8.Sah secara (hukum) zuko

286 34 0
                                    

"Mulai dari sini aku tidak sendiri lagi."

8.SAH SECARA (HUKUM) ZUKO

"Kita ngga usah pacaran, tapi kamu milikku."

"Di larang menolak. Sah!"

​Di kamar Zuko, Naya terus meronta ketika dengan kasarnya dibanting ke kasur kingsize milik Zuko. Tangan Naya di cekal diantara kepalanya seperti biasa.

​"Nay, sst. Kita harus rayain hari jadian kita." Dengan senangnya Zuko mengatakan itu,tak menghiraukan Naya yang masih berontak dibawah kuasanya. Dua kancing seragam Zuko sudah terbuka dan entah sejak kapan milik Naya juga.

​"Hiks."

Zuko menegakkan tubuhnya setelah mendengar isakan Naya. Zuko rasa kali ini ia sudah keterlaluan, Zuko tidak benar benar ingin melakukan itu dengan Naya. Sebenarnya ia hanya ingin mengerjai Naya.

"Kamu jahat ko." Naya melenggang pergi dari kamar Zuko, kedua tangannya ia gunakan untuk menggenggam erat bajunya yang sedikit terbuka.

Zuko diam beberapa detik dan menyadari untuk segera mengejar Naya, langkah Zuko memelan mendengar suara isakan yang berasal dari bawah meja makan.

"Nay maaf."

Tak ada respon, tubuh Naya malah semakin bergetar diiringi isakannya juga. Zuko kelimpungan, ia biasa melihat wanita menangis karena ia putuskan tapi yang satu ini menangis karena..... yang jelas ini salah Zuko.

"Nay gue cuma becanda tadi. Gak beneran mau perawanin lo." Zuko tersentak karena Naya mendorongnya. Baru sempat Naya ingin lari Zuko sudah sigap merengkuh tubuh Naya dari belakang.

"Lepasin." Naya berontak dengan nada ngegas pula.

Tak mengindahkan gertakan Naya yang tidak ada apa apanya, Zuko kembali mengangkat tubuh Naya dengan entengnya kembali menuju kamarnya.

"Apa sih-hmpp," Mulut Naya dibekap sebelum menggerutu lebih banyak.

"Janji diem, baru gue lepasin." Tangan Zuko turun setelah mendapati anggukan dari Naya.
Naya mengusap matanya kasar. Mencoba tak ingin terlihat lemah, Naya memasang wajah garangnya.

"Ah." Bukan ketakutan dari Zuko yang Naya peroleh justru jitakan keras didahinya.

"Jangan sok galak depan gue atau mau ngulang yang tadi?"

Naya menggeleng lemah, percuma juga melawan ia bukan dipihak pemenang.

"You are mine nuna."

Zuko memiringkan kepalanya pelan menuju gadis didepannya itu, Zuko menatap mata Naya dan kembali turun kearah bibir diulang lagi melihat kemata Naya, Zuko merunduk dan,

"Kak, kak Azu."

Teriakan Zula dari luar menyadarkan mereka berdua, Naya dengan sigap mendorong tubuh Zuko menjauh.

"Aduh gimana?" Tanya Naya panik, tidak lucu bukan jika dirinya kepergok berada dikamar Zuko.

"Sembunyi di kamar mandi."

​Setelah dirasa situasi aman, barulah Zuko membukakan pintu.

​"Kenapa sih bocil?" Tanya Zuko kesal, bagaimana tidak adiknya malah menggagalkan kesenangannya.

​"Pinjem kamar mandi, punya Zula mampet."

​Zula tersentak, dahinya didorong kembali keluar pintu.

​"Sama punya gue juga mampet." Elak Zuko.

"Kok bisa?"

"Tau, sana ke mama."

Zuko tak dapat menahan semburat tawanya pagi ini, bahkan sebatang rokok yang ia genggam masih belum cukup menghilangakan ingatannya tentang kejadian kemarin.

"Udah aman."

Tak lama setelah megatakan itu, Naya muncul dari balik pintu kamar mandi.

"Kenapa?" Zuko kembali bersuara karena Naya terlihat gelisah.

"Aku kebelet pipis." Jawab Naya polos.

"Yaudah pipis aja."

Naya menggeleng cepat,bingung juga harus menjawab apa.

"Ngga bisa, ada sempak kamu di kloset."

Zuko tergelak sebentar sebelum kembali memulai sesuatu

"Mau lihat yang masih dipake?"

Naya menghentikan fokusnya sejak tadi didepan laptop dan beralih ke tumpukan revisi dari dosennya kemarin. Naya tau pasti hal ini akan terjadi, nama dosen Samudra di ponselnya serasa ingin ia blokir saja.

Zukodok:
Nanti pulang bareng.

​Di tempat lain dalam sebuah ruangan kerja yang terletak dilantai paling tinggi gedung perusahaan bernama Hartantio Company.

​"Saya mau kamu menyelidiki seseorang."

​Sang ajudan mengangguk sambil menerima berkas yang diberikan atasannya itu. Nama Nayyara L Adnan tertulis dibagian depan halaman yang hanya berisikan 3 lembar kertas berukuran A4.

​"Baik."

Selalu saja begini, kenapa jam pulang sekolah yang seharusnya menjadi penutup lelah malah menjadi beban tambahan untuk Naya.

"Mau es krim nggak?"

"Ngga mau, langsung pulang aja Zuko."

Terlambat, Naya ingin menenggelamkan diri saja kelaut rasanya. Apa Zuko tidak sadar sejak tadi mereka cukup menyita perhatian orang orang disekitar kafe. Naya akan lebih malu lagi jika ia kedapatan jalan dengan siswa berseragam SMA oleh teman teman kampusnya. Kenapa berada didekat Zuko selalu membuat Naya kesal,takut,was-was dan entahlah rasanya sangat tidak nyaman.

"Cemberut terus, gue cium disini ya!"

N A Y A Z U K OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang