Arki yang melingkar di lehernya dengan satu tangan, karena tangan yang lain ditahan oleh Arki. Tidak sakit, tapi Mika jadi susah bergerak.
"Gak! Gue gak mau lepasin lo!"
"Rumah lo sama rumah gue udah keliatan. Kita harus pulang, cepetan. Dingin tauuu!"
"Salah lo sendiri hujan-hujanan!"
"Arki!!!"
"Gak!"
"Lepasin, ih!"
Arki melepaskan tangan Mika yang ia tahan dipunggung cewek itu. Namun, saat Mika hendak menjauh, tangan Arki malah digunakan untuk memeluk Mika dari belakang. Jadi, leher Mika kini terkunci oleh kedua tangan Arki.
"Badan lo dingin banget. Dibilangin jangan ujan-ujanan juga. bandel!" ujar Arki dengan suaranya yang jadi serak.
"Iya makanya, ayo kita pulang."
"Bentar...Tetap kayak gini, bentar aja."
Suara Arki memelan, tapi masih terdengar oleh Mika. Mika juga merasakan kepala Arki yang menunduk di samping kepalanya. Tangan Mika terangkat, memegang pergelangan tangan Arki yang bertengger di bahunya.