11.

39 9 16
                                    

Tim sepak bola sekolah Sarah berhasil menjuarai turnamen sepak bola antar SMA. Sorak-sorai kegembiraan terdengar di seluruh lapangan. Ketika selebrasi berakhir, para pemain dikirim kembali ke ruang ganti. Sarah berinisiatif untuk datang ke ruang ganti untuk memberikan ucapan selamat ada Naoise dan timnya, juga untuk mengajak Naoise ke rumahnya untuk diperkenalkan kepada Widi.

Sarah terlihat ragu di depan pintu ruang ganti. Ia tahu di sana pasti isinya laki-laki semua. Malu, kan?

“Hai, Sarah!” sapa seorang pemain cadangan bernama Cole.

“Hai,” balas Sarah.

“Kau mencari Naoise, ya? Masuk saja!” Cole membuka pintu ruang ganti untuk Sarah. Ternyata di sana banyak perempuan, mungkin pacar-pacar para pemain sepak bola.

“Terima kasih.”

Sarah melangkah memasuki ruang ganti untuk mencari Naoise. Beberapa pasang mata menatap padanya. Seolah asing dengan kehadiran Sarah. Di salah satu bangku depan sebuah loker, Naoise sedang berciuman dengan seorang perempuan berambut pirang dan tak menyadari kehadiran Sarah. Sarah sangat terkejut melihatnya dan segera pergi dari ruang ganti.

William terus mengunyah berondong jagung sambil menatap Louisa yang tengah mengomel di telepon. Perempuan tua itu menelepon Sarah yang tiba-tiba menghilang, tapi panggilannya tidak kunjung diangkat.

Sarah muncul dengan wajah memerah. Ia segera menarik tangan Louisa dan William untuk pulang. Ia berkata, “Ayo, kita pulang.”

“Katanya mau mengajak temanmu ke rumah?” tanya Louisa yang tergopoh-gopoh mengikuti langkah Sarah yang begitu cepat.

“Nanti saja. Dia sedang berpesta dengan timnya,” jawab Sarah.

*

Sarah yang sudah kelewat baper merasa marah melihat Naoise mencium perempuan lain, tapi ia tak punya keberanian untuk bertanya siapa perempuan itu. Dalam pikirannya timbul banyak pertanyaan, salah satunya adalah kenapa selama ini Naoise bersikap begitu manis padanya?

Lamunan Sarah buyar ketika pintu kamarnya diketuk dari luar. Sarah turun dari ranjang dan membuka pintu.

“Ayah, ada apa?” tanya Sarah sambil mengikat rambutnya.

“Ada seorang pemuda tampan ingin bertemu denganmu,” jawab Widi. “Ayah sudah menyuruhnya masuk. Dia ada di ruang tengah. Nanti Ayah buatkan camilan dan minuman untuk kalian.”

“Terima kasih.”

Mereka saling memberi senyum. Widi senang sekali melihat rona merah di kedua pipi Sarah. Tiba-tiba William lewat di antara mereka.

“Tuh cowok aneh bernama aneh sedang menunggumu. Cepat ke bawah!” William terus masuk ke dalam kamarnya.

Gadis itu masuk ke kamar untuk mencuci muka dan sedikit merias diri. Tanpa membuang banyak waktu, ia menemui Naoise di ruang tengah. Lelaki itu sedang memangku Noel yang tidur di atas pahanya.

“Hai,” sapa Sarah.

“Hai,” balas Naoise. “Kucingmu ....”

“Punya adikku. Sebentar, ya.” Sarah pelan-pelan mengangkat Noel dari pangkuan Naoise, lalu meletakkan kucing oranye itu di kasur khusus kucing.

Setelah Sarah duduk, Naoise mengeluarkan kotak kecil warna biru dari jaket varsity-nya. Sebuah gelang aquamarine ia tunjukkan dari dalam sana. Sangat cantik.

“Untukmu. Pakai, ya.” Naoise melepaskan gelang rose quartz dari pergelangan tangan Sarah dan memasangkan gelang aquamarine di sana. “Ini lebih baik.”

His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang