Dua Belas

835 35 173
                                    

FLASHBACK KE HARI SEBELUM BERANGKAT KE KOREA UNTUK MENGURUS KEWARGANEGARAAN SIJIN...

mami Inge dan mami Vero pulang bareng kelar arisannya ibu-ibu Korindo. Di jalan, mami Inge cerita tentang drawer antik di guest bedroom rumah mereka yang visualnya ngga nyambung sama kamar maupun tone rumah, tapi sayang dijual atau dihibahkan, karena itu peninggalan almarhum omanya.

Sampai di rumah, ditunjukkanlah barang itu ke mami Vero dan dia langsung menggagas untuk jangan dijual atau dihibahkan ke orang.

"Nge, ini jati nya di atas jati grade A, loh. Jaman sekarang pasti lo susah nemu yang begini. Furniture jaman dulu tuh emang tahan banting, yah..."

"Iya. Tapi jadinya ngga nyambung, ini kan kamar tamunya konsepnya clean, kontemporer, agak maskulin. Tiba-tiba ada lemari kayu, coklat, antik begini, kayak....dibilang aksen tapi bukannya jadi bagus, malah ganggu."

"Gini aja, ini bisa diakalin. Istilahnya wood burning. Jadi dikasih cairan terus nanti warna kayunya menggelap sendiri. Habis itu nanti, ini handlenya diganti sama yang bentuknya clean, modern, tapi bahannya brass. Kebayang ngga?"

"Oooh ya, ya, aduh cantik banget jadinya yah...warna walnut terus handlenya gold...terus nanti aku kasih tray marble di atasnya."

"Nah, lebih kebayang, kan? Tuh, makanya. Jangan dikasih orang. Terus ini, Nge, dalemnya laci-lacinya ini, kemaren gue habis masangin liner. Ci Helen beliin dari Macy's, bagus, loh. Wood fibre bahannya, antislip, udah ada anti fungalnya. Ada sisanya di rumah."

"Bisa pasang sendiri?"

"Bisa. Emang agak tricky, nanti gue aja yang pasang.Tapi ini lemarinya digelapin dulu."

"Lo ke Korea sampe kapan?

"Gue jumat udah pulang, sih. Menyesuaikan aja, ini wood burningnya selesai kapan."

Singkat cerita, ternyata mas-mas yang ngerjain baru available di tengah minggu. Walhasil mami Vero baru bisa masangin liner lemari itu di hari Rabu, tanggal 28 Februari 2007,

Hari yang dinanti-nantikan oleh Sijin dan Eunjung untuk kangen-kangenan setelah Sijin pulang dari Korsel dan Mojokerto.

Letaknya guest bedroom itu di lantai satu rumah keluarga Lee. Di ujung bangunan banget, yang kalo mau ke ruang tengah, pasti akan ngelewatin ruang kerjanya Appa Vincent.

Setelah ngukur-ngukur dimensi dalam laci wardrobe tersebut, liner yang mau dipasang nih ternyata mesti agak dimodif bentuknya biar ngikutin lekukan bawaan dari wardrobenya. Jadilah Inge pergi dulu beli lem khusus. Sementara Vero di rumah itu menggunting dengan sangat hati-hati biar linernya pas sama laci.

Di tengah-tengah sedang guntingin buat masing-masing laci beserta sisi-sisi pinggirnya, Vero perlu lakban kertas buat ngepasin. Mau manggil si Ami tapi kan ya ngga enak teriak-teriak di rumah orang. Jadilah dia pikir samperin aja ke dapur.

Tapi, tapi, tapi....

Kok seperti terdengar suara cewek sama cowok dari ruangan dekat kamar itu...

Sempet Vero berpikir, apa si Ami nih suka curi-curi pacaran pas majikan lagi ngga di rumah?

Akhirnya memberanikan diri lah Vero nguping. Kalopun iya, dia ngga akan grebeg juga, cuma bakal laporan ke Inge. Jadilah Vero mengendap mendekati home office, sumber suara itu berasal.

"...Nanti malem...kamu ke kamar, kan?" tanya suara perempuan dari dalam home office.

"Iya, dong...," jawab suara yang laki-laki. Tapi mendengar itu, Vero seperti kena serangan jantung ringan karena suaranya terlalu familiar. Namun demikian, tetap ada sedikit denial.

Sabar MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang