Bunda di sini, sayang..

3.7K 266 73
                                    

Flashback on :

Di sebuah taman kanak-kanak, terlihat saat itu sedang merayakan hari kelulusan. Hari kelulusan itu di adakan di aula sekolah. Di sana, terlihat banyak pertunjukan dari beberapa siswa untuk memeriahkan acara tersebut. Acara tersebut tentunya menjadi momen menarik bagi para orang tua yang memiliki putra putri yang masih berada di bangku TK tersebut. Mereka tentu sangat bangga dan bahagia atas kelulusan yang diperoleh oleh para putra putinya, sehingga mereka rela menghadiri acara tersebut untuk mengapresiasi putra dan putri kecil mereka di hari kelulusannya itu. Mereka tampak bahagia di hari itu. Namun, lain dengan salah satu anak laki-laki yang terdiam duduk sambil menyaksikan pertunjukan di salah satu kursi penonton ditemani oleh pembantu sekaligus pengasuhnya.

Anak kecil itu terdiam dan melihat ke semua teman-temannya yang sedang asik berfoto bersama dengan keluarganya. Ia melihat teman-temannya itu ditemani oleh kedua orang tua mereka di acara penting itu. Bahkan, teman-temannya mendapatkan ciuman sayang dari kedua orang tua mereka dan orang tua mereka memberikan hadiah pada teman-temannya itu sebagai ucapan selamat atas kelulusannya itu. Jeno tampak terdiam melihatnya. Anak berusia 5 tahun itu tampak menatap sekelilingnya dengan mata sendunya. Sepertinya, ia tidak bahagia di hari kelulusannya saat itu.

"Jeno, sambil di makan jajannya, sayang.. Jeno mau jajan yang mana? Tadi ayah kan belikan Jeno jajan yang banyak buat Jeno makan di sekolah. Bu guru juga kasih Jeno jajan tadi, kan?", ucap bi Surti.

"Jeno ngga mau, bi", ucap Jeno.

"Memangnya kenapa? Jeno ngga suka jajannya?", tanya bi Surti.

Jeno hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan bi Surti.

Jeno lalu melihat Mahen yang duduk di depannya. Ia melihat Mahen terlihat sedang bahagia sekali bersama dengan kedua orang tuanya. Ia melihat orang tua Mahen mencium kedua pipi Mahen secara bersamaan. Lalu, ia melihat bundanya Mahen menyuapi Mahen dengan nasi bekal yang dibawakannya dari rumah untuk Mahen.

Ia melihat ke arah Mahen dengan mata yang berkaca-kaca. Bahkan bibirnya tampak melengkung ke bawah. Sepertinya, ia merasa sedih melihat itu dan siap untuk menangis saat itu.

Tak lama, seseorang datang memeluknya. Itu adalah ayahnya. Ayahnya datang menghadiri kelulusannya hari itu. Hal itu tampak membuatnya sedikit terkejut. Begitu ia sadar bahwa yang memeluknya itu ayahnya, ia langsung membalas pelukan sang ayah dengan erat. Ia menangis di pelukan ayahnya.

"Hiks.. hiks.. ayah..", gumam Jeno sambil menangis.

"Jeno, kenapa menangis? Maafkan ayah karena telat datang. Ayah minta maaf, sayang", ucap Devan.

"Hiks.. ayah.. Jeno mau kayak temen-temen Jeno yang lain.. hiks.. Jeno pengen dicium bunda sama ayah kayak gitu.. hiks.. Jeno mau disuapi sama bunda, Jeno mau di kasih hadiah sama bunda.. Jeno juga mau disayang kayak gitu.. hiks..", adu Jeno di pelukan ayahnya.

Bocah 5 tahun itu menangis dengan keras dan suara tangisannya terdengar oleh semua orang yang berada di sana. Kebetulan, saat itu pertunjukan di depan telah selesai. Sehingga, membuat suara bocah 5 tahun itu terdengar jelas karena menangis dengan keras sambil berbicara. Semua orang memperhatikan ayah dan anak itu yang masih berpelukan itu. Semuanya tampak ikut hanyut dengan ucapan anak kecil itu. Mereka semua mendengar suara bocah kecil itu mengadu pada ayahnya dan mengadu tentang mengapa dirinya berbeda? Mengapa dirinya tidak mendapatkan apa yang teman-temannya itu dapatkan?

"Hiks.. ayah.. kenapa Jeno ngga punya bunda? Hiks.. Jeno mau punya bunda kayak temen-temen Jeno.. hiks.. suruh bunda ke sini buat peluk dan cium Jeno.. hiks.. Jeno kan udah lulus, ayah.. hiks.. Jeno pintar, kan? Hiks.. tapi kenapa bunda ngga kasih Jeno selamat kayak temen Jeno yang dikasih selamat sama bundanya?!.. hiks..", ucap Jeno.

Peluk Aku, Bunda√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang